Pengulas buku: Akhmad
Karya: Eka Kurniawan
Buku ini secara garis besar enak dibaca, bahasa yang digunakan sangat ringan penuturan dan narasi sangat mudah dipahami. Bahasa serta isi sangat renyah dikunyah dalam kumpulan cerita ini memliki keterkaitan dengan sebuah sejarah. Maka pembaca harus mengaitkan dengan konteks sejarah pada masa tetentu. Penulisan sangat cerdas oleh Eka Kurniawan narasi serta deskripsi dalam menemukan makna dalam isi kumpulan cerpen, yang terdiri dari 12 judul cerpen. Namun dalam buku ini memiliki cerita yang berbeda tentunya, sehingga pada latar setting perlu ekstra dalam mengulas memahami dengan sebuah sejarah, inilah kedangkalan pada pengulas.
Kalau dilihat dari
segi cover buku ini sangat bagus dengan warna cerah dan ini termasuk cover cetakan ke-3. Namun tidak harus lepas dari
tujuan penulis bahwa isinya memiliki representasi yang menggugah hati, isi buku ini hasil bacaan pengulas menceritakan tentang kritik sosial,rasa kemanusiaan,dan potret jiwa zaman penulis mencoba memasukkan dalam
karyanya tersebut. Walau tidak terlalu detail membahas sejarah namun bagian
dari itu pembaca akan sedikit masuk pada ruang-ruang sejarah Indonesia pada masa-masa tertentu. Sehingga
kecerdasan seorang Eka selalu menggambarkn suasana itu dalam potret sangat dalam melakukan pebandingan dalam mencari dibalik cerita tersebut, namun tidak memberikan penghakiman terhadap pembaca, karena kesadaran
karya tersebut bukanlah buku sejarah yang ditulis para arkelog, melainkan buku karya sastra yang tidak
keseluruhannya adalah fakta.
Pengulas kali ini akan masuk pada isi buku ini. Namun pada awal yang dibahas sesuaikan
dengan cerpen di dalamyan yang dijadikan judul bukunya “Corat-coret di Toilet”, cerpen ini
menceritakan mengenai kritik social dan kritik terhadap manusia itu sendiri
yang telah menjadi pejabat atau menjadi manusia biasa tanpa mau menerima
kritikan. Maka dalam cerpen ini menggambarkan kemerdekaan orang Indonesia yang
sudah didapatkan, namun pada masa Orba mendapatkan ketidak puasaan dalam kemerdekaan diri, setiap pendapat dan Tembok
sebagai Negara Indonesia pada masa itu. Semua pendapat masih dalam cengkraman
orang-orang yang berkuasa.
Seharusnya semua coretan di tembok sebuah kepuasan
kita sebagai warga negara, karena kejayaan Negara ini pada awalnya sangat enak
bisa dikatakan Orla bisa menerima secara umum dengan menikmati kemerdekaan masih menerima segala kritikan. Sehingga kepuasan
berwarga Negara masih terasa.
Toilet yang dimaksud adalah tempat memberikan menampung
aspirasi masyarakat, agar masyarakat merasakan kepuasaan hidup berwarganegara. Bahwa
keluh kesah warga itu adalah cara terbaik menemukan kelamahan pemimpin bahwa
kritikkan adalah bentuk kebebasan manusia, jika diartikan dalam cerita
coret-coret di toilet bisa kita analogikan bahwa mencoret toilet itu sebuah
kreativitas manusia dengan sangat bebas mencoret dengan keadaan lagi pup
keadaan paling tenang. Sehingga kesadaran pada saat seperti itulah seorang
aparatur Negara mendengar kata rakyat.Sudut pandang lain juga bahwa manusia yang mengalami degradasi berpikir tidak mau dikiritik mendingan menjadi tembok saja karena benda diam bisa menerima masukan, manusia masih lebih baik daripada tembok daripada manusia yang tidak mau merima masukan apalagi masukan mengenai kesalahannya.
Selain
itu pula banyak cerita-cerita yang Eka Kurniwan tulis, masih ada Sembilan lagi
cerita yang belum bisa diuala secara detail karena setiap cerita memiliki
periode tersendiri. Potret kehidupan pada masa tersebut lah mempu menemukan
sebuah isi dari tulisan Eka secara detail.
Setelah itu pengulas mengambil satu cerpen lagi, tepatnya cerpen yang dipilih diulas, dengan judul Peterpan. Cerpen tersebut ada di posisi awal dalam bukunya, judul Peterpan dalam cerita tersebut menggambarkan pada salah satu tokoh sastrawan Indonesia Wiji Tukul yang memberikan gambaran bawa setiap karya sastranya dikawatirkan memberikan ancaman terhadap Negara. Ketika pada masanya mereka sangat sering menrima represivitas. Sehingga cerita kecil yang membuar masyarakat akan sebuah tindakannya menjadi ancaman akan menjadi pertimbangan para aparatur negara dan menjadi ancaman pada masa itu. Dalam kutipan percakapan seorang presiden dalam cerpen tersbut berkata;
“Tuan
penyair, aku membenci puisi-puisimu. Ia begitu menusuk dan melukai hatiku. Berhentilah
membacaya dan terutama menulisnya”.
Potongan
pecakapan di atas tmenunjukkan bahwa auto kritik terhadap pemerintah apa yang rakyat keluh kesahkan tidak diterima. Dengan seperti itu ada larangan membaca dan berpikir, bahwakan dalam bentuk tulisan yang mengancam tidak boleh, beleh kita katakan rezim seperti itu masuk pada masa Orba. Bahwa dengan
dasar pemikiran dengan hasil membaca dan menulis dikawatirkan akan menjadi
cambuk baginya sehingga tidak mau menerima akan kritikan orang lain.
Namun
semua yang baik dalam sebuah karya tidak lepas pula tidak baiknya. Bisa kita
kritisi pula kelemahan pengulas dan karya ini, pertama dari keterbatasan sebuah pengetahuan pembaca, mengenai karya tersebut setiap apa
yang diterima dalam buku ini. Pengulas bisa memberikan asumsi jika karya ini bagus dari
segi penuturan dan isinya khususnya bahasa penggunaannya, namun penggunaan analogi ketika mengaitkan dengan sejarah itu, dalam karya ini sastra ini tidak menemukan sebuah patokan, bahwa setiap fenomena pada masanya mana yang difiksikan dan fakta yang difiksikan hal ini sulit ditemukan. Mungkin saja keterbatasan pengulas sebagai pembaca kesulitan menemukan settingnya. Bisa
saja dikatakan karya yang mengangkat setting dan kejadian di masa lalu untuk
dipopulerkan di masa penulisan karya tersebut, memiliki patokan satu yang memiliki acuan yang jelas sehingga sebagai pembaca akan selalu berusaha menemukan dengan patokan tersebut. Sehingga sejarah
autentik tidak ditemukan secara konkrit, patokannya hanya ada pada tahun
penulisannya. Hal itu menjadi kesulitan pengulas.
Terima kasih akan ketemu kembali di lain waktu dengan ulasan selanjutnya sisa
ke sepuluh judul cerpen karya Eka Kurniawan judul Coret-coret di Toilet dalam kumpulan
ceritanya ini akan saya ulas diselanjutnya. Ulasan sederhana ini semoga menjadikan
saya bisa belajar lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar