Milan Kundera Seorang
Novelis Rusia pernah menuliskan. Sangat mudah Untuk menghancurkan sebuah
negara, cukup hancurkan saja buku-buku yang didalamnya, maka perlahan negara
tersebut akan hancur.
Akhir-akhir
ini banyak persoalan di negara tercinta ini, siapa yang disalahkan dan mungkin
tidak harus menghakimi siapa yang harus dihakimi oknum disalahkan. Namun perlu
kita sadari bersama bahwa setiap persoalan perlu kita renungkan bersama, karena
setiap persoalan negara kita adalah tugas kita bersama khususnya bagi
orang-orang akademisi.
Kalau kita menyimak dan mengikuti tentang
kehidupan sosial maka perlu kita sadari semua yang terjadi dengan kesadaran
tinggi kita perlu memperhatikan negara, bukan dengan adanya dunia politik dan
sebagainya. Yang perlu kita perhatikan negara kita ke depanya, sebagaimana kita
semua cinta terhadap negara kita Indonesia karena cinta negara sebagian dari
iman yang di fatwakan oleh Kh. Hasyim Asary tokoh pehlawan Indonesia.
Bisa dikatakan apa yang saya
rasakan akhir-akhir ini saya membuat milankolis. Dengan permasalahan akhir-akhir ini menjadi dilemma
besar, mencoba untuk menjadi orang yang lebih peduli atas negeri ini, karena
tidak bisa memberikan persembahan besar dalam memberikan kontribusi atas negeri
ini. Namun kegelisahan hari ini sebagai orang akademisi. Untuk mengakui menjadi
seorang aktivis terlalu paradok bagiku. Namun apatis dengan adanya permasalahan
tidak menjadikan kita lebih hidup sempurna. Keadaan yang terjadi di Indonesia
menjadi masalah kita semua sebagai warga masyarakat yang baik, dan masyarakat
yang peduli.
Permasalahan yang ada di negeri ini
sangat banyak. Ada yang artis kenak kasus prostitusi. Ada berita tentang
Pilpres yang tidak kalah hebohnya menjadi pembahasan dan konsumsi publik yang dedikasinya
tidak terlalu sempuran dan baik untuk diambil hikmah, walau tidak dianggap
peduli namun politik hanya menjadi bonus dalam hidup kita. Namun ada yang
paling memiriskan sebagai akademisi yang ada di perguruan tinggi, pembantaian
buku-buku yang dianggap bahaya. Aparatur negara membantai buku-buku dianggap
bahaya pikiran dan negara.
Ketika dalam pikiran manusia tidak
diberikan kebebasan lantas apa yang akan menjadi kelebihan dan manusia telah
diberi kebebasan oleh Tuhan, bagaimana mensyukuri anugerah Ilahi. Jika hakimnya
manusia lebih arif dari Tuhan dalam mendalami, kebebasan manusia membaca menggali pengetahauan dari
mana ketika buku dijadikan phobia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar