Sabtu, 02 Februari 2019

Hancurnya Sebuah Negara


Milan Kundera Seorang Novelis Rusia pernah menuliskan. Sangat mudah Untuk menghancurkan sebuah negara, cukup hancurkan saja buku-buku yang didalamnya, maka perlahan negara tersebut akan hancur.
                Akhir-akhir ini banyak persoalan di negara tercinta ini, siapa yang disalahkan dan mungkin tidak harus menghakimi siapa yang harus dihakimi oknum disalahkan. Namun perlu kita sadari bersama bahwa setiap persoalan perlu kita renungkan bersama, karena setiap persoalan negara kita adalah tugas kita bersama khususnya bagi orang-orang akademisi.
Kalau kita menyimak dan mengikuti tentang kehidupan sosial maka perlu kita sadari semua yang terjadi dengan kesadaran tinggi kita perlu memperhatikan negara, bukan dengan adanya dunia politik dan sebagainya. Yang perlu kita perhatikan negara kita ke depanya, sebagaimana kita semua cinta terhadap negara kita Indonesia karena cinta negara sebagian dari iman yang di fatwakan oleh Kh. Hasyim Asary tokoh pehlawan Indonesia.
Bisa dikatakan apa yang saya rasakan akhir-akhir ini saya membuat milankolis. Dengan  permasalahan akhir-akhir ini menjadi dilemma besar, mencoba untuk menjadi orang yang lebih peduli atas negeri ini, karena tidak bisa memberikan persembahan besar dalam memberikan kontribusi atas negeri ini. Namun kegelisahan hari ini sebagai orang akademisi. Untuk mengakui menjadi seorang aktivis terlalu paradok bagiku. Namun apatis dengan adanya permasalahan tidak menjadikan kita lebih hidup sempurna. Keadaan yang terjadi di Indonesia menjadi masalah kita semua sebagai warga masyarakat yang baik, dan masyarakat yang peduli.
Permasalahan yang ada di negeri ini sangat banyak. Ada yang artis kenak kasus prostitusi. Ada berita tentang Pilpres yang tidak kalah hebohnya menjadi pembahasan dan konsumsi publik yang dedikasinya tidak terlalu sempuran dan baik untuk diambil hikmah, walau tidak dianggap peduli namun politik hanya menjadi bonus dalam hidup kita. Namun ada yang paling memiriskan sebagai akademisi yang ada di perguruan tinggi, pembantaian buku-buku yang dianggap bahaya. Aparatur negara membantai buku-buku dianggap bahaya pikiran dan negara.
Ketika dalam pikiran manusia tidak diberikan kebebasan lantas apa yang akan menjadi kelebihan dan manusia telah diberi kebebasan oleh Tuhan, bagaimana mensyukuri anugerah Ilahi. Jika hakimnya manusia lebih arif dari Tuhan dalam mendalami, kebebasan  manusia membaca menggali pengetahauan dari mana ketika buku dijadikan phobia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar