Santri
adalah salah satu peserta didik yang berada dan belajar di tempat berbeda
dengan tempat atau lembaga pada umumnya. Namun fungsi sebagai manusia, seorang
santri sama dengan fungsi manusia yang belajar di luar pesantren. Hanya
dibedakan dalam bentuk posisi, jika sekolah umum berada di tempat terbuka, sangat
bebas di lingkunggannya, sangat berbeda dengan kehidupan pendidikan di pondok
pesantren.
Dalam
hal kedua fungsi dan posisi bukan bermaksud penulis memberi dikotomi mengenai
ilmu. Namun dengan kedua tersebut sudah ditekankan hanya posisi dan fungsi yang
akan dibahas, mengenai pengetahuan semuuanya tidak ada yang salah dari
keduanya, selagi pengetahuan difungsikan kearah kebabaikan, sehingga tidak
perlu kita memberi justifikasi dan membangun dikotomi ilmu. Membedakan ilmu
samahalnya menyalakan Allah SWT pada karunia-Nya. Sebab dalam dunia tidak ada
ilmu yang tidak baik semuanya baik (tidak ada ilmu yang tidak baik yang Allah
karuniakan) namun sebuah pengetahuan ibarat dua belah mata pisau jika dibuat
kebaikan menjadi baik, jika dibuat buruk akan menjadi buruk. Sehingga manusia
yang mengendalikan ilmu, kesimpulannya semua ilmu Allah pada dasarnya baik.
Santri
di posisi salaf atau santri yang
murni pada pengetahuan agama atau lebih mendalami ilmu agama khususnya Agama
Islam yang berada di sebuah tempat, sehingga akan mempermudah manusia dalam
memperdalam atau mendalami agama atau pengetauan. Sebab seorang santri akan di tempatkan di
tempat yang di kenal dengan Pondok (tempat) Pesantren (kumpulan manusia yang
belajar agama) (PP), sebagai tempat santri belajar. Jika itu salaf, murni akan mempelajari ilmu agama
murni. Namun kita juga banyak tahu bahwa pesantren sekarang sudah banyak
memperhatikan modrnisasi sehingga lahirlah santri modern. Atau santri yang
multi mempelajari agama secara intensif tapi tidak meninggalkan kebaruan yang
berkembang pada saat ini. Contohnya santri modern seperti Gontor, Annur, Gasek
, Al-Amin, dan Nurul Jadid dsb, sudah mengalami modernisasi pendidikan agama,
contohnya santri yang lulus dari PP tersebut sudah memiliki bahasa minimal
menguasai tiga bahasa, bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris. Hal itu
bukti sederhana santri hari ini sudah menerima dan mulai masuk ke ranah
pelajaran pada umumnya agar santri ketika lulus tidak memiliki perbedaan dengan
peserta didik pada umumnya.
Jika
sekolah pada umumnya lebih bebas atau tidak terikat dengan peraturan di pondok.
Kegiatannya bisa dilakukan secara bebas serta pelajaran yang di dalamnya akan
mengacu pada pembelajaran umum, namun tidak pula melepaskan pelajaran agama.
Maka tidak perlu memberikan sebuah dikotom ilmu tentang kedua tersebut, pada
intnya manusia belajar dengan niat menghilangkan rasa kebodohan maka tidak
perlu dibedakan dalam posisi belajar. Karena tujuan manusia belajar dasarnya
sama.
Peran
santri sebenarnya juga memiliki peran yang signifikan terhadap negeri ini.
Mengapa demikian, dari sekian banyak seorang tokoh besar banyak yang lahir dari
dunia pesantren salah satunya Soekarno mondok di HOS Cokroaminoto di Panileh
Surabaya. Tan Malaka juga lahir dari Pondok di Suluki Bukit Tinggi, KH. Hasyim
As’ary pahlawan dan tokoh Nahdatul Ulama (NU) pernah mondok di Arab bersama
dengan Moh Dahlan Pahlawan serta tokoh Muhmmadiyah di Indonesia, serta tokoh
seperti Presiden ke IV KH. Abdurrohman Wahid (Gus Dur) pernah di pondok Al-Azar.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa peran santri di negeri ini sangat signifikan mencetak
jiwa nasionalisme yang tinggi terahadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Pola
pandang harus diubah. Jangan menganggap
pesantren sebelah mata tidak ada peran terhadap negeri ini. Jika menelisik ke
sejarah pada 10 November 1945, masa itu bentuk klimaks yang dikenal dengan fatwa
rovolusi jihat yang disuarakan oleh gerak para santri pada tanggal 23 Oktober
1945, sehingga santri salah satu perjuang negeri ini dalam menghadapi
kolonialisme.
Kelebihan Santri Dalam Belajar Kelebian
Santri
Namun
cara pesantren hari ini dalam belajar sangat berbeda. Lebih dimatangkan dalam
karakter keagamaan yang dianutnya, sehingga pondasi yang ada di dalam dirinya
menjadi pondasi kuat, sehingga tidak goyah untuk menjadi santri yang milenial
menerima dengan mudah pelajaran; apalagi dengan peradapan zaman hari ini.
Modernisasi menjadi kebanggan sekaligus tantangan, mengapa demikian moderniasi
ketika tidak diimbangi karakter agama maka mata pisau terkadang difungsikan ke
hal negativ.
Di
dalam dunia kerja seorang santri akan lebih diminati. Karena dianggap karakter
santri dalam etos kerja yang diharapakan disetiap perusahaan, pabrik dsb. Karena
pendidikan di dalamnya sangat intensif karakter: karakter santri menurut Kiai
Sahal 2015 ada tiga karakter yang dimilii santri: yaitu 1) teguh dalam hal
kaidah dasar dan syariah, 2) toleransi dalam hal syariah atau tuntunan sosial,
3) memiliki dan dapat menerima sudut padang yang beragam terhada permasalahan,
4) menjaga dan mengedapankan ralitas sebagai panduan sikap dan perilaku
keseharian. Dala risetnya Hamid 2015 menemukan nilai-nilai karakter santri:
pertama, nlai dasar berupa tawassuth (moderat),
tawazun (seimbang), tasammuh (toleransi), dan I’tidal (adil). Kedua nilai personal
berupa keimanan, ketawakalan, kemampuan baik, disiplin, kepatuhan, kemandirian,
cinta ilmu, dan menuup aurat. Ketiga nilai sosial berupa kemampuan baik dalam
kinerja, sopan santun, menghormati guru, memulikan kitab, menyayangi teman, uswah hasanah, tawadzu’: doa guru,
berkah, dan pisah antaa laki-laki dan perempuan ( Hamid Times Indonesia
17,Oktober 2018)
Maka
kebanggan seorang santri hari ini menjadi momok dan sorotan utama dikehidupan
masyrakat. Karena seoran santer memiliki kelebihan dalam kehidupan sosial,
diranah pekerjaan serta perpolitikan meliki keistimewaan. Jika pengetahuan yang
dimiliki sesuai dengan apa yang dikerjakan sesuai dengan kebijakan dirinya,
sebagai santri yang duduk di birokrasi, santri politikan, dan santri seorang
kiayai, bersikap manusia yang bijaksana dalam kebajikan sebagai fungsi manusia.
Selamat hari santri 2018 semoga selalu menjadi
abdi negara yang selalu menjaga NKRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar