Senin, 12 Agustus 2019

Malam Lebaran di Bawah Lampu Merjosari

Gambar: pusjal

Ketika hambal sudah dibeber dan buku ditata pada saat itu pula sudah dimulai. Memulai melapak buku bersama dengan solidaritas. Namun bukan hal itu yang ingin ku tulis. Pada  saat takbir bergema setiap lebaran tiba ada hal yang ingin ditutupi yaitu kegelisahan berkelanjutan pada saat malam lebaran. Bahkan saking tidak bisa menahan air mata yang bergelimang laksana air mata ikut bertakbir.
Dari masa tidak pernah terhapuskan.

Orang yang selalu peduli di perantauan bahkan selalu menjadi teman hiburan. Namanya tidak saya sebut tapi itu selalu sabar menghadapi keadaan kacau balau seperti ini. Dan berharap masih terus sabar dan selalu tersenyum. Anehnya dia selalu tidak ingin tahu perjuangannya, kecuali selalu postif baginya.
Sepertinya yang dilakukan hari ini bukan tentang belajar filsafat atau sejarah yang rumit bahkan merumitkan. Tapi, mengenai hal paling dirundingkan setiap doa mengenai yang paling penting dalam hidup. Setiap lebaran nama Itu dapat menjelma seperti halnya matahari setiap pagi terbit.

Gambar: Gerilya_literasi

Lapak buku bukan hobi istimewa yang akan menjadi kebanggaan setiap orang khususnya mahasiswa (i). Namun gerakan ini merupakan gerakan yang akan menjadikan kita lebih dewasa tentang yang ada pada manusia, kerja kemanusian yang akan menjadi bagian dari setiap orang menyukai bahkan separuh dari kesehariannya buku dan membaca menjadi bagian rutinitas. Bagiku mereka yang selalu berada di zona itu, sudah menemukan kerisauan ketidak pahaman tentang banyak hal khusus bagi pengetahuan. Rutinitas yang lahir dari kreatifitas akan menimbulkan estetika yang lahir dari etika.

Membaca bukan hobi yang paling disenangi atau bahkan digemari para pencari menantu idaman para ibu-ibu yang anaknya hidones. Tidak akan ada yang paling idaman ketika semua hanya menjadi keinginan pemahaman. Buku hanya objek pembaca sebagai subjek yang akan hidup dalam dinamika persoalan tentang hidup yang mampu membenturkan diri.

*

Saat duduk dan menjaga buku sambil membaca buku. Wartawan datang mendatangu saya, setelah dari Cak Pendek (nama sebutannya), ia sebagai penggerak wahana baca “Sabtu Membaca”. Wartawan yang datang meminta jawaban kepada saya tujuan dari Perpustakaan Jalanan-Malang (Pusjal Malang) yang serentak dilakukan di Malang, tepatnya di Merjosari. Ketika menanyakan tentang gerakan Pusjal,
"Apa tujuan dari Pusjal yang berkolaborasi bersama membuka wahana baca?" ujar Theo pewarta.
"Tujuan, merupakan gerakan jiwa, dan melakukan bentuk solidaritas atas kejadian 27/06/2019 saudara kita di Probolinggo yang melakukan gerakan literasi, namanya 'Vespa Literasi' yang dibubarkan dan disita bukunya, dan ini bentuk ketidak terimaan kita sebagai misi yang sama, satu tujuan untuk memberikan wadah baca kepada masyarakat, karena orang Indonesia bukan tidak suka baca, melainkan Indonesia kekurangan fasilitas baca. Dan hari ini Indonesia bukan lagi berada di ranah paling rendah melainkan Indonesia hanya kurang wadah membaca. Contoh kecilnya ketika ruang baca di setiap daerah diadakan pasti akan ada yang mengunjunginya.
"Apakah kegiatan baca di jalanan ini efektif?"
"Pertanyaan ini sudah pernah dilontarkan oleh salah satu teman yang sekaligus mencemooh dengan adanya ruang baca di umum ini. Terutama ia mengatakan tidak ada nilai guna pada apa yang saya lakukan, membuka wahana baca setiap Senin fungsi secara signifikan tidak ada. Bagiku kegiatan ini merupakan bentuk pengenalan literasi dan karena Indonesia ini kurang wadah di Kampus atau non-kampus, kita melakukan seperti bentuk pengenalan dan pentingnya membaca, bicara hasil tidak pernah menargetkan, ini bentuk perjuangan kami lakukan bukan untuk menemukan eksistensi yang dibangun melainkan bentuk esensi dari apa yang diresahkan oleh gerak jiwa. Bahwa efektifitas ada ketika kesadaran sudah kebangun oleh individu yang akan membuka ruang pada masyarakat akan pentingnya membaca. Saya hanya ingin memberi wadah yang sesuai dengan kebutuhan ketika sudah tidak mau nempati Atau memakannya apa yang kami siapkan. Siapa tahu suatu saat ada saja yang akan memanfaatkannya.

Langit sudah makin gelap lampu Kota Malang sudah begitu suram. Banyak di samping taman Merjosari semakin sepi. Saya dan teman-teman pada bergegas membereskan buku. Sambil berbicara tentang takbiran yang bergema. Salah satu teman nyeletuk "Kita ini bertakbir baca, bukan takbir seperti biasa". Dengan senyum sinis sebab ada rindu yang belum terbayar tuntas, setiap lebaran ketika menulis puisi hanya berisi tentang bagaimana menerjemahkan wajah yang hilang dan setiap bulan lebaran dirindukan.

Perkataan " Kau anak mama dan kini sudah dewasa, dan masih ingat dulu mama meletakkan kancing kemejamu agar rapi, dan memasangkan kopiahnya, kau anakku". Suara itu kini hanya bisa dikarang olehku dan bisa saya rasakan melalui cerita dalam setiap tulisanku. Tulisanku begini tapi maksudnya begitu hal itu representasi dari apa yang bisa dirasa dan tidak hanya secara terang diterima.
Selamat lebaran di taman Merjosari dengan desir angin dan kota dingin yang akan dikenalkan oleh cuaca pada mahasiswa baru di Kota Malang.

Ketika buku ada lagi yang disita karena trauma tropisme yang terlebihan hingga menciptakan kediktatoran penguasa modal, kekuatan ada kita yang senantiasa membaca dan mencoba membuka diri agar terbentuk keluasan, ketajaman, dan kehalusan perasaan. 'Membaca adalah melawan" terpapang di baner. Asumsi saya bahwa melawan multi tafsir,. Melawan kemalasan, melawan ideologi, melawan ego mengenai apa yang ada dalam Al-Quran dengan realitas kita, buku atau kitab. Semua akan terangkum dalam proses menemukan dan mengemplemintasikan apa yang dibaca dalam kehidupan.

Perjuanganku bukan melawan kolonialis atau imperialis melainkan ego individualis. Sikap gotong royong sudah terkikis. Sebagai mahasiswa kini hanya membaca apa yang telah diterima oleh dinamika. Selamat datang mahasiswa baru 2019. Besok pembukaan, pembukaan Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Brawijaya Malang. Bersiaplah di Kota dingin Malang. Mahasiswa berpikir, berporoses, dan membangun akses. Serta membaca apa yang disuka.

gambar: solidaritas Perpustakaan jalanan Malang


Akhmad 2019
Ditulis Taman Merjosari ketika solidaritas ngelapak buku baca Gratis bersama dengan aliansi Perpustakaan Jalanan Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar