Minggu, 25 Agustus 2019

Perempuan Penerima Buku Terjemahan Sapardi Djoko Damono; Anton Chekov



Buku yang pernah diberikan bukti bahwa ada sesuatu yang tak ingin ku ucapkan karena aku masih belum siap. Dirimu sekarang masih dalam keadaan paling super sibuk dengan dirinya dan menata hidup bersama teman-temannya. Sedangkan yang saya kwatirkan denganku kamu tidak akan bisa menerima apa yang aku rasakan.

Pertama kali ku pergi ke toko buku waktu itu aku diam melihatmu bukan karena nafsu melihat kecantikanmu, namun hanya ada keadaan paling beda yang bisa kuterima dalam jiwa. Waktu itu aku mengambil hp dalam waktu 5menit aku menulis puisi tentangmu.

di toko berserakan
hati masih berdamai rapi menepi diwajahmu
bukan nafsu dirasa perbedaan detak jantung menjadi pertanyaan yang tak berkesudahan
bagiku kau tak menarik tapi buku yang dipegang menimbulkan cahaya dalam jiwa
dan pada saat Itu aku menyimpan peristiwa masih sempurna belum ada makna darinya

Pada baris ketiga puisi lanjutan kala masih belum pernah aku ucapkan padanya. Dalam pikiran sempat percaya kalau dirimu sama dengan apa yang pernah aku rasa, namun realita hanya sekedar seperti hal semuanya sama. Keanehan itu membuat beberapa peristiwa belum pernah ada lagi dirimu namun dalam mimpi kau datang seperti halnya orang yang ingin dibuat senyum oleh caraku, namun cara itu tak ada dalam diriku ku rasa darimu. Mungkin itu sebuah kebalikan dari hidup. Dan rasa akan hanya menjadi peristiwa.

Beberapa hari lalu pernah ku mempikan dirinya. Tidak tahu kenapa harus ada dalam mimpi, aku tidak pernah berpikir itu terjadi. Dalam mimpi ia datang sebagai orang yang seperti minta diperhatikan. Kala itu aku menceritakan ke teman kamar kos namanya Rudi. "Saya bermimpi anak itu, aneh bukan satu kali soalnya, apa saya suka ke dia?" dengan sambil tersenyum. Lalu Rudi menjawab "Sudah tembak aja, kan dia juga tidak punya pacar sepertinya, alias jomblo". Sambil nyengir berkata. Aku hanya bilang "Tidak Mas, mungkin bilang suka kepadanya kasian kepadanya keadaanku masih amburadul dan tentunya tidak jelas, kasian padanya, pean tahu keadaanku ini, kuliah terkatung katung, keseok-keseok, mana nanti kalau saya diterima apa dia akan mampu melalui bersama dengan keadaan seperti ini, keadaan seperti ini ada rasa ragu dan kasian. Ragu tidak diterima kwatir dia sudah punya pacar atau kasian kalau diterima sedikit banyak saya akan membagi cerita kepadanya dalam keadaanku, tahu sendiri Mas, akademikku ini masih amburadul dan masih butuh jalan panjang, apalagi semester ini harus cuti kuliah sepertinya". Ujar aku kepadanya. Rudi menyambung lagi dia berkata " Kalau memang anak itu ada rasa pasti dia akan mau diajak menderita, ceritamu akan menjadi cerita menarik Kak, kamu ini penulis, walau belum diakui oleh banyak orang tapi bagiku kamu penulis Kak, cobalah karyanya dikirimkan ke media besar, Mediakita sepertinya butuh Penulis muda dan perlu naskah novel, coba karyanya kirim Kak". Ujar Rudi sambil mengejek dan serius. "Iya Mas doakan segara usai apa yang saya tulis dan bisa diterima oleh mediakita, dan kamu sebagai orang yang paling aku bahagiakan, entah dengan cara apa itu Mas". Ujarnya. " Saya cukup kita lulus bersama wes bisa bahagia apalagi sampe bisa punya penghasilan bersama, Malang seperti banyak cerita bagi kita".

Percapakan telah diusaikan. Semua seperti sudah tidak menemukan kemana hari itu, namun aku tetap dengan aktivitas, harus pergi mencari buku pesanan dari teman. Perjuanganku yang selalu sendiri sepertinya akan menemukan kebahagian sendiri kala malam di tengah malam aku mengukur semua yang ada di masa laluku. Begitu tersenyum Tuhan mungkin akhir-akhir ini, sebab ulahku masih seperti manusia pada umumnya yang normal, beda dengan 3tahun yang lalu. Gelap yang tak berkesudan seperti tiada terang, kecuali malah tambah muram. Kini masih beruntung gelapnya malam masih normal dan siang masih normal, walau kadang malam masih saja tercemar sempurna jadi malam layaknya dinikmati kala mata tertutup. Cara itu beda bagiku hari ini, waktu malam dihabiskan di jalan dan bekerja di salah satu Kedai di Kota Pendidikan, sebut saja kota itu bernama Malang.

***
Beberapa hari lalu pernah aku berpikir dengan buku yang pernah diberikan pada saat diskon buku Togamas 30℅, perempuan itu sudah bukan pertama kali ikut ke toko buku bersamaku. Namun kali ini sebenarnya bukan ada janji akan bertemu di toko buku ini, kenapa waktu saya pulang kerja tepat puku 7:30Wib, dan perempuan itu chat saya menanyakan "Togamas buka jam berapa?" tanya melalui pesan Watsap (WA), jawabku "Memangnya saya penjaga Toga atau saya kerja di sini hehe", jawabku padanya, karena itu saya berpikir mengapa seperti waktu menyetujui pertemuan dalam benak perempuan itu akan menjadi orang yang beberapa waktu lalu ke toko buku Wilis, toko buku bekas dan buku repro disitu tempatnya. Masih berpikir rasa kala pertama ku menulis puisi yang puisinya masih ada dalam ponselku di note. Mengapa dalam pikirku dia itu pas kalau aku di ke sini dan dia juga. Bukan baper hanya berpikir saja mengenai waktu yang menurutku itu mendukungku, atau dia yang didukungnya. Dia membalas pesan WA-ku " Bukan begitu Mas, hanya tanya dan aku mau ke sana sekaligus mau pulang". Saya menjawab "Buka pukul 8:00Wib Togamas. Hati-hati kalau ke Togamas, kalau nanti ketemu denganku, saya belikan kamu buku". Balasnya " Memang Mas di sana?" gak saya balas chatnya, karena aku harus masuk dan mencari buku pesanan dan buku yang aku butuhkan, buku itu yang sudaj ku incar itu buku Budi Darma. Setelah naik di lantai 2, aku menuju tempat buku yang ku sembunyikan buku, kwatir karena pada saat itu belum ada uang, dan kini aku tepat gajian dan ada buku diskon 30%. Seperti menemukan uang di dalam saku yang pada saat itu tak memegang uang. Buku pesanan dan buku Budi Darma sudah di tangan. Setelah itu aku menemukan buku yang menarik lagi, buku itu karya Eka Kurniawan berjudul Ketika Rindu Harus Dibayar Tuntas judul Itu dan warna membuat aku berpikir akan memiliki juga. Dan dengan banyaknya buku di tangan banyak aku harus hitung-hitung adanya uang yang aku punya masih cukup apa tidak. Di rak paling barat berada dideretan paling bawah dan stok buku yang sudah tersisa 1, membuatku berpikir keras buku ini bisa dimiliki, berpikir bagaimana bisa aku miliki, sedangkan sisa uang sudah seperti tidak nunut, diskon 50an, harga asli 70an, uangku sudah tidak cukup, kalau dipaksa setoran akan katut juga, setoran ke Pelangi Sastra ada buku yang belum dibayar. Setelah aku baca sinopsis buku tersebut aku harus meletakkan kembali ke raknya. Setelah duduk serasa bingung. Datang perempuan yang tadi menanyakan Togamas buka, dengan senyum menuju, dengan mengenakan baju dan switer andalannya, dengan seperti itu saya memiliki tanggungjawab lagi ditambah gengsi pula, masak janji alan belikan buku kalau ketemu, masak tidak bisa tepati sendiri. Nyapa dia "Ngapain duduk di situ?" dengan senyum manisnya. Aku hanya menjawab "menghitung uang cukup apa tidak hehe,  pean sudah dapat buku?" ia menjawab "Belum, ini masih mau cari". "Cari dulu sana, oh iya sudah pernah baca bukunya Eka yang ini?, aku tunjukkan kepadanya buju yang aku inginkan. Dia jawab " Pernah Mas, ceritanya agak absurd". Oh iya, pengen ini tapi ragu dengan isi kantong. Ayo ikut bentar ke rak buku fiksi sastra terjemahan. Sesuai dengan janjiku". Aku bawa ia ke arah buku terjemahan disitu ada buku George Orwill Animal Farm dan 1984 terlihat menggoda. Aku berpikir buku itu bagus tapi saya yakin dia gak suka, dari wajahnya ia suka Sapardi Djoko Damono,  karena sering baca puisi yang ditulis di status WA-nya bahasa dan gaya nyaris Sapardi. Aku hanya ambil buku terjemahannya Sapardi karya Sastrawan Rusia Anton Chekof berjudul Tiga Tahun, tiga bentuk tulis angka dalam cover bukunya. Lalu ku berikan dan ku bayarkann, tanpa menolak langsung menerimanya. Itulah perempuan tidak ada pura-pura kalau memang sudah disukai, maksudnya suka dengan bukunya. Dengan senyum dengan kata serius kepadaku. Dan dia sendiri langsung mengambil bukunya Hasan Aspahani di rak sebelah. Lalu turun ke bawah, menuju kasir, dan buku Anton Chekof itu langsung Saya berikan dan menuju ke parkiran, dia pulang dan aku dengan teman lanjutkan ke toko huku indi-an di Malang. Saya hanya berpesan hati-hati kepadanya, Kabari kalau sudah sampai rumahnya. Dia pulang. Aku keluar.

***

Beberapa bulan selanjutnya kurang lebih tiga bulanan. Ia, seperti hilang dari hidupku tapi dia memang beda kelas denganku, tapi ada di salah satu mata kuliah kita bersama. Aku tak ada apa-apa menganggap biasa seperti Mahasiswa pada biasanya. Setiap hari. Mengapa tiba-tiba dia datang lagi dan dia seperti memanjakan diri kepadaku, dengan senyum setelah turun menyamperin aku, dan dia seperti orang pucet sakit, saya pegang lengangnya di bawah bahunya, lalu dia memelukku dan dia lama memelukku, sepontanitas ketika dia sudah menatap mataku, dengan dengan posisi seperti memandang adekku sendiri dengan keadaan seperti itu, lalu spontas aku mencium kening dia. Dalam dunia nyata sepertinya aku tidak akan sengawur dan seberani itu. Karena dia datang ke aku yang terakhir hanya dalam mimpi kala aku tidur siang setelah selesai pulang kerja. Dan aku berpikir apakah dia lagi sakit, kebetulan aku dalam kondisi tidak enak badan juga.




Akhmad 2018
Cerpen ini ditulis di Togamas Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar