Rabu, 11 September 2019

Jalan Tak Ada Ujung |Karya Mochtar Lubis

Ulasan buku: Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ditebitkan di Pustaka Obor 1992.

Buku jalan tiada ujung karya Mochtar Lubis merupakan karya yang memberikan pandangan dan pengalaman baru mengenai Kota Jakarta pasca kemerdekaan awal-awal, tepatnya pada tahun 1947.

Dalam novel ini menceritakan sebuah kondisi pemuda pejuang kemerdekaan, dengan kesatuan tentara Jepang yanh menunggu kedatang tentara sekutu, karena pemuda masa itu mengumpulkan persenjataan dari pasukan Jepang, dan ketegangan dalam hati seluruh rakyat Indonesia mengenai siapakah yang akan datang pertama dari tentara sekutu, tentara Inggris, atau Belanda. Itulah setting dalam novel Jalan Tak Ada Ujung ini, yang mengisahkan pejuang-pejuang seperti tokoh Hamzil, pemusik yang bersemangat berapi-api, Guru Isa yang lembut hati dan tidak suka pada kekerasan, istirahatnya yang merindukan kasih lelaki. Perlawanan terhadap tentara Belanda yang hendak menjajah Indonesia, kehangatan cinta, semangat perjuangan berkobar, ketakutan, kejahatan manusia terhadap manusia, penemuan diri di bawah siksaan, dan kemenangan manusia dalam pergaulan dengan dirinya, dan kekejaman peperangan.

Setting waktu yang digunakan setelah pasca kemerdekaan, tentunya akan memiliki perspektif secara subjektif. Bahwa dalam sejarah masa itu merupakan pemerintahan Soekarno sebagai proklamatkor Presiden pertana Indonesia. Bahwa di dalamnya menceritakan sebuah salah satu Guru Iza, Hamzil, dan Fatimah.

Secara visual buku ini merupakan potret sejarah yang dikemas dengan fiksi. Tepatnya ini sebuah Prosa yang memukau atas ada nilai filantropi yang telah dilakukan oleh Guru Isa ke Hazil. Serta nilai semangat tentang memberikan pandangan tentang kecintaan terhadap budaya, demokrasi, pandangan hidup, dan perjuangan. Perjuangan atas dirinya dan perjuangan atas negeri sendiri.

Fenomena pada tahun 1947 tersebut akan selalu menimbulkan konflik dan mendapatkan peristiwa-peristiwa baru. Dan seorang Mochtar Lubis sangat memukau dan satir menyampaikan sebuah peristiwa yang bisa dirasa oleh pembaca. Hal paling sederhana bisa diterima. Satir tentang apa yang terjadi melakukan sebuah kritik kepada Soekarno ketika pada masa itu tertawakan oleh banyak orang tentang kemerdekaan. Setelah sampai pada kemerdekaan tiba pada masa itu, masyarakat Tionghoa berlumur darah itu disatirkan dalam mimpi seorang Guru Isa.

Guru Isa tidak tahu apabila dia jatuh tertidur. Ia bermimpi penembakan du Jalan Asam Lama kembali. Melihat seorang Tionghoa berlumuran darah. Lalu terbangun.Terang sebagai menonton bioskop (hal 34-35).

Hal tersebut paling unik dalam menyampaikannya. Bagaimana fenomena sejarah Tionghoa akan menjadi mampi buruk nantinya yang ada di Indonesia. Dan masyarakat hanya menjadi penonton seperti halnya di bioskop. Bahwa nilai kemanusian tercipta di sana secara futuristik, bahwa di mana zaman nanti Tionghoa akan mengalami rasa sakit yang luar biasa, dan masyarakat yang tidak berkepentingan hanya bisa menontonnya, apalagi hanya seorang guru.

Mengenai Perjuangan Manusia
Dalam percakapan Hazil dengan Guru Isa selalu membuka pertacapakan yang memberikan sebuah pengetahuan mengenai perjuangan Hazil penyuka musik bahwa perjuangan.
 "Manusia semenjak zaman dahulu perjuangan memburu kebahagian. " (hal 45).

Pada kutipan di atas menunjukkan bahwa setiap perjuangan manusia dari zaman dulu hingga sekarang tidak lain dan tidak bukan merupakan perjuangan yang sangat umum, perjuangan kebahagian merupakan hal yang akan dirasakan oleh manusia dan semua manusia pasti merindukannya. Dan hal itu merupakan titah, karena sejak kecil hingga dewasa kebahagian akan menjadi final manusia, sejak kecil manusia tidak berpikir sempurna menrindukan hal tersebut apalagi yang sudah dewasa memiliki pemikiran sempurna, tentunya akan lebih ambisius. Dengan perjuangan seperti Itu manusia akan membuka diri, apalagi sudah bisa membaca tentunya akan melahirkan banyak cita-cita bahagia.

Makna Revolusi
"Manusia seorang-seorang. Tidak engkau maksudku? Bagaimana harusku terangkan? Perjuangan manusia yang bukan dalam gerbolan. Bukan selak serigala kawanan yang melakukan pemburuan, tetapi salak dan salak dan geram, sedu-sedan, dan teriak nyaring serigala seekor yang merebut hidup. Bagiku individu itu adalah tujuan, dan bukan alat mencapai tujuan. Kebahagian manusia adalah dalam perkembangan seorang-seorang yang sempurna dan harmonis dengan manusia lain. Negara sebagai alat. Dan individu bukan diletakkan di bawah negara. Ini musik hidupku. Ini perjuanganku. Ini jalan tak ujung yang kutempuh. Ini revolusi yang kita mulai. Revolusi Hanya alat mencapai kemerdekaan. Dan kemerdekaan juga hanya alat memperkaya kebahagian dan kemuliaan penghidupan manusia-manusia." (hal 46-47).

Percakapan Hazil merupakan sebuah satire terhadap kemerdekaan diri, bukan dicapai dengan cara gerombolan malin kemerdekaan diri tercipta oleh seorang individualis. Maka mencintai musik bentuk kemerdekaan paling suci tanpa ada embel-embel kepentingan. Dan kemerdekaan individu sebuah tujuan, alat bentuk representasi dari bahan darinya. Dengan pencapaian Itu akan merasakan kebahagian.



Akhmad Mustaqim 2019

1 komentar: