Kamis, 19 Desember 2019

Perjalanan Tak Ada Ujung

Catatan Kecil Seorang Penulis

Aku datang ke kota ini, tidak memiliki kekosongan namun tidak pernah dikonsepkan begitu rapi semua serasa hanya berjalan. Tidak perlu menyusun keinginan. Dalam perjalanan aku hanya melihat jalan dan kaki melangkah walau kadang disetiap krikil ditemukan di jalan dipinggirkan, bukan hanya menemukan lebih tragis pula ada yang terkenak ke kaki dan darah kental merenggang.

Ketika berada di jalan kaki terus melangkah mata menatap kepala manusia ternyata tidak ada mata dan kepalanya tiada. Suara-suara merdu hanya ada dalam katanya yang disampaikan oleh banyak orang bahkan teman. Telingaku hanya terdengar dengung yang meradang. Suara hanya terdengar dari belakang tembok dan mencoba menelisik lebih dalam untuk menemukan apa maksudnya dari suara itu, semakin dekat ternyata semakin tidak terdengar. Karena hati telah hilang bentuk tentang dunia seperti batu yang menyelam ada di dalam dasar laut desir angin menggoyangkan angin tak terdengar.

Seadainya bisa dipahami dengan jelas ku akan merekamnya dengan baik, dengan menuliskan serta disebarkakan dalam bentuk panflet dan ditempelkan di mading kampus. Agar semua orang tahu suara terdengar dari mahasiswa atau mahasiswi tadi itu. Berhubung tidak ada yang bisa ditangkap oleh telinga hanya menuliskan rasa yang kurasakan. Pernah aku bermimpi ingin jadi seorang penulis, jadi semua apa yang bisa disuarakan orang terdekat bisa diberikan kepada orang terutama kepada penunggu berita yang cinta pengetahuan, peradaban, dan menemukan pemecah persoalan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar