Selasa, 01 Mei 2018

Diskusi Manusia Bijak dan Makhluk Taat



Angin kencang mengancam setiap bangunan, bangsa yang besar memiliki pengaruh besar pada negara-negara, manusia membaca akan sedikit berbicara akan segala yang menjatuh, sedikit baca maka akan lebih banyak mendapatkan hal tak pantas di dengar bukan membangun tapi menidurkan manusia dalam ketidak sadaran akan kesalahaan, ngorok dengan tanggungjawabnya, tersnyum dengan ketidak pahamannya. Rasa-rasanya semua akan tiba pada suatu masa hal yang tidak bisa akan dirasa.

Rasa-rasanya hari ini telah tiba pada suatu masa di mana dalam cerpen Ki Pandji Kusmin dengan judul “Langit Makin Mendung”. Di mana negara ini sudah menjadi sebuah kota kecil yang menjadi lelucon dialog nabi dan malaikat di sana. Gelisah dan tertawa dengan apa yang ada di kota terkecil itu, malaikat dan nabi melihat dari surga.

Bahwa yang tidak memiliki nafsu bisa saja marah dan berontak, si malaikat Jibril saat nabi di dzolimi oleh orang kafir akan “aku kembalikan batu itu ke orang yang menyakitimu”, ucap Jibril, “jangan Jibril, mereka seperti itu mungkin saja memang tidak tahu betapa sakitnya jika batu itu bisa mengenaiku, saya hanya berharap keturanannya dia akan tahu apa yang diperjuangkan ini adalah agama yang benar yang membawa dirinya nanti pada kehidupan yang sebenarnya”, dalam dialog nabi dan malaikat. Kau tak usah marah, Allah itu sudah menggariskan apa yang terjadi hari ini tak perlu disesali dan disegani keadaan ini harus diketahui bahwa yang terjadi itu semua karena keinginan Tuhan, agar yang sadar lebih dalam lebih dekat, bagi yang tidak agar bisa belajar.

 Bagaimana negara terkecil yang memiliki keanekaragaman sangat banyak dari budaya, etnis, suku, agama, kekayaan itu bukan menjadi sebuah kebanggan oleh kita, maka menjadi ancaman sebuah perpecahan yang kadang terlahir dari sebuah kepentingan. Banyak fenomena-fenomena di negeri ini dibilang lucu, “tidak”, namun kadang menggelitikkan membuat tersenyum. Ada yang mendoakan untuk kemaslahan ummah, ada yang mendoakan bagaimana kesalamatan akan dirinya bersalah atas apa yang dijalani.

            Hari-hari semakin hari semakin lucu dengan puisi Sukmawati serta Tsamara Amany, serta banyak lagi yang membela akan dirinya sebagai manusia  berakhlak menurut dirinya. Serta kehebohan mengundang saya harus menuliskan untuk memulai dari mana, serta bagaimana. Sedangkan banyak yang harus dituliskan namun keterbatasan pengetahuan serta dituliskan belum tentu bisa menyelesaikan. Tulisan ini hanya berharap bisa membuka pandagan baru tentang arti hidup kebhinekaan serta Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Seandainya Negara Usbekistanz di timur tengah memiliki dominasi banyak suku serta budaya, seperti Indonesia. maka dunia akan cepat musnah, bukan kiamat karena kiamat manusia kadang sudah sering menemukan dalam kehidupan jika manusia belajar tassawwuf. Namun kita akan membicarakan sebuah mayoritas dalam sebuah negara terkecil besar oleh Sumber Daya Alam SDA, serta kekayaan bahasa serta perbedaan sbg.

            Kita akan menjadi menusia yang seperti apa di dalam negara terkcil yang kaya raya dalam pandangan terkecil manusia cara berpikir dengan ketidak kepercayaan dengan apa yang dipunyainya. Banyak yang terjadi kesalah pahaman tentang kaum minoritas serta kaum mayoritas itu keniscahayaan sudah menjadi hal biasa walaupun itu tidak biasa. Namun menjadi langit mendung lagi dengan segala nuansa yang dibuat oleh keragaman manusia dengan adanya perbedaan yang selalu menjadi pertikaian padahal dalam perbedaan itu negara ini memiliki kelebihan yang sangat jauh dari kehidupan manusia di negara-negara lain. Bahwa akan ada perbedaan sangat signifikan ketika mendatangi negara Amirika, Inggris, Jepang, Brazil yang sangat Individualis dalam kehidupannya tanpa kesolidaritasan untuk menciptakan “sikap gotong royong” tidak akan di temukan oleh mereka di sana. Jane mahasiswi Amirika belajar bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang mengatakan “sangat jauh berbeda kehidupan di Amirika dengan di Indonesia bahwa orang Indonesia sangat ramah”, pertanyaan itu menjadi pembuka pada saat pertama kali datang ke negara Indonesia yang sebelumnya pernah pergi ke Inggris dan Jepang.

            Negara sepertinya akan mengalami hujan deras yang bukan hanya hujan air namun hujan politik yang membicarakan kepentingan, bahwa dalam dinamika sosial banyak hal yang harus direnungkan serta di doakan, mungkin saja masih tidak hujan yang mengancam negara kita karena masih banyak doa-doa dari orang-orang mulia untuk masih bisa mengharapkan negara kita masih hujan air biasa, masih bisa dinikmati manusia serta merasakan ketenangan. Bukan saja akan apatis akan keadaan namun banyak cara mencintai negara. Mencintai negara dengan mendoakan agar tetap mendapat rahamat Alloh Swt. Sehingga mencintai negara bagian dari iman (Kh. Hasyim Ashary).

            Mengapa perpecahan di ancam dan manusia mudah terprofokasi karena pengetahuan manusia orang manusia rendah, sehingga kedangkalan berpikir manusia sangat pendek. Jikalau dilihat dari letak georafis Indonesia ini berada di negara katulistiwa sehingga jiwa dalam psikologisnya memiliki kekuatan hanya dua pandangan sehingga akan mudah dimasukan hal-hal baru apalagi berbaur negatif berkaitan dengan sebuah keimanan. Dengan cara apa manusia di Indonesia bisa memperluas paradigma untuk memperhalus perasaan dan pandangan hanya dengan membaca meraka akan bisa mengubah segalanya. Yang lemah menjadi lembut yang kusut merajut membenahi cangkul, arit digenggaman menjadikan sebuah permata dengan luasnya paradigma dari apa yang dibaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar