Kamis, 31 Mei 2018

Peran Kaum Inteletual Islam di Industri 4.0


gambar:liputan6.com

Manusia akan terus berkembang, dengan dukungan modernisasi hari ini kita nikmati. Perkembangan industri ke-4.0, mambuat kehidupan manusia lebih instan dalam melakukan aktifitas, serta kecepatan manusia serasa kalah dengan mesin. Ketidak sadaran manusia akan acaman terbesar itu, kekawatiran manusia dalam dunia kerja pada masa akan datang menjadi pilihan kedua setelah mesin. Ancaman terbesar selain itu yaitu ediologi, serta agama persaingan apakah yang akan menjadi ancaman dalam modernisasi Islam?.
            Sangat besar pengaruh adanya internet serta kecanggihan modernisasi yang lain. Maka untuk mengubah cara pandang manusia serta cara manusia bisa menguasai segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Apapun yang terjadi hari ini sebagai bukti kekreatifan manusia hidup di era sekrang. Entah akan datang dunia dan kehidupan seperti apa akan datang namun tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan zaman akan terus berjalan, kehidupan manusia pun akan terus berkembang, sehingga manusia akan bisa menghasilkan sesuai apa yang diharapkan.
            Namun yang harus menjadi pembahasan kali ini hal, penting dalam kehidupan, terasa perlu pembahasan yang lebih luas yaitu agama. Sebab agama sebagai kontrol manusia hidup, ketika agama kuat maka kehidupan dunia akan menjadi orang hebat, begitupun sebaliknya. Dalam tanda kutip, orang yang beragama seperti apa dan bagaimana menyikapi kehidupan itu. Menteri Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, “Peran agama perlu ditingkatkan karena setiap agama memiliki nilai-nilai leluhur, seperti kebajikan, keutamaan, kesempurnaan, dan kedamaian. Dengan semua nilai-nilai leluhur itu, agama akan mendorong, menciptakan karakter bangsa Indonesia yang beragama, dengan kehidupan lebih damai dan harmonis”. Disampaikan pada saat sambutan perayaan Trisuci Waisak 2562/2018 di Candi Borobudur, kabupaten Magelang Jawa Tengah, selasa (Kompas 29/5/2018).
            Modernisasi di Indonesia, agama khususnya agama Islam menjadi taming bagi manusia kreatif dalam hidupnya. Banyak oknum yang mengetasnamakan segala hal dengan mengahalkan cara dengan agama, ada yang berlabel agama tersebut untuk bisa melancarkan tujuannya, adapun yang mengatasnamakan agama dengan merugikan kehidupan orang banyak. Jalan suci dari orang-orang seperti itu tidak perlu diikutkan, karena bukan lagi mereka hidup dengan agama yang membawa hidup, namun membawa agama dalam hidup.
Masyrakat resah akan segala yang terjadi hari ini dan akhir-akhir ini khususnya agama Islam. Bahwa bagaimana jadinya jika suatu hari bukan agama Islam saja yang diatas namakan untuk mencapai sebuah tujuan ataupun kepentingan, negara Indonesia akan menjadi apa ketika hal itu terjadi. Prof. Azyurmadi Azra mengatakan, “Padahal konflik negara kita akan dirasakan oleh negara lain ketika ada hal yang menghebohkan negara kita”, disamapaikan pada saat Internasional Confreence di Diesnatalis Unisma.
 Ketika mengingat apa yang sering disamapaikan oleh Presiden RI. Joko Widodo dalam setiap sambutan salalu menghimbau bagaimana kehidupan sekarang ini media sosial menjadi media praktik sebagai alat propaganda untuk memecahkan negara kita. Sehingga pada akhirnya NKRI akan menjadi terancam perpecahan belah.
            Tugas apakah yang harus dilakukan oleh kaum intelektual (manusia yang berpendidikan), mangenai segala modernisasi yang mengancam agama Islam. Secara bersama mungkin saja mahasiswa, dosen serta kaum intelektual lainnya, bisa menjadi kontrol bagi manusia awam yang ada di masyarakat, sebgaimana masyrakat kecil yang hanya memikirkan akibat yang terjadi hari ini, tanpa memikirkan sebab, hal itu bisa dilakukan dengan mengubah cara pandangan masyrakat atas fenomena hari ini.
            Cara yang harus dilakukan, ummat muslin serta kaum intelektual. Tidak hanya menjadi manusia yang hanya bisa menerima apa adanya, sedangkan kebaikan dan sabar pun manusia tidak cukup. Ketika kita dihadapkan oleh sebuah fenomena hari ini, akhir-akhir ini aksi teror bahkan ancaman bom, menjadi kegelisahan seluruh rakyat Indonesia. Bagi manusia yang sadar akan itu semua akan merasa miris dan ingin menangis, dengan sebuah doktrinisasi sangat hebat, dengan iming-iming surga pada keluarga bom bunuh diri Gereja Surabaya (11/05). Tindakan tersebut melampaui batas manusia sadar apa yang dilakukan oleh orang yang mengaku agama Islam, akan tetapi sikap dari esensi manusia tersbut tidak mencerminkan dari syariat-syariat yang ada di Islam.
Untuk menjadi penyeimbang serta sebagai manusia yang memiliki peran, kaum intelektual serta semua elmen yang hidup di Indonesa, kita semua harus memberikan nilai-nilai edukasi kepada masyarakat terpencil, serta yang ada di daerah kota. Dengan memberikan pemahaman dengan bersosialisasi, serta memperbanyak tulisan-tulisan yang bisa membuka cara pandang masyrakat Indonesia. Dengan tujuan bersama akan pentingnya beragama yang toleransi. Dengan media sosial sebagai sarana serta setiap elemen agama khususnya agama Islam yang tidak apatis akan kebaruan dunia digital.
Karena penyebaran paham-paham radikal dikuasai oleh orang-orang yang lihai menguasai modernisasi dunia digital. Salah satunya sosial media youtube, instagram, serta lainnya. Seharusnya ulama Islam yang sangat menjunjung tinggi perdamaian mampu mengimbangi pula dengan pemahaman-pemahaman Islam Nusantara. Hal itu bisa dimanfaatkan, dengan tujuan mencerdaskan masyarakat akan paham hakikat Islam rahmatan lil alamin, sehingga  pemahan Islam yang tidak radikal masyrakat di kampung-kampung tidak dangkal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar