Rabu, 25 Agustus 2021

PENULIS AGENSI DAN REVOLUSIONER

Terinspirasi dari buku Rony Agustinus berjudul "Macondo dan, Para Raksasa, dan Lain-Lain pemerbit tanda baca (2021). Buku tersebut memberi ilham atas tulisan ringan yang tak bermaksud menghakimi dan berikan apa-apa yang tak patut. Ataupun, kalau nanti ada maklumi saja, sebab kita masih muda tentang sastra dan bacaan di Rak Buku banyak yang belum selesai.

Mula-mula, saat seorang awal mula menulis, akan timbul pola pikir "kalau saya menulis, siapa yang akan baca tulisanku, dan siapa yang akan bela-belain sisakan uang sakunya untuk beli karyaku." Begitulah kegelisahan seorang pemula, dalam proses menulis. Belumlah berpikir bagaimana tulisan dapat tersampaikan dengan baik, dan bisa membuat sesuatu sederhana jadi luar biasa. Ya, dengan keahlian menulis yang baik dan unik, tentu dengan teknik. Saat bertutur saat menulis.

Seorang yang memiliki pandangan pragmatis beranggapan, kadang tidak pernah berpikir ke sana. Mulanya berpikir korelasinya menulis dengan jurusan diambil kita apa ya. Kalau ia di perguruan tinggi. Dan berpikir bagaimana nanti, sekiranya kalau menulis ada kaitannya apa tidak, dengan masa depan dunia kerja. Hal tersebut merupakan mental awal mula belajar menulis seorang pragmatik. Kadang jadi atau tidak, dapat dilihat dari apa yang jadi ambisi mencapai sesuatu. Dan type seperti terebut berhenti saat mencapai apa yang diharapkan. Begitulah konsep berpikir, bermental, dan bertindaknya, sebagian akademisi awal. Yang semestinya tidak ada niat lain, selain menulis.

Konsep yang baik serta menarik sebenarnya dalam dunia, untuk mencapai sebuah perubahan. Entah berupa perubahan pribadi maupun perubahan yang secara semua orang mendapat dampak dari apa yang kita kerjakan. Konsep yang ideal yaitu; secara pragmatis, secara knowledge, dan secara idealis. Ketiga konsep tersebut berjalan sesuai harapan secara konsisten dan baik. Sebab yang berkaitan dengan orang banyak tidak hanya mempertahankan apa yang ada pada diri, namun ada hal yang perlu dibangun dari dalam diri. Untuk itu, sebuah cara yang nanti bisa menunjang dari kehidupan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara bijaksana.

Kerja kolaboratif merupakan cita-cita dari banyak negara. Salah satunya Indonesia punya simbol--yang selalu diramaikan "gotong royong" hal ini sebenarnya mengajarkan manusia secara esensi. Karena manusia sebagai makhluk sosial (zoon politikun) kurang lebih begitu kata Ariestoles. Di Agama Islam pun diajarkan punya keseimbangan hubungan manusia sesama manusia (hablumninnas). Ini menunjukkan kalau makhluk sosial memiliki kecenderungan kalau melakukan sesuatu secara bersama, akan banyak berhasilnya. Berhasil dengan tujuan yang dibangun secara bersama.

Bom sastra Indonesia, kalau bicara hal terebut mungkin terlalu "wow, wah, atau huoo." Kalau bisa dilakukan dengan baik maka kebudayaan akan berjalan bersamaan dengan perkembangan zaman. Sehingga narasi mengenai--orang yang menganut konsep bahwa yang berbudaya selalu tertinggal, karena teori digunakan hanya itu-itu saja. Sudut pandang tersebut tisak sehat. Karena kalau jadi kebiasaan akan menjadi karakter, karakter tidak baik. Jika seorang penulis (sastrawan) akan hidup bersamaan dengan para penggerak sosial (seorang yang punya semangat menggerakkan perubahan 'revolusioner'). Namun tidak hanya itu, harus berdampingan dengan seorang agensi buku. Ketika hal itu dilakukan secara baik bersamaan akan mencapai satu tujuan yang baik, sesuai dengan harapan dari ketiganya. Begitupun negara maju.

Adapun Ronny Agustinus dalam Macondo Pa da Raksasa dan Lain-lain Hal (2021) memberikan pandangan mengenai perkembangan sebuah kebudayaan khususnya. Menurutnya "bom sastra Amerika Latin kebanyakan pengamat dan pembaca hanya berbicara tentang para penulis yang menonjol dari era tersebut, sebutlah Gabriel Garcia Marquez, Mario Vargas Llosa, Carlos Fuentes, dsb." Seakan itu hanya berkah keahlian penulis yang handal, padahal tidak demikian. Ada peran Carmen Balcells: di Balik Layar El Boom. Sehingga sukses di masanya sampai sekarang. Hal ini yang perlu direfleksikan oleh kita dan para pemangku kebijakan pemerintah (orang yang selalu sarapan perkataan 'negara kita harus terus maju dan berkembang. Ayo semuanya semangat'). Bagi mereka perpehatikan hal ini juga, kalau tidak akan telat berkembang dan maju. Karena ini salah satu kerja literasi--yang akan menopan ke setiap generasi bangsa.

Siapa nama yang disebutkan di atas? Adalah Carmen Balcells yang memperjuangkan 'Bom Sastra Amerika Latin' yang salah satunya mengenalkan ke kancah dunia. Sebab peran yang dilakukan yaitu, ia sebagai agensi sastra ACER di Barcelona. Sehingga banyak orang-orang mengenal sastra Amerika Latin, tidak hanya Eropa, tapi nyaris seluruh dunia. Karena ia melalukan sesuatu yang penulis harapkan; kesejahteraan, akses siapa yang akan mengenal bukunya, dan pasar bukunya, peran itulah yang dilakukannya. Sehingga tidak ada kesengsaraan menimpa mereka, si penulis.

Namun, tidak hanya hanya itu yang mampu menjalakan (mensukseskan sesuatu kebudayaan berkembang dan membantu kesejahteraan para pekerja kebudayaan). Akan tetapi, ada satu lagi yaitu seorang pejuang revolusioner perlu terlibat atau dilibatkan. Karena ia punya power secara regulasi atau secara kekuatan di dalam pemerintahan. Support tersebut akan menjadi jalan baik kehidupan semua masyakarat untuk mencapai perubahan secara individu maupun secara universal. Begitulah.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar