Selasa, 31 Agustus 2021

TEMPAT FIKSI DAN FAKTA: SASTRA

Mula-mula yang perlu dan patut dibatasi dalam pikiran kita. Bahwa Rio Fugitivo dalam novel "La Materi Del Deseo" (2001) dan Macondo dalam "Seratus Tahun Kesunyian" (1967). Jose Arcadio Buendia pendiri Macondo. Siapa yang tidak tahu dengannya, sebagai pembaca "One Hundred Years Of Solitude" karangan Gabriel Garcia Marquez. 


Realisme Magis bermula dengan Elina Garro penulis Mexico lahir 1916. Sebagian orang selalu menganggap bahwa Gabo (Gabriel Garcia Marquez) sebagai pencetus realisme magis, nyatanya tidak demikian. Meluruskan pola pikir yang baik dan bijak berasumsi, itu lebih baik. 


Kota fiksi yang dibuat oleh seorang penulis selalu menjadi ciri kreativitas penulis. Keluaran berpikir untuk mencipta satu nama daerah, kota. Tentu tidak lepas dengan kultur tempat tersebut. Jika memberikan bangunan di satu daerah, ada kehidupan yang perlu diperhatikan. Sering kali kita menggunakan karakter di wilayah tersebut, sesuai dengan letak geografisnya. Contoh Kota Macondo yang berlatar belakang di Kolombia kalau dicermati kehidupan di daerah tersebut. Dan kehidupan didalamnya sangat kental dengan kehidupan yang sangat mengejutkan, bagaimana seorang pesulap dipuja-puja karena dianggap kehidupan yang unik sekaligus menarik. 


Kota Macondo tersebut tidak akan punya kultur budaya serta kehidupan yang demikian. Kalau kota tersebut sudah berdiri lama dan sudah ada kehidupan sebelumnya. Hal itu, kalau dilacak dari kronologis zaman. Objek tempat menjadi sasaran dicermati kehidupannya, yaitu kehidupan fiksi. Kehidupan fiksi berbeda dengan kehidupan fiktif. Kalau dibedakan dari keduanya mengacu secara etimologis kata "fiksi" memiliki arti "cerita rekaan 'roman, novel, dan sebagainya' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015). Sedangkan kalau kata "fiktif " memiliki arti "bersifat fiksi hanya terdapat dalam khayalan 'Cerita Pengantin Ciliwung' itu cerita belaka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015). Kedua arti tersebut punya kecenderungan satu sama lain, yaitu; "fiksi"; sebuah kejadian yang sudah pasti ada dalam dunia nyata. Sedangkan kalau "fiktif" sebuah kejadian yang tidak ada di dunia nyata (bisa khayalan yang tidak pernah ada di dunia nyata). Kedua makna tersebut punya sudut pencerahan berbeda-beda. 

Pada intinya dari pembuatan tempat-tempat fiksi di sebuah karangan akan menjadikan penulis lebih ekstra menciptakannya. Karena dituntut untuk bisa merasionalkan pikiran manusia normal, untuk meyakini adanya tempat dengan kecanggihan rekaan penulis. Sehingga pembaca terpukau percaya, dengan apa yang disampaikan dengan menulis--yang penulis pada sebuah kisah. Hal ini bukan bicara baik buruknya karya, hal itu terlalu dangkal serta sudah bukan waktunya, kecuali anak Sekolah Dasar (SD). Sebab karya sastra perlu kehidupan baru pada setiap pembaca dan kritikus, terkhusus dalam makna. 


Imajinasi merupakan kerja diri manusia, yang ada di dalam diri, bahkan hati. Dunia yang luas adalah dunia ide. Karena ide tanpa ada batas. Plato (427--347 SM) berkata "idea tidak dicipta manusia. Idea adalah dunia yang melampaui manusia, maka ide tidak bergantung, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada dunia ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Hal ini dapat dianggap bahwa ide manusia tidak punya batas, sebab imajinasi kerja daya pikir manusia untuk membayangkan. Adapun saat membayangkan manusia tidak akan punya sekat, tak terbatas serta akan semakin luas saat berpikir luas. Maka hasil manusia akan dikatakan hasil kreativitas--yang kita ketahui puncak dari kreativitas adalah hasil (apa yang diciptakan dan berfungsi dalam kehidupan, kepada diri maupun orang lain). 


Tempat-tempat fiksi merupakan hasil kreativitas. Entah itu secara cerita langsung maupun tidak langsung, dapat dinikmati dan masih diterima logika. Saat semua orang berpikir akan hal tempat yang unik dan baik, berkesan, maka penulis (pencipta) berhasil.


Adapun di Indonesia tempat yang non-fiksi, tapi banyak di latar pengisahan dalam karya sastra novel dihidupkan di karya-karya fiksi, novel dan cerpen. Tempatnya yaitu; Boven Deguel dan Pulau Buruh, yang begitu sangat dikental di dalam roman-roman Pramoedya Ananta Toer. Penulis yang selalu dianggap kontroversi di Indonesia. Dia menulis dengan begitu banyak karya namun yang ditulis di Pulau Buruh jadi masterpice. Begitulah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar