Kamis, 02 September 2021

PENDIDIKAN TERTINDIK: DI PANDEMI

 Akhir-akhir ini, saya mendengar pembicaraan dari banyaknya orang, khususnya para pemangku kebijakan. Begitu banyak inisiasi seorang atau banyak orang ingin menyelesaikan masalah pandemi covid 19. Entah dianggap baik atau tidak seperti selalu berusaha. Mungkin itu, yang pantas diutarakan sebagai anak dari para pemimpin. Mereka seringkali membuat kita berpikir sebagai rakyat--yang punya harapan besar masalah terselesaikan terdahulu dari satu indikator setelahnya melanjutkan ke lainnya. Harapan akhir minimal pendidikan yang akan jadi solusi dan paling baik untuk diselamatkan terdahulu dari lainnya. Karena di dalamnya masih banyak harapan kepada generasi penerus bangsa. 


Pendidikan merupakan ruang paling efektif membentuk karakter diri anak. Sejak dini anak semestinya punya penanaman kuat mengenai nilai karakter yang relevan dengan konteks zaman. Karena anak-anak yang masih sangat mudah menerima apapun yaitu sejak dini akan lebih mudah diserap. Anak kecil akan selalu memulai sesuatu yang abstrak menuju konkret. Mengapa pada saat kecil kita disuruh baca "syahadat"--untuk percaya kepada Allah dan bersaksi. Itulah, yang secara tidak langsung diajarkan oleh orang tua kehidupan  yang dari tidak jelas jadi yang realitas. Bagaimana anak didik kita hari ini.


Kini nasib peserta didik ditentukan oleh dunia pendidikan, yang akan jadi orang kedua membentuk karakter atau kehidupan lebih baik. Ya, walaupun peran keluarga punya pengaruh ke perkembangannya. Namun, sebagaimana kita tahu kondisi sekarang, perlu punya kesadaran penuh kalau dunia pendidikan di negara kita mendapatkan ujian besar, bukan hanya di negara kita, juga negara lain, dalam sejarah dunia, yaitu pandemi covid 19. Hal ini kalau dipandang secara prospektif agama mengarah pasa hal positif, maka masuk ke ujian hidup manusia yang wajar. Dan ujiannya, bukan hanya terjadi kepada tenaga pendidik, melainkan ke peserta didik tentunya, yang menghadapi Pelajaran Jarak Jauh (PJJ). Ini nasib buruk kepada pendidik seluruh dunia dan khususnya ke peserta didik. Sebab tak ada hubungan emosional langsung.


Pada dasarnya belajar jarak jauh punya nuansa berbeda, khususnya juga ke pembelajaran yang perlu diperhatikan. Contoh mengamati atau mencermati. Belajar jarak jauh dengan gurunya akan memiliki nuansa proses pembelajaran mengenai mata yang perlu diperhatikan. Salah satunya, yaitu sistem pembuatan media pembelajaran serta metode yang digunakan untuk menjadi salah satu solusi baik dan yang relevan, yang kiranya menanggulangi ketidak menariknya warna dunia pendidikan kita. Kondisi saat ini punya dampak pada peserta didik. Hal ini dapat dikenal learning looss (menurunnya kompetensi belajar siswa). Tentu, tidak dapat dipungkiri akan terjadi pada seluruh peserta didik seluruh Indonesia. Kecuali yang masih normal, masih melakukan pembelajaran tatap muka langsung. 


Begitulah kondisi negara kita saat ini. Kebijakan dari para pemangku kebijakan akan selalu menjadi harapan, bagi kita semua. Karena kondisi seperti ini tidak bisa berdikari dalam urusan apapun--cepat atau lambat ketika memandang kondisi kota dan pula desa mengalami kegelisahan yang sama--pandemi dan kebijakan ini mencekik kantong penghasilan. Kalau kebijakan ini tak dapat diterapkan dengan baik khawatir akan terjadi kematian yang pasti bukan terkena covid, namun karena kebutuhan kita yanh tak terpenuhi. Pandangan tersebut hanya satu sisi dengan perspektif pesimistis. 


Adapun, hal yang perlu harus kita sorot. Tentu, ini tidak akan mengkambing hitamkan 'covid 19' dan 'kebijakan pemerintah' itu, tapi, perlu ada di garis bawahi. Semua ini, ingin bertujuan menyelamatkan diri kita masing-masing dengan cara memberi manfaat pada orang lain. Tidak hanya untuk kehidupan individu melainkan secara universal. Maka adanya sebuah cara tuk saling berharap pada diri kita untuk keselamatan orang lain. Narasi tersebut menjadi tunggal, tanpa dari posisi mana hal tersebut berlaku--kepada siapa yang berbicara akan hal tersebut: tukang becak, tukang las, pejual kaki lima, seorang pejual kopi di kios kecil dsb. Dan narasi tersebut tak berlaku bagi mereka, karena realistisnya mereka perlu menyambung hidupnya, yang ditentukan hanya dengan jalan tersebut.


Namun, kali ini tidak akan membahas panjang lebar masalah yang terjadi. Karena semua orang punya cara sendiri menyikapi. Tapi narasi di atas bentuk refleksi pada kita semua. Memandang kondisi ini sama, walaupun konteksnya berbeda. Begitulah yang perlu dipelajari dari fenomena yang akan tercatat dalam buku sejarah dunia sudah hampir dua tahun berjalan wabah ini berdampingan. Walaupun ada korban yang tak beruntung hingga meninggal. Dan beruntung karena damai dengan kematian yang makin akrab. Tertunda. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar