Sabtu, 12 Februari 2022

LITERASI


Foto: Upi/Taman Slamet 

"Apa yang membedakan orang suka baca dan yang tidak?" Pertanyaan di atas sepertinya tidak akan dapat dijawab secara benar dan juga tidak dapat disalahkan. Jika menjawab pertanyaan tersebut membuat lebih lega dari penanya, bahkan kadang karena orang yang dituakan selalu dianggap benar dan jawabannya tanpa dikritisi tetap dibenarkan. Mungkin itu yang dapat sedikit banyak orang lain katakan secara umum. Jawab subjektif lebih baik daripada objektif. Karena jelas mereka penjawab akan punya dasar berbeda-beda, beda referensi akan beda versi. 


Dalam pandangan umum, literasi selalu diartikan  dengan keterampilan membaca dan menulis. Di mana keterampilan tersebut butuh latihan untuk mencapai semaksimal mungkin menguasai. Tentu, setiap hari lebih banyak melakukan praktik serta mengambil beberapa faktor mendukung dari keterampilan tersebut untuk bisa: membaca dengan baik dan melakukan menulis setiap hari. 


Adapun pandangan lain secara persoalan yaitu, perihal literasi lebih berfokus dengan psikologis manusia saat membuka diri bahkan ingin menjalin hubungan secara terbuka. Lantaran, di dunia literasi membutuhkan ruang lebih luas--yang untuk memberikan tanggapan atau teman diskusi tentang karya tulisannya atau proses latihan  mengenai logika bahasa, struktur, dan serta kalimat--yang baik dan benar. Jadi tidak hanya bicara substansi isi karya namun struktur diri mempengaruhi. Itu berkaitan dengan dunia tulisan, tak berlaku budaya lisan. 


Eksistensi literasi perlu konsep bottom up kalau dicermati secara dangkal. Ekstensi literasi beda dengan organisasi yang lainnya--yang menonjolkan kegiatan yang jelas bentuk efuria, berbeda dunia literasi eksistensinya menulis secara individual--yang tidak berlaku bagi mereka namun perlu mengasah diri untuk bisa lebih menemukan kreativitas terbangun dari dalam diri. Eksistensi ini bentuk kerja sukarela dan kerja kemanusiaan jika memang esensi berlaku secara benar. 


Secara pribadi, mengingat dan menjalankan apa yang menjadi hobi perlu adanya support system secara eksternal dan internal. Jika eksternal yaitu kultur yang perlu dibangun secara maksimal oleh kita saat memiliki keinginan untuk berkembang akan dirinya... Jika secara internal perlu mengiris-iris kebenaran yang menjadi mimpi sebagai kebutuhan akan diri ketika bergerak keluar (output) dari apa yang dilakukan akan menjadi penilaian untuk keluar. Sehingga esensi akan menjadi cermin ekstensi. Keduanya pada dasarnya memiliki kepentingan secara luas dan jelas kita melakukan tindakan paling ideal serta baik. Dan sama mengandung nilai-nilai yang melekat pada dirinya. 


Akan tetapi, tugas seorang yang hidup di bumi semakin direnungkan untuk memahami, bahwa ada seorang makin menemukan semakin sulit menjalani kalau hanya dipikirkan. Padahal sudah jelas bahwa setiap persoalan merupakan bumbu dari hidup, hanya bagaimana saja literasi diri kita lebih tajam untuk masuk ke dalam semua dedikasinya. Setiap hasil bacaan yang didapatkan secara tekstual bisa disesuaikan dengan kondisi diri; membentur-benturkan. Dan merasa kalau itu salah satu kebutuhan diri. Saat itu pula literasi berkembang dan berpihak. Kalau dapat dikatakan menuntun ke arah lebih jelas serta signifikan ke depan. 


Literasi di kota dan desa sudah pasti punya perbedaan. Tidak dipungkiri perbedaan itu jadi masalah serta jadi hal krusial, karena letak kultur serta wilayah akan menentukan arah gerak. Jika desa edukasi literasi tidak bisa dibuktikan dengan kepandaian retorika atau bermain bahasa yang baik, tapi mereka lebih mau hasil konkrit dari gerakan tersebut. Kalau di kota akan lebih mudah, karena segmentasi jelas pembaca dan kebutuhan mereka untuk waktu senggang yaitu membaca. Sudah jelas mereka mencari sesuai kebutuhan senang dapat ditemukan di dalam buku-buku atau dengan membaca bisa tahu banyak hal, jika di desa dengan menonton televisi di TV bagian dari mempraktikkan baca suasana kehidupan sekitar kita. 


Bicara dunia kreatif di bidang literasi, Aan Mansyur dalam esainya menulis akan dinamika kehidupan dirinya yang sudah lama dan bisa dikatakan mampu survive hingga sekarang, yaitu literasi. Esai tersebut representasi atas dirinya, kurang lebih berbunyi begini; "tidak akan ada yang meminati mertua untuk orang yang bergelut di dunia literasi, karena tidak akan menjadi ideal, tetap idealnya yaitu: polisi, tentara, dan PNS...." perkembangan tersebut seperti sudah dilakukan secara praktik selama berkecimpung di dunia kata dan Kata Kerja yang dibangunnya. 


"Apakah anggapan sebagian orang untuk dunia kreatif berupa kata ini, terlalu absurd. Sehingga tak dapat dinikmati secara bersama kecuali yang sefrekuensi?"


Foto: Cak Pendek/Sabtu Membaca/Taman Slemet 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar