Senin, 07 Februari 2022

PRAM DAN INDONESIA


Pramodya Ananta Toer 

Belum tahu bagaimana cara merayakan sosok Pram di ulang tahunnya ini, selain hanya membaca karya-karyanya. Dia memang bukan siapa-siapa yang menjadikan saya sampai sekarang jadi dewasa, tapi karyanya membuat lebih tambah dewasa. Dewasa di sini yaitu berpikir secara luas serta memandang Pram adalah Indoensia. Andai saja Pram dinamakan Indoensia mungkin saja bisa, karena dia adalah seorang yang telah memberikan banyak karakter orang-orang Indoensia, secara tidak langsung ada pada karya sastra yang dibuatnya. Begitulah hal sederhana dapat diasumsikan secara sederhana perihal Pram.

Sebagai seorang pendidik--yang bergelut di dunia sastra dan Bahasa Indonesia, masih perlu banyak mengetahui karya-karya sastra Indoensia mulai dari hulu hingga ke hilir sekarang, kalau kata orang jawa. Karena seorang pendidik di bidang sastra dan bahas perlu banyak eksplorasi hal-hal luas mengenai bacaan atau buku sastra. Karena seorang pendidik memerlukan bahas refrensi luas untuk bisa menjelaskan secara kompleks dan baik. Di Indonesia sepertinya perlu mengenalkan nama-nama seperti Pramodya Ananta Toer, walaupun tidak hanya itu yang perlu diketahui. Akan tetapi, perlu kenal lebih dalam yaitu karyanya, serta tidak memberi batasan mengenal sastrawan lain di Indonesia yang berpengaruh maupun tidak, tetap dikenal.

Bung Pram, sebutan yang kerap melekat di eranya. Jika sekarang cukup mengenal penulis tetralogi novel; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Diterbitkan pada 1985 oleh Hasta Mitra. Novel tersebut memang dianggap kontroversi, karena kejaksaan agung tidak memperbolehkan beredar.

Bicara Pram di Indonesia memang selalu dikait-kaitkan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat atau dikenal oleh masyarakat tahun 1952-an (Lekra). Secara kacamata masyarakat umum lembaga tersebut berafiliasi dengan partai terlarang di Indonesia pada zaman Orba. Lah sastra dan kebudayaan di Indonesia masa itu juga ikut serta atas politik pada masanya. Dalam pandangan masyarakat masayarakat dikenal dengan politik kebudayaan. Pram dikenal partisipan aktif menulis, walaupun secara struktur Pram tidak masuk ke dalam struktur Lekra. 

Pram di Indonesia, khusus dalam pelajaran sastra dan Bahasa Indonesia menjadi asing. Sebagai seorang yang belajar di disiplin Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, nama Pram di ruang akademik tidak selalu eksis, kurang dikenalkan, bahkan kadang jarang untuk diapresiasi menjadi anjuran dosen. Kecuali mengangkat sastra pinggiran. Nama Pram dalam ingatan selalu dibahas panjang lebar oleh dosen. Benar atau salah pengkotak-kotakan karya sastra seperti itu,  walluuhalam.

Hemat saya mengenai dunia Sastra Indonesia ini, yang dianggap sastra pinggiran karya-karya Pram itu, oleh karena itu orang akademik menganggapnya. Secara Pram dalam karya roman tersebut mengaitkan dengan dinamika perkembangan bangsa Indonesia dan karakter orang Indonesia pada zamannya. Kurang lebih di latar belakang novel Bumi Manusia, berlatar tahun 1902, era Minke membangun pergerakan dan membangun media pertama di Nusantara (Indonesia)--yang dianggap media pertama sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme. Tepatnya media tersebut sebagai wadah menyadarkan masyakat untuk berpengetahuan, pengalaman, dan sadar akan kemerdekaan. Dalam "Bumi Manusia" tokoh yang muncul telah memberikan gambaran orang-orang Indoensia yang memiliki karakter dan berperilaku. Begitulah tergambar jelas dalam karya-karya Pram.

Menanggapi secara personal anggapan karya Pram sebagai sosok penulis yang memiliki dasar pandangan sastra realisme sosialis. Karya-karya Pram semua yang ada tersebut tetap karya sastra yang dikatakan fiksi. Walaupun secara autentik Pram detail membahas tahun sebagai fakta sejarah zeetgest (jiwa zaman) kondisi tergambar jelas dalam buku sejarah. Namun karya sastra tersebut sebagai alternatif sejarah bukan dijadikan rujukan sejarah. Karya sastra tetap sebagai karya fiksi, walaupun hasil penelitian data yang ada fakta.

Pram dengan kelihaian dan kepandaian menulis sangat baik dalam membuat karakter tokoh dalam kaeya-karyanya. Dalam ingatan tokoh melekat di dalam roman "Bumi Manusia" yaitu; Nyai Onthosoro, Darsam, Annalis, dan Minke. Karakter yang muncul sebagai berikut. Karakter secara konsisten tetap:

1. Nyai Onthosoro: sosok perempuan jawa yang punya daya tarik luar biasa, maskulinitas secara bersikap. Karena faktor tekanan dari para kolonialisme. Karakter jawa yang muncul ketika ditekan menjadi orang jawa yang lemah lembut menjadi orang tegas secara tindakan dan bahasa.

2. Darsam: orang yang memiliki karakter paling setia terhadap orang yang menjamin hidupnya, serta orang diberi kepercayaan kepadanya. Ia memang sosok yang sesuai striotep memandang masyarakat madura keras, bernada tinggi kalau bicara, dan selalu menyelesaian masalah dengan bertengkar jika runding berjalan alot.

3. Annelis: sosok perempuan berdarah Jawa dan Belanda. Secara bahasa telah jelas menggunakan bahasa Belanda dan berpenampilan Belanda. Hal tersebut muncul sebagai karakter tokoh patuh terhadap orang tua dan penampilan berpenampilan ala perempuan Belanda, di masanya. Itu sangat kuat dan kental dapat tergambarkan dalam narasinya.

4. Minke: ia adalah sosok pemuda jawa yang punya pemikiran maju. Karena ia terkontaminasi dengan pendidikan umum Belanda dan secara spiritual ia terdidik oleh trandisi masyarakat kerajaan jawa. Sehingga pola pikir dan karakter yang muncul dalam dirinya. Secara pemikiran eropa dan secara adap dan tindakan yaitu jawa. Dan itu sangat kuat Pram menggambarkannya.

Pram dan Indoensia pada dasarnya tidak dapat dipisahakn. Khusus dalam mengenal Indonesian dengan karya Pram itu salah dua alternatif dari beberapa karya sastra penulis Indonesia, seperti Umar Kayam, Budi Darma, Putu Wijaya, Ahmad Tohari, Utuy Tatang Sontani, Mochtar Lubis, Gunawan Muhammad, Sapardi Djoko Damono, Seno Gumira Adji Darma, Ayu Utami, Ratna Endaswari Ibrahim, Oka Rusmini, dll. Hal tersebut menjadi cakrawala sederhana melalui karya sastra mengenal budaya Indoensia.

Di ulang tahun Pram ini, hemat saya sederhana bahwa ia sebagai sosok simbol Indonesia. Orang yang pandai membuat karakter orang Indonesia yang beragam dengan banyak faktor terkontaminasinya. Jika Pram mengatakan bahwa keberanian butuh latihan, maka untuk menyatakan Pram anti Indonesia karena ada buku berjudul "Kata Indonesia Tak Hadir di Bumi Manusia" dalam tukisan Max Lane. Buku tersebut belum saya baca, tapi bagiku sebagai gambaran provokatif saat memandang Pram tidak nasionalis atau tidak mengakui dirinya orang Indoensia karena ada perlakuan dari seberapa rezim kepadanya tidam adil. Dan saya sempat berasumsi buruk, karena mula-mula mengenal karya-karya, Pram. Baru tahu penulis Indonesia yang menjadi legenda tersebut, saat awal mengampu apresias sastra di bangku kuliah. Selamat ulang tahun Pram. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar