Jumat, 22 Oktober 2021

KADO HARI SANTRI 2021 PERLU GEMA LITERASI AGAMA


Di Hari Santri Nasional (HSN) 2021. Gema suara santri seluruh Indonesia merayakan. Hal ini ditandai dengan twibbon-twibbon bertebaran di sosial media, dan ini potret masyarakat Indonesia banyak mengenyam dan masuk ke dunia pesantren, yang kerap sekali dekat dengan pelajaran agama Islam. Maka dapat dapat dikatakan kalau masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Pantas saja jika setiap perayaan (HSN) beragam dalam melaksanakan perayaan semangat santri.

Dalam sejarah lahirnya  HSN, sebenarnya cikal bakal lahirnya kemerdekaan negara Indonesia di Tahun 1945, yang mana pada saat itu para ulama di Jawa--Madura, melakukan perkumpulan di Surabaya. Pada saat  itu, semangat yang dibawa ialah sengat kemerdekaan negara dan harus melawan kolonialisme. Saat itu dikenal dengan resolusi jihad, dipelopori oleh Kh. Hasyim Ashari.

Kegelisahan tersebut dikarenakan adanya NICA (Netdherkan Indies Civil Administration) yang mencoba untuk melakukan penjajahan kembali ke Indonesia. Saat itu Indonesia baru beberapa bulan meresmikan kemerdekaan dengan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dipimpin oleh Soekarno dan Moh, Hatta, pada 17 Agustus 1945.

Sejarah masa lalu akan selalu menjadi motivasi hidup di masa sekarang. Sebagai seorang santri yang dapat dikatakan sebagai seorang yang berperan, kini pantas para santri Indonesia melakukan semangat mengenang sambil mempelajari semangat apa yang telah dibawa di masa lalu. Dan kini tugasnya perlu direduksi suatu hal yang dapat diambil dari para pendahulu. Sehingga hari ini santri punya memikirkan semua secara logis, kritis, dan spiritualis.

Mengetahui sejarah, semestinya tidak menjadikan kita sebagai makhluk yang konservatif, melainkan menjadikan lebih kreatif. Sebab kalau kita kaitkan dengan apa yang terjadi di masa lalu kita tidak dapat menjadikan itu tolok ukur, tapi bisa saja dijadikan suatu referensi di  masa sekarang. Semangat hari santri di masa lalu yang dapat diambil sebagai cocok atau relevan dengan zaman. Hal ini yang perlu diambil dan ditemukan arti dan nilai.

Bung Karno telah memberikan dedikasi setelah mencapai kemerdekaan karena melawan kolonialisme Belanda, yaitu mengusir dengan berdarah-darah, bahkan ada menjadi korban. Ada yang paling berat, yaitu melawan bangsa sendiri dengan kulit dan tinggal di tempat yang sama. Pandangan tersebut dapat diambil sebuah pembelajaran begitu baik dalam membaca zaman dalam mempelajari semangat masa lalu. Hal itu yang seringkali kita kesulitan menjadi peran yang baik dengan apa yang perlu diambil.

Semangat juang atas kemerdekaan  adalah tujuan utama pada masa penjajahan. Namun kini kita tidak berada di kondisi seperti itu, melainkan berada di kondisi yang telah menuju berkembang. Ini yang menjadi point penting bagi kehidupan suatu santri di negara Indonesia. Yaitu menemukan dan memposisikan diri sebagai orang yang memiliki  peran, di sektor-sektor kecil di negaranya, agar punya tujuan.

Di abad ke XX, kita sangat mengalami perkembangan hidup yang begitu maju. Secara teknologi dan pembangunan. Peran seorang santri bisa mengisi ruang-ruang tersebut untuk menjadi pionir atau menjadi bagian dari konseptor atau eksekutor dalam pengembangan teknologi dan pembangunan. Jika dibagian teknologi sangat diharapkan santri mampu beradaptasi dengan teknologi yang sangat cantik. Dalam sektor pembangunan santri memiliki peran untuk didalamnya agar nuansa semangat spiritual dalam bentuk pembangunan tergambar secara filosofis maupun secara pragmatis.

Sangat diharapkan jika peran yang ada di setiap sektor diisi oleh orang-orang beragama kuat secara spiritual dan intelektual. berada di dalam kedua hal tersebut. karena dengan seperti itu akan keindahan dalam hidup bernegara dalam prosesnya. Lagi-lagi akan menjadi penopang dalam kehidupan sebagai dasar paling baik untuk menyelesaikan sebuah problematik kehidupan, agama sebagai ilmu pengetahuan.

Agama bukan berisi tentang sebuah nilai-nilai hubungan spiritual kepada Tuhan. Namun ada hal yang paling penting selain itu, yaitu kehidupan masyarakat yang mampu menjadi agama sebagai sumber sekaligus solusi dari sebuah problematik kehidupan secara logis maupun praktis. Sehingga dasar tersebut jadi dasar pengetahuan.

Sekarang tidak dapat kita ketahui bahwa semangat beragama untuk tetap memberikan sebuah pandangan yang sangat luas untuk memiliki peran paling baik untuk selalu berperan penting. Sebagaimana mestinya harus tetap optimis dengan banyaknya hidup kita jalani dari hidup begitu tenang dan berperan dalam hal apapun dengan dasar-dasar agama.


LITERASI AGAMA

Literasi bukan lagi berbicara tentang kecakapan membaca dan menulis, sudah tidak berbicara tentang makna itu. Di zaman sudah berkembang ini literasi tidak hanya berbicara tentang kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih luas lagi, yaitu kecakapan beragama yaitu, agama sebagai pemecahan masalah-masalah di dunia. 

Literasi agama merupakan kecakapan pemeluk yang beragama mampu menyelesaikan banyak hal yang ada dalam kehidupan. Karena dalam agama selalu ada cara-cara untuk bisa menyelesaikan lalu menemukan masalah-masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga secara tidak langsung masyarakat mampu membuka diri dalam menemukan solusi.

Dalam sejarah Indonesia dapat diambil contoh semangat yang dilakukan oleh Sutan Takdir Alisjahbana, semangat yang dibawa ke Akademi di Jakarta 1970. Peran tersebut merupakan semangat religius sebagai dasar-dasar yang terkandung di dalamnya. Semangat tersebut akan membawa kebudayaan yang relevan untuk dijadikan kehidupan begitu indah yang berfungsi.

Untuk menyuarakan semangat tersebut ruang paling efektif yaitu ruang dunia pendidikan. Karena ruang tersebut lebih baik dan efektif menanamkan atau dapat menawarkan pandangan kepada generasi yang mampu menanamkan secara teratur secara struktur, agar bisa membuka diri bahwa agama agar sebagai liberalisme humanis. Sehingga gairah agama yang berkembang. 

Semangat yang ada di dalam itu, adalah semangat yang sangat relevan dan bisa kita implementasikan diri sendiri, sosial, dan berguna bagi masyarakat. Sehingga konsep berpikir dalam konsep agama, dan masyarakat beranggapan kalau seorang cendekia itu berada di menara gading tanpa mengetahui problematik di realita sosial. Namun tidak dengan seorang cendikia yang menawarkan sebuah ide yang dapat menyelesaikan masalah-masalah di dunia sosial, sains, dan spiritual.

Jika semangat yang dibawa oleh seorang untuk mengetahui dan bisa agama sebagai sebuah solusi. Lima hal isu ditarikan oleh Prof. Dr. Musdah Mulia 21, Oktober 2021. Saat menyampaikan “Memoar Lecture di Dewan Kesenian Jakarta 2021” Sutan Takdir Alisjahbana (STA). perlu dalam catatan tersebut mengenai lima isu penting yang perlu diketahui: 1) Agama Islam tidak hanya untuk golongan melainkan semua untuk golongan, 2) Keadilan yang perlu diimplementasikan secara baik negara, 3) Peduli, bahwa setiap manusia perlu punya rasa tersebut, 4) Mengajarkan pada negara, 5) Lingkungan, bahwa setiap warga beragama Islam melindungi lingkungan dengan baik. Begitulah yang ditangkap dari catatan sedikit di atas sangat relevan.

Di hari santri ini tulisan di atas ingin memberikan dedikasi kepada semua dan khususnya kepada diri sendiri. Sebagaimana mestinya sebagai santri mengembang tanggung jawab besar di dalam diri.Untuk membawa semangat lama untuk tetap membawa semangat literasi agama. Selamat Hari Santri Nasional 2021.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar