Sabtu, 09 Oktober 2021

CATATAN DAN PEMBACAAN

 PERTEMUAN MEDAN MEMBACA SABTU 09, OKT 2021

Buku yang dibincangkan, pengambilan foto: Cak Pendek 


Moderator: Enda (Amo)

Pembukaan yang sederhana. Kurang lebih rangkuman selain berdoa masing-masing. Kita berkumpul bertujuan, pertemuan ini jadi awal baik untuk kita semua, berharap awal baik jadi titik akhir baik. 


Buku: LOLITA karya Vladmir Nabokov 
Pengulas: Mbak Fafa 

Seorang kawan perempuan memulai presentasi buku yang dibaca. Setelah dibuka oleh moderator. Secara bergilir ke arah kiri, kita membuka dengan "bismillah". Lalu memulainya. 


Mula-mula dibuka, dengan presentasi novel LOLITA karya Vladimir Nabokov, karya terjemahan. Novel fiksi jenis novel itu, berksah tentang seorang pidovil. Unik dan tak menyangkanya, pidofil tersebut seorang profesor. Kisah tersebut memiliki plot mundur awal mula pembukaannya. 

Namanya Hamburg, ia seorang profesor. Secara pribadi ia itu suka dengan tokoh anak bernama Lolita. Sebagaimana mestinya orang suka (punya hasrat) akan selalu punya cara untuk mendekati. Bagaimana bisa dekat dan bisa berkomunikasi dengannya. Itulah narasi umum di dunia realitas. 

Pada saat remaja Lolita merasa sudah suka dengan Hamburg, karena sudah keterbiasaan dilakukan seorang yang suka. Dan ia pun, dapat dikatakan suka dengan seorang ayahnya sendiri, nantinya. Lantaran punya hasrat yang memang menjadi manusia normal. Sehingga seorang Hamburg menyukai anak sendiri. 

Keberhasilan Hamburg itu, ketika ia menikahi ibu dari Lolita dengan niat mendekati anaknya. Mungkin perilaku licik tersebut seperti di film Indosiar televisi di Indonesia, yang berkisah seorang, kalau tidak ibunya yang jahat, ibunya. Pengisahan tersebut sering kita tebak. Namun berbeda dengan  kisah tersebut, kalau kita bisa mempelajari secara cermat. Bahwa kehidupan profesor yang dibentuk oleh letak geografis. Bahkan sudah sejak kecil, ia sudah jadi korban pelecehan seksual. Latar belakang tersebut menjadi referensi kuat: asumsi ke Hamburg. 

Suatu ketika itu, ibu Lolita curiga dan khawatir ke anaknya atas sikap ayahnya. Seorang ibu yang membawa Lolita ke tempat Camp untuk mengamankan atau agar lebih fokus pada saat pergi keluar kota. Terbesit khawatir dengan suaminya yang melakukan hal tidak diharapkan oleh ibunya. Khawatiran itu kuat, nama ibu Lolita, bernama Hans. 

Profesor yang memang punya kesukaan terhadap anak kecil. Sejak kecil Lolita disukai. Usaha untuk dapat berhubungan intim melakukan usaha-usaha kotor. Langkah paling bejat yaitu menikahi ibunya dulu, lalu melakukan hal bejat ke anak tirinya. Menikahlah mereka. 

Saat Lolita remaja,  sudah jelas ia sebagai anak remaja yang memiliki hormon tinggi, itu dimanfaatkan oleh Hamburg. Saat remaja yang sangat kadang butuh dengan hubungan intim, suatu ketika ada kesempatan seorang ayah yang bejat, itu. 

Hamburg melakukan sesuatu yang bejat itu, saat sudah melakukan pembunuhan ke ibu Lolita. Ia menjadi profesor yang sangat licik pada saat itu. Karena pembunuhan dilakukan  dengan motif yang tidak dapat dicurigai orang. Dikabari meninggal lantaran penyakit jantung. Selama bertahun-tahun mereka berhubungan intim layaknya suami istri. Meskipun awal mula Lolita melakukan penolakan. Akan tetapi, lama-kelamaan melakukan karena sama-sama suka karena saling membutuhkan. 


Buku; Kebudayaan Budaya Pasca 1965 karya Wijaya Herlambang 
Pengulas: Cak Pendek 

Buku tersebut mengungkap tragedi kebudayaan 65 yang sangat kelam. Bahkan, dapat dikatakan tidak ada dalam sejarah di luar negara Indonesia. Kecuali budaya punya pengaruh dalam membuat masyarakat sadar. Atau Wijaya Herlambang di dalam pengantar buku mengatakan "Ideologi kelas negara yang dominan." 

Awal mula buku tersebut membuka dengan pintu sejarah kelam Indonesia, yaitu tragedi 65 yanv disinyalir kalau sudah ada kaitannya dengan perencanaan pihak CIA Amerika. Ditandai dengan awal mula dilakukannya, konferensi agen CIA bernama CCF di Berlin di tahun 1950, disebut dengan Association Cultural Freedom. 

Di 1966 itu, menyambung dengan sastrawan sekaligus wartawan Mochtar Lubis yang melakukan afiliasi untuk kepentingan kebudayaan. Misi CCF untuk melepaskan paham atau menghapus ideologi komunis di Indonesia khususnya. Jalur itu, dapat dikatakan kalau peran kebudayaan begitu kuat. 

Ia adalah Kans, yang bekerja sama dengan kebudayaan di Indonesia bernama Manikebu. Tokoh di dalamnya yaitu Gunawan Muhammad, ditandai awal mula ia menerjemahkan buku Albert Camus. Agar budaya baca orang Indonesia beralih ke arah-arah memikirkan tentang hidup, tidak lagi mengingat tragedi 65 dan korban para partisipan PKI saat itu. Hal itu dilakukan lantaran mendapat banyak uang dari CCF. 

Adapun Mochtar Lubis menganggap, bahwa perkembangan 65 itu, sebagai awal mula modernisasi. Sudah jangan berbicara apa yang sudah terjadi perlu menatap ke depan masa depan Indonesia. Banyak di buku-buku terbitan masa itu, penerbit Yayasan Obor menerbitkan buku fokus menerbitkan karya yang moralitas. Menerbitkan karya-karya yang punya substansi buku berisi tentang kisah yang relevan dan umum, dan tujuan untuk menutup kisah-kisah yang merugikan korban 65. 

Setelah 65 itu, Manikebu dengan pasa intelektualnya, menuliskan karya-karya sastra berupa kepentingan untuk kemanusiaan. Tanpa memikirkan apa yang terjadi di masa lalu, sudah waktunya menatap ke depan tentang Indonesia lebih baik. Kurang lebih narasinya begitu dikembangkan dalam semangat sastra tolong Manikebu. 

Kasus terbesar dalam budaya Indonesia yaitu ketika mendapatkan modal besar dari filantropi dari USA. Campur aduk budaya dan politik bersamaan. Dalang tersebut ada pada pembentukan awal mula yang paling menonjol yaitu, pembuatannya Utan Kayu dan Salihara. Tanpa ragu Wijaya Herlambang mengatakan kalau keduanya merupakan komunitas "Salihara sampah" 

Gunawan Muhammad dengan kawan-kawan di masa itu, dapat besar dana. Berdirinya Utan Kayu dan Salihara. Yang akhir ini masih ada terus berkembang transformasi. Lepas atau tidak sampai akhir ini masih eksis tentu dengan haluan ideologi masih buram. 

Kekerasan kebudayaan Herlambang Wijaya mengatakan kalau "Salihara Sampah" saat itu, ada juga kejadian ganjal. Hanya ada  di Indoensia terjadi film dijadikan novel. Umumnya itu karya sastra novel jadi film. Begitu tidak begitu mengasyikkan didengar di telinga. Bahwa tujuan tersebut sangat diambang kepentingan sangat besar untuk pengaburan sejarah. 

Adapun karya sastra yang menjadi tandingan karya-karya yang diterbitkannya Obor, yang karya sastra yang berisi kewajaran korban PKI. Lahir novel "September" kontra terhadap Manikebu yang menulis dengan pola-pola pemakluman terhadap korban pembantaian PKI. Novel tersebut sangat menolak karya yang ditulis orang-orang Manikebu. 

Disampaikan kalau Gunawan Muhammad, sosok paling berpengaruh di Indonesia dibidang kebudayaan. Khusus dalam polemik kebudayaan. Bahkan di luar negeri Gunawan Muhammad sangat dikenal. Dibuktikan pada saat pelantikan presiden Obama, diundang. Salah satu sastrawan diundang di acara pelantikan hanya, dia. 

Negara semakin memberi batas terhadap masyarakat. Pada tahun 1994 Tempo dibredel. Setelah itu mendirikan AJI. Bahkan disinyalir kontra terhadap pemerintah. Secara prinsip ia seorang pandangan liberal. Gunawan Muhammad juga dekat dengan filantropi di luar negeri. Arah Gunawan Muhammad sudah tidak lagi jelas, awal mula pro pemerintah, setelah itu kontra. Bahkan sudah mendukung kelompok kiri. Ada narasi enak didengar tapi lebih klise, bahwa sikap tersebut dapat dikatakan: penebusan dosa di masa lalu. 

Kesimpulan buku sejarah tersebut sebuah upaya membuka tabir kekerasan budaya pasca 1965. Dalam hal tersebut, sebuah balas dendam pemerintah di setiap zaman yang berperan di bidang kebudayaan seperti; Lekra dan Manikebu. Masa Soekarno Orde lama Lekra berjaya, Manikebu menderita, lantaran banyak dari partisipan mengalami ketidakadilan (dipenjara, karyanya di bredel dll.) Begitupun sebaliknya masa Soeharto di Orde Baru, dialami oleh Lekra. Begitulah. 


Buku: Breaking The Spell penulis Daniel C Dennett 
Agama sebagai fenomena alam 
Penulas: Mas Kukuh 

Agama tidak menjadi ranah penelitian. Mengapa tidak diadakan penelitian akan hal agama. 

Buku tersebut ditulis seorang tokoh atheis--yang begitu menyuarakan dan memberikan pandang orang beragama itu dapat dibuktikan secara sains, dan dapat dinalar secara logi. 

Buku tersebut dibuka dengan sejarah awal munculnya agama, atau dikenal dengan porto agama yang hingga sekarang masih eksis sebagai percayaan. Kepercayaan kepada kepercayan. 

Adagium Dennett, orang yang beragama sangat sedikit percaya tuhan, dibuktikan ketika ada orang meninggal dan orang itu menangis, padahal makhluk yang kembali kepada Tuhannya. Tapi mengapa orang sedih. Padahal harus senang, sebab manusia dari Tuhan kembali ke Allah. 

Tawaran penulis buku tersebut. Bahwa agama itu perlu diteliti. Mulai dari doa dibuktikan secara Saintifik atau ilmiah. Inilah yang menjadi narasi kuata penulis. Bahwa kepercayaan yang percaya pada kepercayaan. Dan inilah dari agama manapun tidak ada orang yang meneliti agama. 

Pada sub-bab dua, bahasa "Sains dan Agama," kalau agama semestinya diteliti secara sains. Bahwa agama perlu dibuktikan secara sains. Steven J. Code. Diambil dari kutipan buku tersebut. Ia tokoh yang sebelumnya menjadi atheis. 

Agama rakyat (porto agama) munculnya dengan kebiasaan masyarakat yang menjadi keyakinan kuat. Secara prototype bahwa agama adalah narasi atau masyarakat punya kelebihan bahasa. Sehingga dengan bahasa itu agama menjadi sebuah kekuatan melekat dalam diri. Sehingga dari dulu hingga sekarang hanya bahasa itu menjadi kelebihan manusia, khususnya dalam mempercayai agama. 

Pada sub-bab tiga, yaitu "Evolusi Agama," Efek dan lahirnya agama. Bahwa praktik dan keyakinan sudah ada dari zaman dulu. Dengan bahasa manusia bisa menarasikan agama. Untuk membuat satu pandangan ternyata pada agama. Sehingga kompleks. Sehingga jadi eksis hingga kini. 

Agama, yang punya hanya manusia karena manusia yang memiliki bahasa. Agama dapat berfungsi perdamaian. Penciptaan sebagai kelompok. Karena bahasa itu manusia bisa menyalurkan idenya, bahkan dijadikan alat paling efektif untuk manusia percaya kepada Tuhan. 

Agama sebagai usaha pengetahuan. Agama sebagai pilihan seorang.  Teori Richard Dawkin, sel yang ada didalam diri yaitu hasrat menjadi hidup abadi. Sel ingin hidup abadi. Mim: pikiran seperti pikiran yang ada di dalam diri manusia. Sehingga mim, menjadi tawaran kepada manusia untuk tetap bertahan secara berevolusi hingga sekarang: selalu ada regenerasi. 

Pada sub-ampat "Manusia dan Moral." Mengutip dari injil, bahwa agama memberikan narasi kepada orang yang selalu baik. Kutipan Richard Dawkin, bahwa nun jauh di sana yang abadi. Bahwa agama tidak suci saja melainkan juga hal buruk. Jadi, agama bukan hanya dijadikan hal baik saja, ada pula dalam perspektif lain buruk. Tidak saklek bahwa kebenarannya. 

Kebenaran agama akan bertolak belakang dengan kebenaran yang berlaku di budaya. Contoh kalau dalam Agama Islam orang mencuri perlu dipotong tangan. Tapi, tidak berlaku di Indonesia yang punya budaya berbeda. Kalau itu diterapkan tidak cocok, karena budaya sangat beragam. Pengakuan tentang apa yang dilakukan  oleh manusia memilih dengan spirit: humanis, demokrasi, dan liberal. 

Bahwa kejadian fenomena alam agama. Sehingga agama ada dibuktikan dengan sains. Orang baik tidak dari agama, agama tidak hanya melahirkan orang baik. Begitulah dasar seorang Dennett. 

Dalam diri manusia ada Altruis, diartikan suatu hal yang mempunyai semangat secara natural dalam diri manusia. Sikap empati sudah melekat dalam diri ini secara natural. Makhluk yang punya altruisme akan bertahan lama di bumi. Contoh adalah spesies manusia yang hingga kini masih eksis. Paling lama di bumi daripada spesies makhluk lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar