Rabu, 20 Oktober 2021

PEMUDA DAN ORANG-ORANG PABRIK


Di tas anak  muda itu selalu berisi buku, berisi dua buku, yang satu catatan, sedangkan satunya itu buku bacaan. Saat itu, ia awal masuk kerja. Karena pertama masuk, saat itu ia membaca buku “Semangat Muda” yang ditulis oleh Tan Malaka ditulis semasa di Tokyo tahun 1926, terbit di Saga Arsy. Ia malah membaca buku tersebut dibaca saat jam istirahat pabrik, kalau tidak saat seperti saat mau pulang menunggu teman untuk dijemput. 

Buku pemberian seorang guru kakak tingkatnya yang di organisasi kampusnya. Buku tersebut dapat dikatakan membentuk dirinya dipengaruhi oleh buku tersebut. Sehingga gemar  membaca dan juga memahami perjuangan hidup yang gelap dan terang. Tentang hidup di realitas negara maupun dan direduksi ke kehidupan sehari-hari.

Tas gendong ke pinggir berwarna hitam, menjadi saksi lika liku hidupnya. Saat itu pula kemana-mana tas tersebut dibawa ke manapun, selain isi buku berisi dompet, buku, dan bisa buat tempat HP. Namun bukan hanya itu menjadi tolok ukur tas yang difungsikannya.

Seperti biasa, saat jam istirahat semua karyawan pabrik keluar untuk sekedar makan atau ngobrol,baja di depan memberi makan atau sekedar bertemu dengan banyak orang. Pembicaran tentang banyak hal itu timbul. Lalu akan menjadi salah satu hiburan, atau sekedar menambah teman.

Salah seorang teman yang dekat dengannya, ia selalu mencoba untuk akrab dan mencoba untuk dapat kenal lebih dalam. Bapak bernama Ismanto, salah seorang tokoh Muhammadiyah. Ia seorang yang sering melakukan kritis terhadap shalat kurang benar dengan tata cara dilakukan, pemuda itu. Karena suka membaca dan bacaan yang dibaca buku tidak disukai, banyak orang karena seorang Tan Malaka, sampul buku yang sangat mencolok gambarnya. Itulah hidup dia yang begitu dengan dunia aktivis semasa kuliahnya. Tentu hal itu yang membuat banyak hal yang diketahui dengan bacaan pemuda tersebut.

Suatu ketika pemuda tersebut ditanyakan dengan bahasa sederhana “apakah kamu sedang kuliah, kok suka membaca?” tanya sambil berjalan ke mushola pabrik, yang ingin ishomah. Dengan bahasa ibu sederhana , pemuda itu menjawab “belum  pak, insyaallah tahun depan ingin kuliah!” ujarnya sambil tersenyum kecil, yang begitu mungil.

Setelah melakukan sholat dan makan, seperti biasa langsung masuk ke kantor di mana teman-temannya istirahat. Ada yang suka memakan, memakan makanan yang bungkusnya retur. Namun  isinya masih enak dan masih tidak rusak kalau dimakan. Begitulah hidup yang begitu dekat dan sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. mungkin saja karena lantaran tidak terlalu lesu,  ada yang memang capek sehingga harus istirahat.  

Saat seorang mahasiswa memutuskan untuk cuti kuliah, terus mengambil bekerja di salah satu pabrik di Sidoarjo. Siantar Top nama pabriknya. Pilihan seorang mahasiswa yang mengambil keputusan paling baik menurutnya, sebab tidak ingin terseok-seok di akhir nanti, dan lebih baik terseok-seok di depan. Begitulah yang dilakukan oleh mahasiswa pada 2016 mengambil keputusan bekerja, cuti kuliah.

Di kota pendidikan, Malang. salah satu temannya menjadi saksi dalam hidupnya saat mengambil keputusan cuti kuliah, untuk pergi ke Surabaya bertemu dengan temannya lalu bekerja di pabrik. Sangat beruntung dalam ukuran untuk orang-orang yang punya kesempatan bekerja sangat mudah masuk ke dalam pabrik karena dibawa oleh temannya.

Ada dua orang yang mula-mula sama mendaftarkan diri, pemuda satunya lolos dengan wawancara tahap penerimaan, yang satu gagal. Keberuntungan dapat dikatakan beruntung bernasib baik. Dan posisi kerja didapat sangat strategis, yaitu bagian stoker (menghitung barang-barang masuk dan keluar). 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar