Rabu, 17 Juli 2019

Esensi Aksi Mahasiswa



Bergeraklah mahasiswa maknai aksi dengan paling sederhana membaca sebagai bentuk lain dari memperhalus menjadi penguasa; penguasa yang berjasa tidak akan ditolak oleh hukum alam dan manusia.

"Jika ingin memaksimalkan hidup bergeraklah mengikuti siklus tanpa terjerumus arus"

Mahasiswa banyak berbicara tentang aksi yang diartikan sangat sempit. Pertama diartikan setiap aksi merupakan gerakan yang akan dibawa oleh Mahasiswa ke jalan. Hal tersebut ada dua kemungkinan bagi masyarakat yang paham akan sebuah perjuangan dan tentang fenomena alam, tentunya tidak akan menyalahkan gerakan turun ke jalan. Dalam arti lain paling sederhana sebelum melakukan aksi turun ke jalan lakukanlah hal sederhana mengenai aksi terhadap dirinya sendiri sebagai dasar tri dharma perguruan tinggi yang ke-tiga berbunyi pengabdian kepada masyarakat.

Ketika berbicara tentang Tri Dharma perguruan tinggi tentunya tidak perlu di perluas karena pada awal masuk kuliah kita sudah dikenalkan hal itu. Yang menjadi pekerjaan kau mahasiswa seperti kita hari ini, hanya satu sebuah perjuangan yang signifikan yaitu bentuk perubahan paling sederhana berupa aksi itu sendiri. Agar tidak sempit dalam memaknai sebuah aksi bukan hanya terletak sebuah turun ke jalan.
Mohtar Lubis dalam bukunya berjudul Senja di Jakarta menulis bahwa sebuah revolusi terletak di dua denyut nadi; denyut nadi mahasiswa dan denyut nadi rakyat kedua elemen itu harus berkolaborasi. Organisasi apapun yang ektra atau intra tidak akan pernah memberikan konribusi tindakan signifikan ketika tidak ada rasa bersama pada dirinya, Karena hanya kedua elemen tersebut akan menemukan alur perubahan.

Aksi secara harfiah merupakan tindakan, tindakan yang insidental atau secara sruktural. Hal itu menjadi kebiasaan yang lahir dari esensial. Kebiasaan berpikir akan melahirkan yang ada dalam bawah sadar manusia bahwa tindakan merupakan representasi dari pikiran.

Apa yang ada dalam pikiran mahasiswa bergerak untuk menyelam apa bergerak untuk berkorban. Mengingat dengam salah satu Puisi Saut Sitomurang berbunyi.
"Aku ingin seperti kerikil yang tenggelam di dasar lautan lalu ku tak bisa mendengar atau merasakan desir angin di atas dasar sana",

"Hingga burung-burung ku rindukan kicauannya" ini puisi tambahan dari penulis. Hal itu menunjukkan bahwa manusia butuh kesunyian untuk menemukan siapa dirinya, sampai mana aksi dirinya berbentuk eksistensi yang lahir dari esensinya dan melahirkan peradapan baru pada tradisi di dalam dirinya.

Mahasiswa ialah manusia yang senantiasa memiliki ruang bebas dalam menunaikan pemikirannya, ruang tersebut ada dalam wadah-wadah tersedia di dalam ruangan atau non-ruang. Memaksa jiwa merasa bisa memiliki memanafaatkan apa yang ada, contoh ruang bacaan serta buku bacaan sebagai refrensi. Apa yang ada dalam mereka itulah kita hidup dalamnya.  Pada tahun 1928 mahasiswa memiliki peran sangat sentral karena kaum intelektual diminta untuk bisa menjadi bagian perumusan mengenai ke Indonesiaan yang resmi.

Bergeraklah mahasiswa sebagai bentuk pemerubah dengan kesadaran paling sederhana berdamai dengan apa yang menjadi cinta yaitu; menebarkan jiwa Literasi sebagai bentuk revolusi yang manusiawi. Sifat humanis bantuk material manusia berjabat yang berharkat, bermartabat pada manusia itu sendiri.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar