Kamis, 25 Juli 2019

Pesan Kepada Pembaca Puisi

gambar: lakon.id

Pesan Kepada Pembaca Puisi

Pada saat tengah malam ada salah satu mahasiswi mengirimkan rekaman pembacaan puisi. Dikira meminta masukan. Awalnya saya mendengarkan dengan begitu jeli, serius kurang lebih 5mnt ku perhatikan, suara yang bagus dan pertama kali mendengarkan pembacaan puisi dari perempuan yang dikirim dikhususkan. Pujianku, padanya terlontar. Saya tidak pernah melakukan kritikan padanya selagi itu masih berusaha membuka kesempatan kepadanya. Dalam bacaan itu hanya memperhatikan kata-kata yang dirangkainya dan mencoba mengapresiasinya. Walau pada dasarnya diriku harus menilaiannya.
Menilai bacaan puisi merupakan aktivitas paling sulit dan rumit.

Mendengarkan dengan baik dan teliti modal awal dan menjadi salah satu  melatih keseriusan. Menerima bunyi bukan hanya ada pada makna tapi irama yang mampu membuka cakrawala. Keistimewaan kita berada di hubungan antara peristiwa lingual dan indera telinga. Yang memaknai serta menilainya naluri. Bagaimana bisa memberi penilaian. Pada saat bersamaan menentukan esensi dari estetika nada.

Pujian datang sebab rangkaian kata. Puisi yang bagus dibacakan oleh pembaca yang baik akan jadi sempurna. Namun apa dalam karya puisi kualitas Puisi dilihat dari pembacaannya. Atau sebaliknya keindahan puisi dilihat dari sususnnya. Teks puisi akan dirasa kala tidak berpatokan pada makna yang utama melainkan pada bunyi itu sendiri sebab bunyi akan memberi isyarat nada akan menjadi arti kekita semua bisa diajak bercerita dari sebuah puisi itu.

Karya puisi bukan karya sebuah informasi yang seperti teks dikoran. Teks puisi bentuk representasi dari bunyi yang terlahir dari susunan kata atau susunan kalimat bahkan hanya tanda baca. Tiada paragraf dalam puisi kecuali pembaca itu membuat batasannya dalam menentukan keindahan, jika tujuan paragraf akan ada pada diri pengarang. Pengarang ada karena puisi, puisi ada karena adanya kata, adanya kata karena adanya pembaca. Peristiwa yang ada dari itu semua bentuk kejadian paling sublim dicipta para penyair. Penyiar hanya bagian dari menginformasikan berita dan bahwa ada sebuah pengetahuan pula. Keadaan itu tercipta karena adanya pengetahuan manusia dari sebelumnya ada dalam dijiwa.

Dalam jiwa kita mengenal naluri dari puncak hidup itu manusia memiliki peristiwa. Peristiwa yang dibenturakn atau membetur karena semua itu bisa direncanakan ada pula yang tidak. Contoh pada saat berbicara tentang membeturkan sebagai penulis akan senantiasa membawa dirinya pada sebuah kejadian disengaja pergi ke tempat paling sunyi, bermalam dengan sepi menggali apa yang ada dalam diri bahkan yang menjadikan kita sebagai manusia Ilahi datang tidak hanya dengan memecamkan mata tapi lalu dalam gelap berbentuk cahaya kecil dan percaya bahwa itu adalah yang mengabadikan kita atau menjadikan Kita manusia. Ketika dibenturkan kita hanya merasa sebuah peristiwa tanpa dierencanakan pada saat menulis tentunya kita memulai dengan ritual paling sakral yang berbeda. Ketika bicara mengenai peristiwa ini dadakan karena adanya peristiwa sedih maka jadilaglah puisi curhatan. Walau tidak dipungkiri sebuah mesteri dalam hidup kadang yang tidak dipikirkan akan menjadi paling diperhitungkan. "Kedang yang terbaik datanh secara tiba-tiba" begitu pun karya, namun kita dalam berkarya tidak hanya percaya pada keadaan karena semua keadaan bukan datang dari Allah Swt. Melainkan kadang dari sendiri.

Kepada pembaca puisiku yang baik. Dalam rekaman itu saya merindukan, kadang, karena bunyinya mengisyaratkan kalau ada sesuatu yang bertengger dalam dirinya. Tidak hanya bisa tapi sudah bisa menjiwainya. Waktu tangah malam lalu sadar bahwa puisiku masih belum menjadi kata gelap yang berkeringat melainkan hanya kata-kata indah datang karena semangat.

Kepada pembaca puisi yang lain membacalah puisi sesuai dengan isi hati bukan isi teks dalam puisi, jiwai setiap kata Bersua dengan suara-suara jiwanya. Jika ingin memaksa paksalah membaca, membaca kembali atau memahami kembali sebagai bentuk penghayatan. Bagiku diri dalam diri kita manusia memiliki transenden yang paling sublim.

Keadaan ada peristiwa paling sederhana karena bisa sempurna kala bisa membawa pada satu paragraf. Kita masih bisa membaca, menulis, dan mendengar, dan berbicara. Bagaimana mungkin ke empat itu tiada, apa yang akan paling sederhana dari manusia yaitu kesadaran akan syukur bisa mencipta sebuah karya puisi yang akan menjadi abadi dalam diri para pengabdi Puisi. Kepada pembaca puisi kau akan selalu mendoakan penulis puisi dan dirinya mendapatkan makna dari doa itu tanpa dirasa.

"Aku tak bisa membawa sehari ini peristiwa hanya bertengger dalam jiwa ingin menulis puisi dari rona-rona peristiwa luka dan tawa belum terkemas sempurna; masih bingung ini sebab apa ini akibat; sepertinya ingin terus mengasah angan dalam bentuk jalan, walau kaki perumpuan dan laki-laki masih tidak sejalan bahkan yang perempuan pincang tlah hilang; apakah yang melahirkan lebih leluasa meninggalkan yang dilahirkan leluasa ditinggalkan, aku pergi ke alam luas lalu alam menjelma berkata kau lebih bisa karena kau tidak ada dalam keadaan minum nira, jiwa yang kosong masih begitu ramai, jalan Kota Malang masih bergelap walau kadang redup nyaris gelap, tapi kaki tanpa mata masih bisa memaksa"


Akhmad 2019
Ditulis di Perpus Kota Malang pada saat ngelapak buku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar