Kamis, 30 September 2021

SEPTEMBER DAN HAL-HAL LAIN

September bulan yang mungkin para aktivis yang belum merasakan kehidupan realistis akan merasakan hidup gelap di negeri ini. Semua teman-teman yang punya semangat akan perjuangan mengingat sejarah gelap, merasakan kehilangan. Sehingga bulan september ini jadi momen mengesankan untuk direfleksikan. 


Membaca sejarah sama halnya mengingat tahun-tahun kejadian hidup seorang di masa lalu. 30, September selalu dikaitkan dengan hari kesaktian Pancasila, sebagaimana mestinya masyarakat Indonesia dianjurkan untuk menaikkan bendera setengah tiang. Pada tanggal 1 Oktober dinaikkan  secara sempurna. Sehingga masyarakat akan mengetahui hari kesaktian Pancasila. 


Dari sisi lain para aktivis akan mengingat dari sisi gelap bulan di bulan September, Mulai dari tragedi pembantaian 1965-1966, tragedi Tanjung Priok 1984, tragedi Semanggi II 1999, Pembunuhan Munir 2004, hingga brutalitas aparat dalam aksi Reformasi Dikorupsi yang baru saja terjadi 2019 lalu. Peristiwa yang terjadi di Bulan September tersebut kemudian oleh Kontras disebut sebagai September Hitam. 


Dari sisi lain secara subjektif tidak ada yang mengesankan di bulan September 2021 ini. Semua seperti sebuah kehidupan tanpa perubahan signifikan bagi saya. Sebab kehidupan yang begitu rentan dan banyak jadi tanggung jawab: belum terjawab secara jelas. Semua target masih berserakan tanpa kejelasan, kapan segera selesai. Sepertinya, tak perlu mencapai semua untuk selesai mustahil, minimal kehidupan lebih tenang. Itulah cita-cita sederhana diri kita setiap bulannya. 


Namun, hidup bukan tentang diri sendiri saja, tapi kehidupan perlu memberi kontribusi ke kehidupan orang lain, berbicara tentang manfaat dan cinta pada semua, tanpa membenci. Mungkin itulah bagian perjalan hidup seorang yang tidak hanya tentang manfaat dan cinta, tapi tentang kenyamanan dan ketenangan yang dapat diciptakan dan dirasakan bersama-sama, kecuali diselimuti rasa benci. 


September di akhir bulan ini telah banyak dilakukan oleh saya. Mengenai proses selama sebulan melatih konsistensi hidup. Mulai dari menulis membaca serta mencari solusi hidup; baik yang sekiranya berbiak. Hal ini tentu menjadi jalan hidup paling ideal secara subjektif, menikmati tanpa ada yang dibenci. 


Dilema yang dirasa sangat sempurna, sebab masih saja penuh banyak tanya. Bagaimana manajemen serta mengatur hidup untuk bekerja ini. Sebenarnya hidup ini perlu mengukur kebutuhan  dan keinginan diri, ini. Di antara yang berfungsi pada diri perlu diperjuangkan dan ini masih mengambang serta mencari jalan paling baik versi sendiri. 


Catatan setiap hari hanya beberapa hal saja dapat dilakukan.  Ada yang maksimal, tapi juga tidak. Hal tersebut selalu berulang-ulang terjadi dan diri sendiri selalu mencari sumber menemukan solusi, di sebelah mana ini benang merah: pencapaian diri. 


Adapun selalu ada cara serta pencarian dari proses belajar, dan selalu meniti point-point hidup paling pantas diperjuangkan serta dikorbankan. Tentang waktu yang sia-sia berjalan tanpa punya nilai paling bernilai bagi orang lain. Hanya sekedar kalau perjalanan hanya punya pengalaman bukan keuntungan yang dapat dinikmati oleh jalan panjang. 


Namun, saat berjalan tidak semua langkah ini dikaitkan dengan hubungan orang lain. Boleh saja mengambil inspirasi, tapi tidak perlu merasa iri. Karena kurang lebih dari mereka dan kita punya porsi berbeda-beda, yang perlu dibangun dalam diri kita yaitu logika syukur serta logika pikir--yang pantas tolok ukur kita--bahwa semua orang punya kehidupan berbeda-beda, dan itu seperti memiliki kelas, sendiri-sendiri. Dan sebagai orang yang paham mengukur ujian setiap masing-masing manusia. Mungkin. 


Selamat datang Oktober 2021.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar