ceska.justice.com |
Adat jawa sangatlah islami, walalupun
lahir dari jawa, tidak lahir dari islam. Jika kaum perempuan itu hanya hidup
dalam kehidupan yang menjadikan nomor dua dalam kehidupan masyrakat dan kudrot
kaum perempuan memiliki perbedaan yang sangat menjol dari biologis, perempuan
termasuk ciptaan Tuhan yang paling indah, yang sangat jelas keindahannya
menurut Sujiwo Tejo. Jika berbicara fenimisme di Indonesia tentunya akan ingat
dengan sosok yang terkenal dengan surat-suratnya yang dikumpulkan dijadikan
kumpulan surat-surat R.A Kartini, judul bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang,
bahwa di Indonesia Kartini telah memperkenalkan tentang edukasi Fenimisme, yang
diaggap diadopsi dari barat. Dikarenakan kaum hawa (wanita), pada masa itu hampir
tidak memiliki harga diri serta dipandangan nomor dua setelah laki-laki, dalam
kontruksi sosial masyrakat, perempuan itu sebagai kaum pemuasan saja bagi kaum
adam (pria).
Hal itu dapat ditentang oleh ajaran jawa
bahwa perempuan tidak perlu memiliki kesamaan dalam segi apapun pada kaum
lak-laki, karena pada kutdrotnya kaum perempuan diciptakan dari tulang rusuk
kaum laki-laki, analoginya bahwa dalam kehidupan di dunia perempuan hanya
menjadi pelengkap, sehingga tidak perlu memiliki kesamaan dalam hak gender,
bahwa perempuan itu tetap dibawah kaum laki-laki dipandang oleh masyrakat pada
umumnya.
Dalam kajian kesetaraan gender dalam
ajaran jawa tidak tidak ada, karena akan menjadikan ancaman dalam kebudayaan orsinalitas
Jawa, bahwa pada hakikatnya Jawa memiliki ajaran dan adat tatakromo yang sangat
sangat islmi, walaupun tidak terlahir dari agama islam sebelumnya. Pertentangan
dalam ajaran fenimisme yang dibawa oleh sosok R.A Kartini tidak memiliki
relevansi dengan ajaran Jawa, dalam cerita flim RA Kartini, dikecam oleh
ayahnya. Dikawatirkan, ajaran barat itu akan melahirkan sebuah herarki yang segnifikan,
serta bisa melahirkan pola hidup negatif yang sangat mempengaruhi. Serta memicu
bahwa ajaran fenimisme memiliki pemberontakan kaum perempuan menuntut segala
hak kesewenangan dirinya, terhadap lak-laki.
Sehingga dikawatirkan perempuan akan menjadi sewang-wenang pada kehidupan jika sudah ber-rumah
tangga.
Sehingga di dalam dirinya merasa
bahwa kesetaraan
itu sama dengan kaum laki-laki dalam
hak-haknya dan poksi kehidupanya, pada
hakikatnya dan kudrotnya perempuan lebih domestik dalam urusan rumah tangga
khususnya, lebih lemah dalam psikologinya, sehingga ajaran fenimesme adalah sebuah ajaran yang
tidak relevan untuk kehidupan di Jawa ini.
Namun segala kejadian harus dikaji dalam
konteks serta sebab akibatnya lahirnya ajaran fenimesme, jikalau kita
refleksikan dalam kehidupan kita yang seharusnya diperjuangkan dalam ajaran
fenimisme oleh R.A Kartini adalah tentang kesetaraan pendidikan, bahkan Kartini menuntut dalam
pendidikan harus lebih tinggi daripada kaum laki-laki (kaum adam), dikarenakan kaum
perempuan (Hawa), lebih dekat dengan keluarga dan menjadikan dirinya seorang
perempuan yang lebih dekat dengan anak-anaknnya. Sehingga yang akan memiliki
peran lebih banyak dalam kehidupan itu kaum perempuan (ibu), untuk menjadikan
seorang anak tersebut menjadi seorang yang baik. Karena lingkungan dan siapa
orang pertama yang bisa menjaga kertas putih yang masih suci dengan baik, maka
ketika besarpun anak itu akan menjadi seorang anak yang berbeda dengan
anak-anak yang lain, yang hanya didik oleh seorang yang tidak memiliki pengetahuan
yang tinggi, karena lingkungan sengat memberikan pengaruh sangat sentral, pada
pertumbuhan seorang anak, untuk menjadi anak yang hebat dan bermartabat, karena
latar belakang seorang pendidik juga.
ceska.justice.com |
Sejak lahir manusia sudah diberikan
kelebihan, tetapi dalam pertumbuhan manusia harus juga di dukung dengan cara,
dan menjadikan dirinya seorang yang lebih baik, sehingga istilah dalam
pribahasa, jika dari kecil bagaikan mengukir batu dalam daratan, ketika sudah
besar mengukir batu bagaikan dalam air. Sehingga seorang pendidik akan memiliki
peran sangat sentral pada perkembangan seorang anaknya nanti, karena seorang
perempuan bukan hanya menjaga anaknya dari segi fisiknya, namun jiwa juga harus
dibentuk, untuk menjadi anaknya nanti menjadi manusia yang berkarakter tangguh
dalam menghadapi problematika hidup. Sehingga yang memiliki potensi tinggi akan
senantiasa percaya diri untuk bisa menyelesaikan fenomena dirinya.
Ajaran-ajaran Jawa khususnya tatak romo dalam
berbicara (bahasa), menghadap pada orang tua, dan ajara-ajaran tentang hidup
bersosial, sangatlah islami walaupun tidak lahir dari islam, walapun pada
dasarnya di Jawa Agama pertama yang paling banyak diketahui Agama Hindu, tetapi
dalam ajaran berakhlak mulia sangatlah tinggi dan bahkan lebih islami. Akan
tetapi yang menjadikan ketidak relevansi, dikehidupan itu dalam tatanan sosial dalam
ajaran Hindu memberikan sebuah ajaran ketidak bebesan dalam masyrakat dan tidak
memberikan sebuah tindakan yang menonjol dalam masyrakat proletar khususnya.
Mengapa demikian, Agama Hindu menciptakan kelas-kelas Barhma, dan Sudra dalam
hal ini kesalah pahaman dalam kehidupan manusia itu hahwa pada hakikatnya
manusia hanya di bedakan dari segi ketkwaannya oleh Allah Swt. Bukan manusia
yang memberikan stigma jika herarkis itu ditentukan sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar