Selasa, 13 Maret 2018

Ancaman Ajaran Feminisme Pada Budaya Di Jawa




ceska.justice.com

Adat jawa sangatlah islami, walalupun lahir dari jawa, tidak lahir dari islam. Jika kaum perempuan itu hanya hidup dalam kehidupan yang menjadikan nomor dua dalam kehidupan masyrakat dan kudrot kaum perempuan memiliki perbedaan yang sangat menjol dari biologis, perempuan termasuk ciptaan Tuhan yang paling indah, yang sangat jelas keindahannya menurut Sujiwo Tejo. Jika berbicara fenimisme di Indonesia tentunya akan ingat dengan sosok yang terkenal dengan surat-suratnya yang dikumpulkan dijadikan kumpulan surat-surat R.A Kartini, judul bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang, bahwa di Indonesia Kartini telah memperkenalkan tentang edukasi Fenimisme, yang diaggap diadopsi dari barat. Dikarenakan kaum hawa (wanita), pada masa itu hampir tidak memiliki harga diri serta dipandangan nomor dua setelah laki-laki, dalam kontruksi sosial masyrakat, perempuan itu sebagai kaum pemuasan saja bagi kaum adam (pria).
Hal itu dapat ditentang oleh ajaran jawa bahwa perempuan tidak perlu memiliki kesamaan dalam segi apapun pada kaum lak-laki, karena pada kutdrotnya kaum perempuan diciptakan dari tulang rusuk kaum laki-laki, analoginya bahwa dalam kehidupan di dunia perempuan hanya menjadi pelengkap, sehingga tidak perlu memiliki kesamaan dalam hak gender, bahwa perempuan itu tetap dibawah kaum laki-laki dipandang oleh masyrakat pada umumnya.
Dalam kajian kesetaraan gender dalam ajaran jawa tidak tidak ada, karena akan menjadikan ancaman dalam kebudayaan orsinalitas Jawa, bahwa pada hakikatnya Jawa memiliki ajaran dan adat tatakromo yang sangat sangat islmi, walaupun tidak terlahir dari agama islam sebelumnya. Pertentangan dalam ajaran fenimisme yang dibawa oleh sosok R.A Kartini tidak memiliki relevansi dengan ajaran Jawa, dalam cerita flim RA Kartini, dikecam oleh ayahnya. Dikawatirkan, ajaran barat itu akan melahirkan sebuah herarki yang segnifikan, serta bisa melahirkan pola hidup negatif yang sangat mempengaruhi. Serta memicu bahwa ajaran fenimisme memiliki pemberontakan kaum perempuan menuntut segala hak kesewenangan dirinya, terhadap lak-laki.
Sehingga dikawatirkan perempuan akan menjadi sewang-wenang pada kehidupan jika sudah ber-rumah tangga. Sehingga di dalam dirinya merasa bahwa kesetaraan itu sama dengan kaum laki-laki dalam hak-haknya dan poksi kehidupanya, pada hakikatnya dan kudrotnya perempuan lebih domestik dalam urusan rumah tangga khususnya, lebih lemah dalam psikologinya, sehingga ajaran fenimesme adalah sebuah ajaran yang tidak relevan untuk kehidupan di Jawa ini.
Namun segala kejadian harus dikaji dalam konteks serta sebab akibatnya lahirnya ajaran fenimesme, jikalau kita refleksikan dalam kehidupan kita yang seharusnya diperjuangkan dalam ajaran fenimisme oleh R.A Kartini adalah tentang kesetaraan  pendidikan, bahkan Kartini menuntut dalam pendidikan harus lebih tinggi daripada kaum laki-laki (kaum adam), dikarenakan kaum perempuan (Hawa), lebih dekat dengan keluarga dan menjadikan dirinya seorang perempuan yang lebih dekat dengan anak-anaknnya. Sehingga yang akan memiliki peran lebih banyak dalam kehidupan itu kaum perempuan (ibu), untuk menjadikan seorang anak tersebut menjadi seorang yang baik. Karena lingkungan dan siapa orang pertama yang bisa menjaga kertas putih yang masih suci dengan baik, maka ketika besarpun anak itu akan menjadi seorang anak yang berbeda dengan anak-anak yang lain, yang hanya didik oleh seorang yang tidak memiliki pengetahuan yang tinggi, karena lingkungan sengat memberikan pengaruh sangat sentral, pada pertumbuhan seorang anak, untuk menjadi anak yang hebat dan bermartabat, karena latar belakang seorang pendidik juga.
ceska.justice.com

Sejak lahir manusia sudah diberikan kelebihan, tetapi dalam pertumbuhan manusia harus juga di dukung dengan cara, dan menjadikan dirinya seorang yang lebih baik, sehingga istilah dalam pribahasa, jika dari kecil bagaikan mengukir batu dalam daratan, ketika sudah besar mengukir batu bagaikan dalam air. Sehingga seorang pendidik akan memiliki peran sangat sentral pada perkembangan seorang anaknya nanti, karena seorang perempuan bukan hanya menjaga anaknya dari segi fisiknya, namun jiwa juga harus dibentuk, untuk menjadi anaknya nanti menjadi manusia yang berkarakter tangguh dalam menghadapi problematika hidup. Sehingga yang memiliki potensi tinggi akan senantiasa percaya diri untuk bisa menyelesaikan fenomena dirinya.
Ajaran-ajaran Jawa khususnya tatak romo dalam berbicara (bahasa), menghadap pada orang tua, dan ajara-ajaran tentang hidup bersosial, sangatlah islami walaupun tidak lahir dari islam, walapun pada dasarnya di Jawa Agama pertama yang paling banyak diketahui Agama Hindu, tetapi dalam ajaran berakhlak mulia sangatlah tinggi dan bahkan lebih islami. Akan tetapi yang menjadikan ketidak relevansi, dikehidupan itu dalam tatanan sosial dalam ajaran Hindu memberikan sebuah ajaran ketidak bebesan dalam masyrakat dan tidak memberikan sebuah tindakan yang menonjol dalam masyrakat proletar khususnya. Mengapa demikian, Agama Hindu menciptakan kelas-kelas Barhma, dan Sudra dalam hal ini kesalah pahaman dalam kehidupan manusia itu hahwa pada hakikatnya manusia hanya di bedakan dari segi ketkwaannya oleh Allah Swt. Bukan manusia yang memberikan stigma jika herarkis itu ditentukan sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar