Senin, 26 Maret 2018

Ngaji Ringan Fungsi Mahasiswa



Setiap kejadian hari ini akan menjadi sejarah dan akan menjadi peradapan, peradapan tercipta dari sebuah realita yang melahirkan sejarah oleh para pengarah dan penikmat sejarah. Pengethauan akan bisa dirasakan melalui dengan ilmu. Untuk tidak sesat dalam menkaji sejarah maka dasar penghakiman ada pada ilmu. Pengetahuan belum tentu ilmu, ilmu sudah tentu adalah pengetahuan itulah kehidupan menemukan, merealisasikan, maka peradapan akan selalu berjalan hidup dalam diri manusia mengikuti siklus keadaan dunia.
Diskusi yang dilaksanakan oleh mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang (FKIP-UNISMA). Meberikan edukasi baru untuk memahami apa arti dari ideal sebagai mahasiswa, serta bagaimana cara mahasiswa bisa berpikir untuk memperluas bisa menyampaikan sebuah gagasan yang bisa diterima oleh orang lain. Akan tetapi berbicara, memiliki gagasan, bukan menjadi tolok ukur mahasiswa sebagai mahasiswa sudah memberi sebuah fungsinya.
Banyak hal yang tidak dipahami dari arah Tri Dharma pendidikan, ada yang sadar akan Tri Dharma namun belum bisa melakukannya, serta ambiguitas langkah tanpa mengetahui elmen. Salah satu mahasisa semester VI tidak tahu menahu apa itu Tri Dharma, “aku tidak pernah tahu tentang itu, apalagi berbicara fungsi mahasiswa”. Semua itu sebagai bukti bahwa ketidak berhasilan sebuah perguruan pendidikan dalam menerapkan dasar-dasar dan pendidikan karakter, sehingga sikap kritis dewasanya tidak ada dalam masa mahasiswanya.
Keberanian dalam menuangkan gagasannya itu tidak memiliki mental, dikarenakan memang sangat rentan dengan tidak membaca, sehingga kecerdasaan dalam menumbuhkan keberanian dalam menuangkan gagasanya sama halnya tidak memiliki landasan dalam dasar-dasar sehingga sangat dangkal tidak memberikan pengetahuan secara konsetual. Revolusi mental yang terbangun harus dari dalam, untuk bisa menumbuhkan keberanian butuh proses membenturkan hati lebih intens dan perjalanan panjang.
Cara yang sudah dipersembahkan oleh pemerintah itu, senantiasa sudah dianggap sempurna, sehingga sebuah aturan yang telah dipastikan sudah memuakan kebijakan pada kebijaksanaan. Segala keadalian kadang semua itu bersifat apriori dari sebuah realita, hanya bahasa dari sekelompok manusia yang berusaha untuk bisa akan menciptkan bahasa dari sebuah cara yang berorientasi pada realita manusia. Sehingga sebuah cara manusia selalu hidup dan menghidupi manusia lain.
Siklus hanya berputar dengan hittah dan manusia bergerak dengan fitrahnya, sehingga manusia senantiasa menjadikan sebuah bahasa dari lahir dari realita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar