andreasdemani.com |
Mahasiswa, ialah manusia yang belajar di
pergurun tinggi, mendengar nama maha maka teringat kepada yang Mahakuasa
(Tuhan), maha di dalam KBBI artinya paling mahakuasa (paling berkuasa di alam semesta)
dan mahasiswa (insani yang belajar di perguruan yang paling tinggi), hanya
mahasiswa yang namanya menyerupai sebutan “Tuhan” Mahakuasa, perspektif
mahasiswa ada di jajaran paling tinggi di antara yang pendidikan-pendidikan yang
lainnya, bahkan dianggap yang paling tinggi kompentesi intelktualnya, setelah
semua itu ada, di sebelah mana mahasiswa
dan untuk siapa mahasiswa berada.
“Selamat datang di kampus tercintai ini, kalian semua mahasiswa yang ada di
pendidikan paling tinggi, yang akan diajarkan sebagai human intelektual (agen
of change) sebagai perubahan”.
Fatwa yang diingat selalu, sampai ingin
mencoba membuka naluri untuk menganalisis apa maksud (agen of change), dengan sebutan kepada M-A-H-A-S-I-S-W-A, merasa
bangga karena dianggap paling tinggi, jika teringat maha mengingat yang maha
kuasa (paling tinggi), dari nama mahasiswa semua kesempurnaan ada di mahasiswa,
apakah hanya berbangga sebagai sebutan mahasiswa saja, bukan itu hakikatnya
mahasiswa, bahwa mahasiswa ada ditengah tulang tungku dari masyarakat, karena
mahasiswalah yang mampu mengubah masyrakat untuk menjadikan masyrakat yang
dapat menikmati hidup yang selayaknya, dengan cara memberikan
penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan-pelatihan yang dapat mengubah nasib mereka,
yang telat dalam belajar menjalani hidup yang lebih baik, sehingga dapat pula
keluh kesah masyrakat yang belum mendapatkan hak-haknya pemerintah, karena
mahasiswa yang lebih mampu dan akan didengar oleh pemerintah ketika berbicara
kepada mereka, maka mahasiswa juga meyalurkan keluh, kesahnya masyarakat kecil yang
hanya mampu mengeluh, karena untuk berbicara sendiri tidak akan ada yang
menghiaraukan, itulah tugas mahasiswa yang berada di tengah-tengah masyrakat
dan negara.
Kontribusi
apakah yang mempengaruhi negara ketika mahasiswa sangat berperan kepada negara,
mahasiswa agen of change, jika
mahasiswa belajar untuk menunt ilmu dengan serius maka negara kita akan
bersyukur akan melahirkan generasi yang memiliki intelektual yang luas, sehingga
tidak menjadi generasi bangsa yang kerdil akan pengetahuan, sehingga
pengetahuan yang didapat dimanfaatkan disalurkan ke negara untuk menjadikan
negara yang maju dan bermartabat, maka hal ini mahasiswa yang disebut agen
perubahan jangan hanya berbangga hati lebih dulu ketika masih belum bisa memanfaatkan
keberadaan yang ada di tengah-tengahnya, bukan mimpi yang besar, tapi aksi yang
besar yang akan bernilai, maka sebaik-baiknya manusia maka dapat bermanfaat
bagi manusia yang lain dan bagi nusa dan bangsa.
Sehingga
mahasiswa dianggap yang paling tinggi, ketinggihan yang seperti apa yang
dimaksud, bahwa tiada lagi pendidikan tertinggi selain Kampus, pertanyaan
terbesar peran apa yang harus dilakukan, senyampang menjadi mahasiswa, apakah
harus pintar (Idealis) yang bertumpu kepada nilai IPK 3,98, untuk menjamin masa
depan lebih baik, saya rasa tidak, apakah harus menuntut ilmu mati-matian untuk
menggapai sebuah cita-cita yang ingin digapainya, apakah kampus tuhan dan
memiliki ketika memiliki ilmu dimanfatkan untuk kekayaan, dan bisa menentukan
atau menjamin sebuah impian yang akan menjadi nyata, saya rasa tidak, apakah
harus menjadi seorang yang ingin mengubah serata sosialnya, agar memiliki
sebutan sarjana sebagai orang yang paling tinggi, saya rasa tidak, semua itu
paradigma yang sesat, bahkan lebih umum lagi ketika kuliah yang ingin menjadi
mahasiswa yang hanya bercita-cita ingin mengubah jalan hidupnya lebih baik
(jadi orang sukses), degan berkuliah, sebuah paradigma yang salah namun sedikit
benar, namun diantara paradigma yang di atas pasti lebih banyak lagi setiap
individu yang memiliki sebuah pandangan terhadab mahasiswa, apa peran mahasiswa,
dan bagaimana, sebenarnya hakikat mahasiswa yang absolute hakikat dasar mahasiswa mari kita cermati lagu yang tidak
asing lagi didengar kita terutama mahasiswa Indonesia.
andreasdemani.com |
“Buruh
tani mahasiswa rakayat miskin kota bersatu padu merebut demokrasi gegap gempita
dalam satu suara demi tugas suci yang mulia,
Hari-hari
esok adalah milik kita terciptalah masyrakat sejahtera terbentuknya tatanan
masyrakat indonesia baru tanpa orba,
Marilah
kawan mari kita kabarkan di tangan kita tergengam arah bangsa marilah kawan
mari kita nyanyikan sebuah lagu tentang “kebebasan”.
Di
bawah kuasa tirani kususuri garis jalan ini berjuta kali turun aksi bagiku satu
langkah pasti Berjuta kali turun aksi bagiku satu langkah pasti, bagiku satu
langkah pasti”.
Lagu
mahasiswa di Indonesia yang sangat familiar ditelinga mahasiswa, ketika
merenungi makna dari lagu tersebut, kesadaran bahwa ediologi mahasiswa terbuka, hal yang
fatal ketika mengatakan tanpa memahami untuk menganalisa setiap makna yang ada dilagu
“Buruh Tani”, maka implemintasi yang
konkrit, bahwa inilah mahasiswa yang sesungguhnya, ketika mahasiswa sudah berada
di dalam Perguruan Tinggi maka akan menghadapi yang namnya organisasi yang
terdiri dari organisasi internal dan juga ekternal yang ada di setiap kampus manapun, selain hanya
menerima matakuliah akan tetapi ada wadah untuk belajar di luar kelas, agar
dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya di luar kampus dan dapat mencari relasi untuk menggali kompetenis yang
belum ada di dalam kelas, dalam kampus tidak ada perbedeaan setiap mahasiswa tidak pandang bulu, rakyat miskin, petani,
orang kaya, dsb, dan munkin hanya berbedaan culture
saja, tidak ada perbedaan sebuah ediologi Kampus di manapun sama terutamanya di
Indonesia tidak akan luput dari kata mahasiswa, yang akan menjadi kebanggan
sebagai agent of change, pertanyaannya
adalah perubahan yang seperti apa.
Perbedaan itu akan ada
disetiap individu maukan mahasiswa untuk aksi
(bertindak), untuk melakukan sebuah perubahan terutamanya perubahan dirinya
sendiri, sehingga membuka hati untuk memikirkan orang lain untuk merubah dan
memberikan sinergi antara mahasiswa, masyarakat dan negara tidak melepas tangan
sehingga terciptalah mahasiswa yang betul-betul memberikan manfaat kepada
masyrakat dan negara.
Namun
hal ini sebuah tindakan yang sangat sulit, karena komitmen dengan naluri relasi yang kuat sajauh mana naluri
mahasiswa untuk berubah untuk bertindak, maka disitu kuwalitas mahasiswa yang
sejati akan terbaca sehingga kesadaran dalam menggapai pengetahuan walaupun
pendidikan tidak akan di bawa mati, namun pendidikan akan mengantarkan mahasiwa
untuk memberikan pengetahuan pada orang lain, itulah kesadaran mahasiswa dalam
semangat dalam belajar untuk memikirkan akan dekatnya kematian dengan
kehidupan, Ketika mahasiswa telah sadar ketika posisinya di tengah-tengah
sebagai tungku dari keduanya, maka di perguruan tinggilah jati diri sebagai insani dapat terbuka.
Sehingga peran apa yang
harus di lakukan oleh mahasiswa, dan adanya mahasiswa memberikan dorongan segar
kepada masyarakat sehingga posisi mahasiswa memberikan saling sinerginitas
antara masyarakat dan negara, maka mahasiswa yang betul-betul berperan sebagai
mahasiswa yang peduli terhadap masyarakat dan negara, maka bukalah mata dari
sekarang sebagai mahasiswa yang memiliki jiwa sosialistis, jangan hanya idealis
tanpa peduli keadaan lingkungan, bergunalah bagi nusa dan bangsa, maka mulailah
dari sekarang jika masih ada kesempatan jadikanlah kesempatan ini yang terakhir,
untuk menjadi mahasiswa aktif dan sosialistis. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar