TOR
Term Of Reference
A.
Latar Belakang
Dunia tidak akan pernah menghapus
sejarah dari peradapan manusia yang terjadi pada tanggal 06 Agustus 1945, tepatnya pukul 09.15 pagi waktu
Tokyo. pesawat pengebom B-29 Enola Gay, yang dikemudikan oleh Paul W. Tibbets,
terbang di langit Hiroshima Negara Jepang. Tragedi pengeboman oleh
tentara Amerika pada kota besar Horishima dan Nagasaki, mungkin masih
menyisakan luka sejarah bagi warga Negara Jepang. Berikisar dari 220.000 rakyat
meninggal akibat meletusnya bom berkuatan 15.000-20.000 ton TNT dan radiasi
yang diperkirakan akan membutuhkan 50 tahun. Sehingga pada perang dunia II, Jepang
terpaksa menyerah.
Warga Jepang terluka dengan tragedi 06,
Agustus 1945. Terselamatnya Caisar Hirohito pasukan perang, memiliki inisiasi
untuk memerintahkan semua jajaran pemerintah Jepang yang tersisa. Insiatif ini
bertujuan untuk mendata beberapa sisa tenaga pendidik “Guru” yang masih hidup. Dari
sisa tenaga pendidik itu, Caesar Hirohito dan pemerintah Jepang menyimpan harapan
besar untuk bangkit, dengan bertumpu harapan pada guru yang selamat. Sehingga
pada akhirnya Negara Jepang berhasil dan terbangun dari keterpurukan. Keluar
dari keterpurukan pada akhirnya hari ini bisa dirasakan sendiri oleh dunia,
bahwa Negara Jepang menjadi raksasa industri. Artikel sejarah diambil dari
naskah yang dituliskan Chun,
Clayton K S. 2008. Japan 1945: From Operation
Downfall to Hiroshima and Nagasaki. Oxford: Osprey Publishing.
Semangat, dan betapa pentingnya
pendidikan, memberikan bukti bahwa perkembangan sebuah negara, serta
perkembangan manusia itu sendiri bersentral pada dunia pendidikan. Akan tetapi
bukan hanya pada atribut pendidikan namun tenaga pendidik memiliki peran aktif.
Sehingga dalam dunia pendidikan akan membuka ruang untuk memberikan kebebasan pada
manusia, untuk memilih. Sehingga manusia sadar serta dewasa akan terbentuk
kesadaran dari dalam. Menemukan kerangka berpikir yang visioner dengan
dasar-dasar yang didapatkan di dunia pendidikan. Maka semangat seorang pendidik
seharusnya terbangun dari kesadaran sangat tinggi yang dewasa. Dengan sadar
kedewasaan manusia untuk merumuskan tata cara dengan cita-cita diri yang
dibawa, tidak hanya bisa merayakan secara individu, namun senantiasa
memperhatikan lingkungan dan bagi nusa dan bangsa.
Revolusi
Mental Hari ini
Pemerintah sangat gencar dan menekan
bahwa dunia pendidikan harus mengubah kerangka berpikir rakyat Indonesia dari
dalam. Sehingga terlahirlah “Revolusi Mental” yang diharapkan oleh bangsa hari
ini, khususnya dipemerintahan Pak Jokowi ini. Untuk menjaga dan memperkuat
dimensi sosial yang menjadi ancaman ketika karakter mental tidak dipondasikan
dengan kuat. Hubungan ini ada kaitan dengan apa yang dirumuskan oleh Bapak Pendidikan
kita.
Refleksi filsafah pendidikan di Indonesia
yang terlahir dari tingkat kesadaran tinggi. Semenjak bapak pendidikan kita Ki
Hajar Dewantoro dengan semangat membawa kemerdekaan pendidikan pribumi berobjek
membuka paradigma masyarakat Indonesia. Untuk menjadikan manusia sebagai subjek
akan sadar dengan dirinya sendiri. Kesadaran tertinggi ialah kemerdekaan diri,
kemerdekaan yang mutlak dinikmati oleh setiap manusia. Sehingga dengan
kemerdekaan pendidikan rakyat Indonesia sadar serta dewasa untuk bisa menikmati
kebebasan yang sejati dari Sang Ilahi. Sehingga lahirlah filsafah fundemental
yang relevansi dengan dengan kehidupan manusia dari masa-kemasa.
“Ing
Ngarso Suntolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” Di depan memberi
teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan. Semboyannya
yang paling terkenal yaitu “tut wuri handayani”.
Sehingga pada akhirnya perguruan tinggi
diciptakanlah sebuah dasar-dasar yang menjadi pedoman disetiap instansi kampus
yang ada di Indonesia, yang dikenal dengan elmen “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Sehingga dasar-dasar yang ada dalam
perguruan tinggi tenaga pendidik (dosen) dan peserta didik (mahasiswa),
keduanya seharusnya mampu menciptakan simbiosis mutualisme dalam edukasi
kesadaran tertinggi dan dewasa. Serta menjadi acuan bagi manusia yang bergerak
untuk membangun. Karena samudera luas keindahan sinar matahari dari timur sudah
menyingsing cerah, jadi, sudah saatnya dan waktunya bukan diam menikmati siklus
nuansa alam yang kadang tidak menjanjikan akan arti dan makna hidup yang
berarti berarti. Jadikan pendidikan sebagai ranah membenahi cangkul-cangkul dan
arit-arti yang ada di luar, dan di dunia pendidikan jadikan cangkul dan arit
sesuatu yang bernilai bagi kehidupan individu dan orang lain.
Kesadaran tertinggi yang dewasa akan
senantiasa membuka ruang untuk selalu berusaha bisa membangun, mengembangkan,
potensi-potensi diri, untuk menjadi mandiri yang suci. Serta menjadi manusia
yang berarti bagi kemerdekaan sejatinya. Serta membenturkan dirinya pada
manusia yang ada di luar dirinya, menyisakan sisa tenaganya untuk bisa
memberikan fungsi dirinya melalui kedewasaan yang berpendidikan. Karena sesuai
dengan butir-butir Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu: 1). Pendidikan dan
Pengajaran. 2). Pendidikan dan Pengembangan. 3). Pengabdian kepada Masyrakat.
1).
Pendidikan dan Pengajar
Korelasi dari keduanya saling mendukung
untuk bisa menciptakan dunia pendidikan dan pendidik dengan kesadaran tinggi
akan pentingnya hidup, untuk bisa belajar menggali pengetahuan dan menemukan
kemerdekaan sejati sehingga akan lahir dari sebuah pengetahuan. Dengan
pengetahuan akan bisa menikmati hidup yang menghidupi manusia.
Undang – undang tentang pendidikan
tinggi menyatakan bahwapendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2).
Pendidikan dan Pengembangan
Dalam pendidikan dituntut pendidik mampu
mengembangkan, mengembangkan potensi dirinya, serta mengembangkan apa yang ada
di sekitarnya. Dengan dasar sebuah pengetahuan, karena hanya dengan pengetahuan
manusia bisa membuka ruang diri bisa menjadi dan merebut hak-hak yang
seharusnya dinikmati.
Penelitian dan pengembangan juga
sangatlah penting bagi kemajuan perguruan tinggi,kesejahteraan masyarakat serta
kemajuan bangsa dan negara. Dari penelitian dan pengembangan maka mahasiswa
mampu mengembangkan ilmu dan teknologi. pada penelitian dan pengembangan
mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan kreatif dalam mejalankan perannya
sebagai agent of change. Mahasiswa
harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses
pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan – perubahan yang akan membawa
Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan.
3).
Pengabdian Kepada Masyrakat
Jika dari kedua butir mahasiswa telah
melakukan pada setiap aktif kuliah, sehingga pengabdian kepada masyarakat itu
yang akan dipertanyakan. Sehingga untuk bisa melakukan pada hal tersebut,
mahasiswa mampu mempercerdas dirinya sehingga manusia mampu memberikan fungsi
pada masyrakaat.
Menurut undang–undang tentang pendidikan
tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika
yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kontemplasi
Evolusi Paulo Freire
Kebudayaan “bisu”. Kesadaran refleksi
kritis dalam budaya seperti ini tetap tidur dan tidak
tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai sekat hari ini
yang menghimpit. Manusia tenggelam dalam “hari ini” yang panjang, monoton
dan membosankan sedangkan eksistensi masa lalu dan masa akan datang
belum disadari. Dalam kebudayaan bisu yang demikian itu kaum tertindas
hanya menerima begitu saja segala perlakuan dari kaum penindas.
Bahkan, ada ketakutan pada kaum tertindas akan adanya kesadaran
tentang ketertindasan mereka.
Itulah dehumanisasi karena bahasa
sebagai prakondisi untuk menguasai realitas hidup telah
menjadi kebisuan. Diam atau bisu dalam konteks yang dimaksud Freire
bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga bukan strategi
untuk menahan intervensi penguasa dari luar. Tetapi, budaya bisu yang
terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam budaya bisu
memang tidak tahu apa-apa. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa
mereka bisu dan dibisukan.
Karena itu, menurut Freire
untuk menguasai realitas hidup ini termasuk menyadari kebisuan itu, “maka bahasa harus dikuasai”.
Menguasai bahasa berarti mempunyai kesadaran kritis
dalam mengungkapkan realitas. Untuk itu, pendidikan yang dapat
membebaskan dan memberdayakan adalah pendidikan yang melaluinya nara didik
dapat mendengar suaranya yang asli.
Pendidikan yang relevan dalam
masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan
mereka mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar
termasuk suara sang pendidik. Dalam konteks yang demikian itulah Freire
bergumul. Ia terpanggil untuk membebaskan masyarakatnya yang
tertindas dan yang telah “dibisukan”. Pendidikan “gaya bank” dilihatnya
sebagai salah satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan
itu. Karena itulah, ia menawarkan pendidikan “hadapmasalah” sebagai
jalan membangkitkan kesadaran masyarakat bisu. (Paulo Freire dalam Buku Pendidikan
Kaum Tertindas).
B. Tujuan
1.
Untuk
mendiskusikan arah pendidikan kita hari ini dan pentingnya
2.
Untuk menemukan
relevansi fungsi Tri Dharma yang sadar pada diri mahasiswa
3.
Untuk membangun
rasa jiwa revolusi mental harapan pemerintahan hari ini
4.
Untuk
menciptakan sebuah rasa yang dari dalam diri anak muda hari ini
5.
Untuk membuka
ruang menyadarkan masyarakat/mahasiswa “dibisukan, membisu, dan bisu”.
C. Hasil yang Di
Harapkan
1.
Terciptanya
kesadaran bahwa inilah hakikat pendidikan
2.
Bisa memahami
fungsi mahasiswa dalam Tri Dharma untuk diimplementasikan pada kehidupan
3.
Membangun jiwa
yang konservatif yang relevan dengan hari ini
4.
Peran apa yang
diberikan kepada masyrakat dari hasil dunia pendidikan
5.
Kesadaran
kerangka berpikir akan “kebisuan, membisu, dibisukan”.
D. Kegiatan
Dilaksanakan
Pembukaan dan sekaligus memimpin DISBUD (Diskusi
Budaya) “Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia”
HMJ-PBSI.
Hari/Tanggal: Jum’at 23, Maret 2018
Tempat: Gedung C, FKIP Lt.2, R.C202A Unisma
Waktu: 15:15 WIB-Selesai
Terima kasih Hormat
kami HMJ-PBSI Unisma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar