Jumat, 23 Maret 2018

Membangun Jiwa Tri Dharma, Pada Pendidikan Era Milenial



TOR
Term Of Reference
A.    Latar Belakang
Dunia tidak akan pernah menghapus sejarah dari peradapan manusia yang terjadi pada tanggal 06 Agustus 1945, tepatnya pukul 09.15 pagi waktu Tokyo. pesawat pengebom B-29 Enola Gay, yang dikemudikan oleh Paul W. Tibbets, terbang di langit Hiroshima Negara Jepang. Tragedi pengeboman oleh tentara Amerika pada kota besar Horishima dan Nagasaki, mungkin masih menyisakan luka sejarah bagi warga Negara Jepang. Berikisar dari 220.000 rakyat meninggal akibat meletusnya bom berkuatan 15.000-20.000 ton TNT dan radiasi yang diperkirakan akan membutuhkan 50 tahun. Sehingga pada perang dunia II, Jepang terpaksa menyerah.
Warga Jepang terluka dengan tragedi 06, Agustus 1945. Terselamatnya Caisar Hirohito pasukan perang, memiliki inisiasi untuk memerintahkan semua jajaran pemerintah Jepang yang tersisa. Insiatif ini bertujuan untuk mendata beberapa sisa tenaga pendidik “Guru” yang masih hidup. Dari sisa tenaga pendidik itu, Caesar Hirohito dan pemerintah Jepang menyimpan harapan besar untuk bangkit, dengan bertumpu harapan pada guru yang selamat. Sehingga pada akhirnya Negara Jepang berhasil dan terbangun dari keterpurukan. Keluar dari keterpurukan pada akhirnya hari ini bisa dirasakan sendiri oleh dunia, bahwa Negara Jepang menjadi raksasa industri. Artikel sejarah diambil dari naskah yang dituliskan Chun, Clayton K S. 2008. Japan 1945: From Operation Downfall to Hiroshima and Nagasaki. Oxford: Osprey Publishing.
Semangat, dan betapa pentingnya pendidikan, memberikan bukti bahwa perkembangan sebuah negara, serta perkembangan manusia itu sendiri bersentral pada dunia pendidikan. Akan tetapi bukan hanya pada atribut pendidikan namun tenaga pendidik memiliki peran aktif. Sehingga dalam dunia pendidikan akan membuka ruang untuk memberikan kebebasan pada manusia, untuk memilih. Sehingga manusia sadar serta dewasa akan terbentuk kesadaran dari dalam. Menemukan kerangka berpikir yang visioner dengan dasar-dasar yang didapatkan di dunia pendidikan. Maka semangat seorang pendidik seharusnya terbangun dari kesadaran sangat tinggi yang dewasa. Dengan sadar kedewasaan manusia untuk merumuskan tata cara dengan cita-cita diri yang dibawa, tidak hanya bisa merayakan secara individu, namun senantiasa memperhatikan lingkungan dan bagi nusa dan bangsa.
Revolusi Mental Hari ini
Pemerintah sangat gencar dan menekan bahwa dunia pendidikan harus mengubah kerangka berpikir rakyat Indonesia dari dalam. Sehingga terlahirlah “Revolusi Mental” yang diharapkan oleh bangsa hari ini, khususnya dipemerintahan Pak Jokowi ini. Untuk menjaga dan memperkuat dimensi sosial yang menjadi ancaman ketika karakter mental tidak dipondasikan dengan kuat. Hubungan ini ada kaitan dengan apa yang dirumuskan oleh Bapak Pendidikan kita.
Refleksi filsafah pendidikan di Indonesia yang terlahir dari tingkat kesadaran tinggi. Semenjak bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro dengan semangat membawa kemerdekaan pendidikan pribumi berobjek membuka paradigma masyarakat Indonesia. Untuk menjadikan manusia sebagai subjek akan sadar dengan dirinya sendiri. Kesadaran tertinggi ialah kemerdekaan diri, kemerdekaan yang mutlak dinikmati oleh setiap manusia. Sehingga dengan kemerdekaan pendidikan rakyat Indonesia sadar serta dewasa untuk bisa menikmati kebebasan yang sejati dari Sang Ilahi. Sehingga lahirlah filsafah fundemental yang relevansi dengan dengan kehidupan manusia dari masa-kemasa.
“Ing Ngarso Suntolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan. Semboyannya yang paling terkenal yaitu “tut wuri handayani”.
Sehingga pada akhirnya perguruan tinggi diciptakanlah sebuah dasar-dasar yang menjadi pedoman disetiap instansi kampus yang ada di Indonesia, yang dikenal dengan elmen “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Sehingga dasar-dasar yang ada dalam perguruan tinggi tenaga pendidik (dosen) dan peserta didik (mahasiswa), keduanya seharusnya mampu menciptakan simbiosis mutualisme dalam edukasi kesadaran tertinggi dan dewasa. Serta menjadi acuan bagi manusia yang bergerak untuk membangun. Karena samudera luas keindahan sinar matahari dari timur sudah menyingsing cerah, jadi, sudah saatnya dan waktunya bukan diam menikmati siklus nuansa alam yang kadang tidak menjanjikan akan arti dan makna hidup yang berarti berarti. Jadikan pendidikan sebagai ranah membenahi cangkul-cangkul dan arit-arti yang ada di luar, dan di dunia pendidikan jadikan cangkul dan arit sesuatu yang bernilai bagi kehidupan individu dan orang lain.
Kesadaran tertinggi yang dewasa akan senantiasa membuka ruang untuk selalu berusaha bisa membangun, mengembangkan, potensi-potensi diri, untuk menjadi mandiri yang suci. Serta menjadi manusia yang berarti bagi kemerdekaan sejatinya. Serta membenturkan dirinya pada manusia yang ada di luar dirinya, menyisakan sisa tenaganya untuk bisa memberikan fungsi dirinya melalui kedewasaan yang berpendidikan. Karena sesuai dengan butir-butir Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu: 1). Pendidikan dan Pengajaran. 2). Pendidikan dan Pengembangan. 3). Pengabdian kepada Masyrakat.
1). Pendidikan dan Pengajar
Korelasi dari keduanya saling mendukung untuk bisa menciptakan dunia pendidikan dan pendidik dengan kesadaran tinggi akan pentingnya hidup, untuk bisa belajar menggali pengetahuan dan menemukan kemerdekaan sejati sehingga akan lahir dari sebuah pengetahuan. Dengan pengetahuan akan bisa menikmati hidup yang menghidupi manusia.
Undang – undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwapendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2). Pendidikan dan Pengembangan
Dalam pendidikan dituntut pendidik mampu mengembangkan, mengembangkan potensi dirinya, serta mengembangkan apa yang ada di sekitarnya. Dengan dasar sebuah pengetahuan, karena hanya dengan pengetahuan manusia bisa membuka ruang diri bisa menjadi dan merebut hak-hak yang seharusnya dinikmati.
Penelitian dan pengembangan juga sangatlah penting bagi kemajuan perguruan tinggi,kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa dan negara. Dari penelitian dan pengembangan maka mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi. pada penelitian dan pengembangan mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan kreatif dalam mejalankan perannya sebagai agent of change. Mahasiswa harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan – perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan.
3). Pengabdian Kepada Masyrakat
Jika dari kedua butir mahasiswa telah melakukan pada setiap aktif kuliah, sehingga pengabdian kepada masyarakat itu yang akan dipertanyakan. Sehingga untuk bisa melakukan pada hal tersebut, mahasiswa mampu mempercerdas dirinya sehingga manusia mampu memberikan fungsi pada masyrakaat.
Menurut undang–undang tentang pendidikan tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kontemplasi Evolusi Paulo Freire
Kebudayaan “bisu”. Kesadaran refleksi kritis dalam budaya seperti ini tetap tidur dan tidak tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai sekat hari ini yang menghimpit. Manusia tenggelam dalam “hari ini” yang panjang, monoton dan membosankan sedangkan eksistensi masa lalu dan masa akan datang belum disadari. Dalam kebudayaan bisu yang demikian itu kaum tertindas hanya menerima begitu saja segala perlakuan dari kaum penindas. Bahkan, ada ketakutan pada kaum tertindas akan adanya kesadaran tentang ketertindasan mereka.
Itulah dehumanisasi karena bahasa sebagai prakondisi untuk menguasai realitas hidup telah menjadi kebisuan. Diam atau bisu dalam konteks yang dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga bukan strategi untuk menahan intervensi penguasa dari luar. Tetapi, budaya bisu yang terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam budaya bisu memang tidak tahu apa-apa. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa mereka bisu dan dibisukan.
Karena itu, menurut Freire untuk menguasai realitas hidup ini termasuk menyadari kebisuan itu, “maka bahasa harus dikuasai”. Menguasai bahasa berarti mempunyai kesadaran kritis dalam mengungkapkan realitas. Untuk itu, pendidikan yang dapat membebaskan dan memberdayakan adalah pendidikan yang melaluinya nara didik dapat mendengar suaranya yang asli.
Pendidikan yang relevan dalam masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan mereka mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk suara sang pendidik. Dalam konteks yang demikian itulah Freire bergumul.  Ia terpanggil untuk membebaskan masyarakatnya yang tertindas dan yang telah “dibisukan”. Pendidikan “gaya bank” dilihatnya sebagai salah satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan itu. Karena itulah, ia menawarkan pendidikan “hadapmasalah” sebagai jalan membangkitkan kesadaran masyarakat bisu. (Paulo Freire dalam Buku Pendidikan Kaum Tertindas).
B. Tujuan
1.      Untuk mendiskusikan arah pendidikan kita hari ini dan pentingnya
2.      Untuk menemukan relevansi fungsi Tri Dharma yang sadar pada diri mahasiswa
3.      Untuk membangun rasa jiwa revolusi mental harapan pemerintahan hari ini
4.      Untuk menciptakan sebuah rasa yang dari dalam diri anak muda hari ini
5.      Untuk membuka ruang menyadarkan masyarakat/mahasiswa “dibisukan, membisu, dan bisu”.
C. Hasil yang Di Harapkan
1.      Terciptanya kesadaran bahwa inilah hakikat pendidikan
2.      Bisa memahami fungsi mahasiswa dalam Tri Dharma untuk diimplementasikan pada kehidupan
3.      Membangun jiwa yang konservatif yang relevan dengan hari ini
4.      Peran apa yang diberikan kepada masyrakat dari hasil dunia pendidikan
5.      Kesadaran kerangka berpikir akan “kebisuan, membisu, dibisukan”.
D. Kegiatan Dilaksanakan
Pembukaan dan sekaligus memimpin DISBUD (Diskusi Budaya) “Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia” HMJ-PBSI.
Hari/Tanggal: Jum’at 23, Maret 2018
Tempat: Gedung C, FKIP Lt.2, R.C202A Unisma
Waktu: 15:15 WIB-Selesai

Terima kasih Hormat kami HMJ-PBSI Unisma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar