Sabtu, 22 Juni 2019

Di Mana Intelektual; dan Ilmu Ladduni


Mencari Kebenaran Ilmu Ladduni di Era Modern

Kedua Elemen mahasiswa dan dosen harus saling bersinergi. Dosen sebagai objek mahasiswa, sebab subjek bukan saling menyalahkan. Karena kesibukannya ketika dosen tidak masuk dosen seperti punya hak progratif walau kadang sewenang-wenang, dan ketika mahasiswa tidak masuk harus izin pada dosen.

"Kalau sama-sama tidak masuk gundulkan saja kepalanya".

Sistem yang baik bukan hanya berjalan satu pada satu lembaga khususnya pendidikan. Lembaga seperti halnya roda dua, kala yang satu tidak berfungsi maka jalannya itu tidak akan normal. Bisa jadi tidak akan bisa melangkah. Sistem yang baik akan menunjukkan struktur dan kultur yang baik pula.

Dari ketiga elemen tersebut tidak akan mungkin berjalan dengan sempurna. Pasti di antara salah satunya ada yang berfungsi secara tidak normal, minimal dari perjalanan masih bisa bergantian untuk melangkah lebih baik. Jangan sampai saling todong ketika fungsi telah jadi kronis. Ketika dosen tidak masuk mahasiswa seperti bangga.

Salah satu mahasiswa mungkin saja ada yang berpikiran kalau kita bayar, tentunya perlu seorang dosen ketika tidak masuk sadar akan posisi dirinya sebagai pihak yang dirugikan, bukan malah bahagia dengan kesewenang-wenangan.

Kelas kosong, semua mahasiswa dan dosen tidak ada. Apakah salah satu permasalahan umum berikaitan dengan perkembangan globalisasi mengenai modernisasi, dan era digital menjadi paling fital, dan menjadikan pergeseran pola pandang hidup? Gaya belajar pun akan memiliki pembeda secara signifikan, bukan sekedar peradapan bersosial krisis tapi bersosial yang kronis.

***
Pada 14:16 Wib. Ruangan F-12 kosong. Suara mahasiswa kelas sebelah terdengar, awal kuliah ditandai dengan keberadaan doa-doa di Kampus Hijau, katanya.

Dalam tingkatan manusia belajar memiliki tingkatan serta tahapan. Pada awalnya manusia bisa belajar pada sesama (kiayi, guru, dan Cendikiwan. Ketika manusia sudah memiliki keinginan pastinya akan tiba. Era ini perang ideologi.

Masuknya Ilmu ladduni di era modern, tidak ada guru tidak ada murid; papan masih kosong, lalu di mana letak pengetahuannya? "Laufil Mahfud" Kata kursi yang berbicara sendiri di kelas kosong.

Jangan berikan pemuda  dan guru sepuluh di bangunan megah sarang intelektual, akan hancur. Gedung intelektual dan tanah negeri yang berbisik pada bunga yang berada di selogan tumbuh begitu subur wanginya terhirup diudara ber-Ac.

"Berikan kami sepuluh pemuda maka akan ku cabut gunung semeru dengan akarnya", di tembok Ir. Soekarno beretorika melalui teks terbentang teks yang transenden berbisik pada tembok. Pemuda yang duduk di depannya menghisap rokok tertawa wajahnya berkata "Ruang F12 bakar saja, masih mulia tempat yang kita duduki karena kita bahas pengetahuan dan tentang negeri"

Ada yang menyalahkan keadaan ada pula yang merindukan keadaan; kelas yang begitu megah menjadi kerinduan kehidupan pada Flim "Jembatan Pensil", yang ingin sekali memiliki ruang, guru, ruang yang bersih dan guru cantik.

Tumbuhan biru tidak akan mengadu pada guru apalagi yang hanya memburu dan mendapatkan pacar baru; semut di tubuh tidak diharaukan, kecuali ia menggitnya, maka disentuh dan dibuang bahkan akan lebih sadis untuk membunuhnya.

Bagaimana mungkin anak akan menyalahkan orang tua sendiri walaupun salah. Cara itu di Indonesia tidak akan bisa dilakukan secara komunal sepertinya kalau masih menganut pada tradisi, " Kesalahan itu Manusiawi, dan takut kenak karma kalau mengkritisi", jelasnya kesalahan manusia sudah menjadi hal biasa sebagai anak hanya bisa mengingatkan bagaimana munhkin bisa sadar, menggali itu tidak mudah sebagai pemuda kekuatannya dalam menyadarkan masih memiliki proses panjang. Dan anggapan hal itu pula menjadikan kita seperti halnya mengaji Al-Quraan teman kita keliru tidak kita tegor, dijelaskan bahwa kita yang mendengar ayat yang keliru itu salah tidak ditegor pendengar akan mendapatkan dosa, dari apa yang keliru. Bagaimana mungkin tradisi kita gunakan ketika kesewang-wenang guru tidak rasional.

***

Hari ini saya mencoba merekam peristiwa dengan tulisan, tidak harus membuka laptop hanya buka Hp, buka note dan menulisnya beberapa yang dianggap peristiwa. Saya mahasiswa dan merepresentasikan sebagai murid, namu murid yang dewasa ke atas umur 20 tahun akan tahu tentang hal moralitas. Bukan sekedar tendakan baik buruk apa hukumannya namun juga bagaimana bisa melakukannya dengan risiko yang dimiliki sendiri; bukan hanya esensi tapi eksistensi dan tanggung jawab tentang moralitas apa risikonya sudah tahu secara apriori, dan aposteori.

Praktik apa yang akan dilakukan kita, membiarkan ketidak selarasan tentang kesalahan mengaji berlarut, sebagai kaum kecil tidak bisa memiliki kekuatan hanya mendoakan dan membuka ruang belajar di tempat lain selaras dengan kebutuhan bersama. Sebagai ganti ketidak sia-siaan datang di gedung yang dikenal dengan tempat manusia intelektual.

Kesadaran manusia bukan hanya ada dalam logika dan ditfsirkan rasio, manusia terbuat dari tanah dan campuran air anatomi tubuh, 80% tubuh manusia terdiri air. Maka air sebagai netralisir dari segalanya dan jiwa manusia bisa dikatakan akan lebih menerima kedamaian sebab air condong mendinginkan ketidak selarasan jiwa. Ketika semua bisa dirasa logika hanya memastikan tentang pemahaman jiwa yang akan menyadarkan menyisipi nilai pada teks entah berupa; puisi, esai, dan buku dll. Membuka secara evolusi mencipta manusia atas perubahan secara bertahap.

Semoga di antara dosen dan mahasiswa sadar akan semua, tidak ada kambing hitam walau pun itu aakan ada. Pikirka saja bangunan intelektual yang sepi hari ini berapa lama tidak akan berisi dan posisi dosen tak menempatkan dan mahasiswa pula, hingga fungsi hanya dilakukan oleh kursi yang ada di dalam ruang mulia kuliah di F12 Unisma, mata kuliah Retorika. Semoga tidak hanya bermakna pada hubungan habblumminallah (Hubungan denhan Allah saja), kewajiban kita sebenarnya kalau dirinci sebuah kaitan dengan-Nya.

Apkah masih relevan ilmu ladduni di era modrnnisasi, apa hanya bedakan saja tradisi dan caranya, tujuan sebagai esensial imlu pengetahuan yang berguna.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar