Selasa, 25 Juni 2019

Mengaji Kata The Sea Close By

foto:huawei

The Sea Close By
karya Albert Camus

Mengaji kata karya Albert Camus di Bab I dengan judul "The Sea Close By" dalam bahasa Indonesia "Laut yang Begitu Dekat". Karya yang menjadi bahan diskusi awal kegiatan membaca. Pembahasan karya yang cukup membingungkan menginterpretasikan.  Pada awalnya saya mencoba membuka cakrawala transenden yang ada dalam diri dengan mencatat ulang isi The Sea Close By. Setelah dibuka, membaca berulang tapi tetap masih bingung. Karya yang masih tanda tanya: sebab tawaran karya absurdisme masih asing dalam otak saya. Karena masih hanya mengenal karya absurdisme di Indonesia, yang dikenalkan oleh beberapa karyanya Danarto, Budi Darma, dan Afrizal Malna, yang asumsi saya mereka masuk pada gaya absurdisme, sehingga bendahara berpikir saya bisa dikatakan masih sangat krisis. Hasil dari bacaan karya yang pernah dikenal saya, belum bisa menjadi dasar untuk memahami karya Albert Camus yang ini, dan belum bisa membuka kebingungan dalam diri, secuil pun saya belum bisa memberi gambaran maksud atau makna dari yang Albert Camus tulis ini, tapi, masih begitu banyak kesangsian berpikir.

Dalam otak saya, dan otak mahasiwa yang ikut mengaji kata Ini, nyaris, sempurna seharian duduk di Gasebo depan FKIP dari pukul 7-15:30 an, bukan sekedar duduk tapi juga berdiskusi, di sini setiap Senin membuka baca gratis. Mereka yang setia seharian menemani mungkin masih lelah karena secara tidak sadar telah memforsir otak dan naluri, hingga blenk,,, untuk memahami teks sastra "The Sea Close By" masih menanyakan tentang banyak hal dalam otak ada yang terpaku pada makna ombak, laut, dan lainnya. Yang masih tersenyum penuh tanda tanya. Dari keseharian kita ada yang hanya sekedar memandang buku dan ada pula yang membacanya. Para mata mahasiswa lain banyak lewat depan kita, kita yang sedang berkumpul. Mereka sambil menyoroti tumpukan buku di gazebo di hadapan kita, saya melihat dalam kepala mereka ada hewan hidup, mungkin jika dilihat dari dekat berupa kambing, kalau jauh abtraks, dan ada yang berupa kucing, dan ada pula yang bertengger di atasnya itu berupa ayam, Bagi kaum nyinyir yang berdasar dangkal didalam dirinya berpikir apa yang baik dari kegiatan kita.

Dingin bersandar dipundak saya, dan batu masih di bawah kaki bangunan intelektual yang hanya sebuah nama. Walau kadang itu dipercaya oleh semua.

Membaca fiksi autobiografi menurut pendapat penerjemahnya. Tulisan Albert Camus dengan gaya yang bagitu baru, baru bagi saya karena baru pertama kali baca karyanya. Mungkin karena baru tahu dan bersyukur serta berterima kasih pula kepada penerbit Pelangi Sastra Malang (PSM), khusunya Mas Dandy yang merekomendasikan mengaji kata karya Albert Camus yang diterjemahkan oleh Dias P. Sasoerizal dan Doni Ahmadi. Berkah itu, bisa membuka sedikit cakrawala yang masih belum dewasa atas dunia kesusastraan, khususnya kesusastraan di Indonesia.

Pada saat diskusi saya mencoba menangkap apa yang Mas Dandy katakan "Sastra Indonesia termasuk telat masuk dalam disiplin ilmu serta dikaji di ruang umum". Hal itu membuktikan bahwa adanya keterlambatan berpikir untuk memahami budaya pribumi yang kaya sengan kesenian serta peradan. Sehingga masih mengekor pada eropa yang sudah menjadi peradapan luar biasa di nergaranya. Hal tersebut tercipta dikotomi dalam memberi makna pada sebuah karya sastra. Pakem kesusastraan atas kelahiran dari negeri sendiri d
masih dipertanyakan.

Sebenarnya dalam ranah menemukan makna pada karya sastra berupa teks, kita akan semakin jauh menemukannya, sebab seorang penulis hanya mempersembahkan teks yang tidak memiliki suprasegmental. Dan makna akan dicipta oleh para pembaca sebagai bentuk apresiasi pembaca sastra, hal itu menurut apa yang dikatakan oleh Budi Darma dalam bukunya Honorium.

Masuk pada The Sea Close By lebih dalam menelusuri teks:

Dalam paragraf pertama di halaman satu. Pembukaan yang memukau pembaca, sekaligus memberikan gambaran besar pada kalimat awal untuk mempermudah menemukan suatu gambaran awal akan isi dari pikiran Albert Camus yang akan ditunaikan dalam teks. Dan teks tersebut menunjukkan bahwa akan menceritakan tentang dirinya dengan media sastra yang difiksikan. Bisa dikatakan prosa lirik kata Mas Dandy disela diskusi ia berpendapat.

Pembahasaan awal ada pengakuan yang dibuktikan dengan kata " Aku" diawal kalimat pertama. Pada awal diskusi, karya ini diasumsikan sebagai karya fiksi cerpen. Mas Aan yang paling setuju dengan dasar-dasar yang ada dalam pemahamannya. Sedangkan saya sendiri menganggap esai. Dan teman-teman lain menganggap cerita perjalanan. Namun kedua ini menjadi pembahasan paling kuat hingga dipertahankan sehingga pada awal pembukaan diskusi penuh dengan kebingungan, diskusi masih dilanjutkan. Pembacaan pada Bab I telah dimulai.


"Aku tumbuh besar dan karib bersama laut serta kemelaratan yang menyelubungi, sampai suatu Ketika, aku kehilangan laut, lalu menemukan semua kemewahan abu-abu l, dan kemelaratan itu tak terlihat lagi. Sejak itu, aku menunggu. Aku menunggu untuk menunggu ramang-remang kehidupan di atas perahu, seperti dulu, pada hari-hari biasanya. Aku menunggu dengan sabar, dengan takzim, dengan segala kekuatanku".
Pembacaan telah usai masuk pada pendapat masing-masing menangkap makna yang satu persatu atau menginterpretasikan menggabungkan makna dari paragraf ke paragraf selanjutya.

Lagi-lagi ada pada teks Albert Camus yang memiliki kesulitan menemukan makna yang gamblang. Sebab hanya dengan teks Itu bisa membuka makna, selain itu akan begitu jauh menemukan nya. Penggunaan metafor yang begitu memukau otak dikoyak-koyak, ternyata sangat menarik mempersembahkan autobiografi yang tidak membosankan bahkan lebih memperdalam pemahaman. Pengemasan cerita dijadikan fiksi autobiografi, Itulah kelebihan dunia kesusastraan. Seandainya secara terang-terangan dalam memaparkan cerita dirinya mungkin sangat membosankan. Dan mungkin tidak akan bisa memperdalam isi dalam karya tersebut. Dengan media sastra tentunya lebih menarik.  Interpretasi labih kaya. Kalau tidak, akan cenderung membosankan. Seandainya Hillen Killer, dan Nabi Nuh yang ada dalam perut ikan Nun itu diceritakan secara konkret masih relevan karena sangat menginspirasi hidupnya, maka menceritakan dengan bahasa paling biasa akan tetap diterima oleh banyak orang karena sangat menginspirasi.

Sebelum membahas karya Albert Camus ini, alangkah baiknya mengetahui latar belakang Albert Camus sehingga akan lebih mudah memahami karyanya. Albert Camus penulis yang juga masuk pada golongan eksistensialis Prancis bersama dengan penulis Jeans Paul Sartre arah pemikirannya. Sehingga dalam memahami karyanya perlu memahami filsafatnya.

Pada bab I yang paling diingat tentang bagaimana Albert memberikan pandangan tentang hidup di laut, mengerikan tapi ketika mampu menyelam ke dalam dasar, maka akan mendapatkan kebagiaan. Maka dalam pembahasannya Albert Camus menceritakan bahwa hidup butuh pengabdian atas sebuah perjuangan yang kadang kemewahan yang abu-abu serta kemelaratan menyelubungi tumbuh besar bersama laut. Kehilangan laut yang dikamaksud bisa memiliki arti, kesedihan dan kebagian akan hilang dan kadang datang lagi kalau kita cermati mendekte hidup ini. Ketika remang-remang kehidupan di atas perahu, hanya dengan takzim dengan segala kekuatan itulah manusia akan membuka sebuah transenden.
Dan interpretasi karya Albert Camus bisa dipahami dengan pendekatan filsafat, bahasa, dan Sastra.

Albert Camus bisa dikatakan karya-karyanya merupakan representasi dari yang pernah ditulisnya esai Miste Sisipus: dalam mitedologi Yunani bahwa seorang raja yang dikutut untuk mendorong batu dari atas turun ke bawah lalu mendorong lagi terus menerus sepanjang hidupnya secara berulang-ulang, sebuah kesetiaan atas dirinya untuk menebus dosa dikutuk mendorong batu. Hal ini Albert Camus membuktikan dengan gaya hidupnya dan begitu karyanya.

Pada paragraf terakhir Bab I The Sea Close By Albert Camus menuliskan: Aku selalu merasakan bahwa aku tinggal di dalam ombak yang tinggi, tempat di mana ancaman, pada inti sebuah kebahagian yang transenden.

kata "Laut" sebuah metafor abstrak akan memiliki interpretasi luas dan saya berasumsi kalau laut diartikan tubuh kita ini seperti laut ketika kita bisa memahami gelombangnya dan menyelami ke dalam akan ada transenden lahir begitu berharga. 


#Akhmad
Mengaji Kata 25, Juni 2019
Gasebo FKIP Unisma
Diskusi pertama

2 komentar: