Selasa, 04 Juni 2019

Punya Cerita di Jakarta

Foto: M.Charis


Foto ini diambil oleh M. Charis pada tanggal 07, November 2017.

Diawal bulan sebelas akan satu langkah lagi akan menyambut tahun 2018. Bagi saya ini menjadi catatan tersendiri, karena senang dan saya sadar tidak pernah berjalan ke-mana selama kuliah kecuali kos dan kampus, dan Malang hanya disitu bukan tidak ingin tapi sadar kalau tidak motor jadi tidak bisa melanglang buana Malang. Maka senang kala ada tawaran ke Jakarta.

Di tempat ini memiliki kenangan bersama M. Charis teman kelas yang mengajak saya ke Jakarta karena ia pernah mengikuti lomba foto Veteran se-Indonesia. Kebetulan temanku itu orangnya suka memfoto karena ada fasilitas dari keluarganya. Hal yang beruntung pada saat itu saya. Karena pada saat itu saya mendapatkan tawaran. Pada saat itu pula saya juga sangat penat dengan beban pikiran, bukan hanya masalah akademik yang sering dijadikan masalah oleh Mahasiswa lainnya, lebih tepatnya tekanan setiap kebutuhan setiap hari makin tinggi, beban semester yang besar bagiku karena saya harus mencari sendiri kebutuhan kampus. Makanya saya ingin berjalan-jalan agar otak tidak begu dengan banyaknya masalah, tapi tujuan jalan tersebut bukan sekedar menikmati alam tapi bagaimana menemukan sesuatu dalam perjalan itu.
Tanggal 27, Oktober 2017, memberi kabar kalau dia menjadi pemenang lomba fotografi dan dia memberi tahu kalau pengambilan hadiahmya bukan dikirim melaonkan dapat undangan dari pihak Veteran se-Indonesia. Sebagai teman saya ikut senang dan tawaran mengajakku itu juga yang menggiurkan. Saya sadar karena lama saya tidak membawa saya kemana diri ini, sebenarnya juga perlu tahu banyak hal tentang hidup agar tidak hanya sempit memandang hidup. Maka senang ketika ditawarkan untuk ikut, yang menyenangkan juga tiket berangkat ditanggung. Saya langsung sepakati itu tanpa memikirkan panjang, walau sebentar lagi akan menghadapi UTS Ujian Tengah Semester  pada tgl 12, November dan kita sepakat tgl 6, November 2017 berangkat. Tidak pikir panjang tentang UTS dulu pikran berangkat dulu.

Tepat pada tgl 6, November kita berangkat ke Jakarta. Kita sama-sama berangkat naik kereta Matarmaja langsung turun Stasiun Pasar Senin, kebetulan kita naiknya di Stasiun Kota Baru Malang. Di atas kereta saya hanya berkata pada Charis kalau nanti pulangnya saya tinggal aja di Jakarta, karena waktu itu pikiran memang sudah pendek arah pikiran sudah tidak karuan mengenai akademik sudah tidak ingin urus, disitu puncak kebingungan.

"Mas saya nanti pas di Jakarta tinggal aja di sana, saya akan kerja aja dan tidak akan ikut UTS, karena saya bingung belum bayar Disepensasi". Dengan senyum kecil saya katakan.
" Semoga nanti ini dapat uang dari hadiah pean pake aja Mas, Kameranya jual nanti". Dengan haru dia seperti tahu kondisiku.

Waktu telah tiba kerata setelah ini akan berangkat. Kita bergegas masuk ke dalam gerbong kereta. Di sana duduk bersama, dalam tas kecil memang saya tidak lupa memabawa buku bacaan dan juga membawa buku hasil tulisan saya sendiri, waktu itu bawa 5eksemplar, niat untuk diberikan ke Adek dan ke Gramedia penerbit besar di Indonesia yang terletak di Jl. Palmerah. Dengan keinginan tulisan bisa diterima oleh Gramedia dan mau menerbitkan tulisan saya itu.

Di tempat duduk kebetulan kami bersama dan setelah lima menit berangkat kita sama-sama mengeluarkan buku sebagai bacaan diperjalanan, karena Charis tidak bawa buku saya pinjamkan. Pada saat perjalanan kita ditanya oleh orang yang di depan kami duduk.
"Mau kemana Dek?"
"Kami berdua mau ke Jakarta mau ambil hadiah pemang fotografi", serentak berdua kita menjawab.
" Oh, iya Nak, Mahasiswa ya?"
"Enggeh Pak, Bapak mau kemana, asal bapak di mana, maaf kalau boleh nebak bapak bukan jawa ya?,
" Iya Nak, bukan kami bertiga dari Sumbawa, dan kini mua ke Jakarta mau ke saudara, kebetulan kami dari wisuda Putri kami dia kuliah di Unitri baru lulus."
"Selamat Pak sudah lulus".

Waktu telah malam suasana sudah seperti melelahkan. Bunyi rel kereta api masih ramai menghiasi kuping kanan dan kiriku, buku ditangan masih erat beberapa halaman sudah terbaca. Waktu itu dalam tas ada bukunya Tan Malaka judunllnya "Semangat Muda" dan bukunya Muhidim M. Dahlan judul "Tuhan Izinkan Aku Jadi Pelacur" dan buku lainnya masih ada "Demokrasi Kita" ditulis Muhammad Hatta. Buku lainnya hasil tulisan saya sendiri tepatnya kumpulan Puisi karya pertama saya. Judul "Gerilya" saya tulis pada saat saya cuti kuliah dulu.

Tepat pada pukul 8:00 Wib, ril kereta sudah berhenti, Kupingku sudah tidak rengis, kota Jakarta telah tiba pada awal saya jejaki kaki di Ibu Kota. Walau katanya saya kelahiran Jakarta. Kini saya baru pertama duduk dan berjalan di kota yang awal alam mengenalkan saya masih kecil dulu. Hawa kota Jakarta serasa masih asing dalam diri saya. Lampu kota-kota yang gemerlap kala malam tak bisa dibayangkan keindahannya.

Setelah saya mencari makan dan memakan. Kita merancang konsep ke mana kita awal kita singgahi. Pertama ke Masjid Istiklal setelah menanyak ke para pedagang diberi pentunjuk bahwa arah Iatiklak dekat dengan Munas. Telunjuk pedagang mengarah ke arah Monas. Dalam kesat mataku dan temanku terlihat jelas Munas dari Pasar Senin dan sepertinya dekat. Setelah itu kami berjalan menujunya karena semangat ingin tiba ke sana, karen kita sama-sama tidak pernah tahu Kota Jakarta dan Munas.

Berjalanlah kita menuju ke sana, dengan membawa air di tas. Setelah menelusuri trotoar di pinggir jalan. Banyak nama jalan yang kita baca namun saking banyaknya belum bisa dihafal. Jalalanan aspal seperti akan menghafal kaki kita andai bisa berkenalan. Lelah terasa memuncak karena jarak memang jauh, jalan yang kita lalui. Mata sudah tidak enak memandang. Di kiri jalan di tengah perjalanan kala itu kita melihat penjual buku sepertinya tempatnya klasik kita berhenti sejenak melihat buku-buku sambil lalu menghilangkan rasa lelah, kita Bersua dengan penjual dan walau pada dasarnya belum ada yang cocok bukunya dan walaupun ada juga kantong tidak mendukung. Tapi hal yang berkesan di tempat jual buku itu, dan ketia teman ingat bahwa tempat itu ternyata tempat yang pernah menjadi tempat Rangga dan Cinta pergi ke toko buku di dalam flim Ada Apa dengan Cinta. Ranngga bawa Cinta ke tempat penjual buku itu untuk memberi tahu bahwa tempat ini tempat buku klasik.

Nama tokonya Restu JL. Kwitang 05 Jakarta. Dari Stasiun Pasar Senin kurang lebih 7kl. Arah ke utara untuk melintasi patung tani menuju Monas. Perjalanan samapai di sana memiliki kesan karena banyak hal yang kita tangkap dari hiruk pikuk Ibu Kota yang masih seperempat kita lintasi tapi ini sebuah pengalaman baru. Merasakan arus kota Jakarta dengan aroma panas pengab di hari libur tepatnya hari Sabtu jalan ternyata tidak terlalu ramai.

Semua akan tiba suatu hari yang tidam biasa; tunggu cerita selanjutnya.
Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar