Senin, 03 Juni 2019

Esensi Mudik dan Revolusi

Mengenal Mudik dan Membawa Revolusi

Mudik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke V (KBBI) memiliki arti balik ke kampung halaman. Kampung halaman merupakan tempat pertama kita mengenal banyak hal (tempat bermain), dalam pengetahuan sederhana kita mengenal bahasa daerah sendiri, disebut bahasa ibu. Walau pada dasarnya bahasa bukan sepenuhnya didapat dari ibu, lebih banyak juga teman bermain ketika hari ini menyadari.
Sebenarnya istilah mudik itu harus kita tahu bahwa ditarik arti dari KBBI kembali ke kampung halaman. Kembali berarti harus diartikan secara batin mengembalikan jati diri, secara dhohir berarti kembali tubuh kita untuk bersua secara suara dan secara langsung. Di kampung halaman itu perlu bersua dengan teman ngaji, teman SD, dan guru. Ketika seperti itu, biasanya mengembalikan pada ingatan kita pada masa lalu.  Harus diketahui pula esensi balik ke kampung halaman bukan sekedar mengingat pada cerita masa lalu kita, tapi tawa canda yang dibawa sekarang akan menunjukkan latar belakang mereka di mana tinggal.
Canda tawa kala bertemu dengan kawan lama di kampung, dan pertanyaan dari kawan kecil itu biasanya yang ditemui, selain kabar sehat ditanyakan. Pertanyaan ketika bertemu "Kamu sehat?". Frasa idiom itu masih tanda tanya maknanya, dalam bahasa Indonesia itu masuk pada problematik bahasa dalam kaidah tidak ada tapi dalam kehidupan ada. Namun bukan mau membahas kebahasaan sudah bosan di meja kuliah, bahas pertemuan kala mudik itu. Pertanyaan itu sering dilontarkan,
"Sekarang tinggal di mana?, sibuk apa?, dan sudah menikah apa belum?, punya anak berapa?".
Pertanyaan itu sebenarnya tidak ada di soal mata kuliah di bangku-bangku sekolah, saya sendiri masih berkuliah jawabnya bingung kalau ditanyakan mengenai, punya anak berapa?. Dalam hal itu sebagai posisi masih ada di meja kelas jelas andalan jawaban itu ada; nyaris kalimat itu akan menjadi andalan.
"Mengapa harus buru-buru kan masih belum lulus sekolah, kalau tidak ya mungkin saja sudah seperti kalian ". Dalam hati selamat.
Biasanya masih ada lagi yang melontarkan pertanyaan dengan sok bijak mengaitkan dengan riwayat Nabi Muhammad ia melontarkan "Kita umat Nabi Muhammad Saw, kita ikutin lampan (ikut jejaknya), yang menikah umur 25 tahun".
Dalam hati berkata walau sekarang umur 25 tahun persis dengan Nabi yang waktu umur segitu sudah menikah, tapi saya posisi saat ini belum menikah. Alhamdulilah selamat menjawab pertanyaan bijak itu. Fenomena pertanyaan itu sering kali ditemukan kala mudik di kampung halaman bertemu dengan banyak kawan, pasti salah satunya akan ditanyakan hal itu. Walau kadang selain itu juga yang sering ditanya perkembangan dan sebuah perubahan diri yang ditanya. Pertanyaan itu hal yang signifikan terkadang dari bentuk  Mungkin khususnya juga bagi orang yang kurus mereka pasti akan tanya " Mengapa kamu kurus?", gampang ngatasi jawaban itu "Gemuk kalau manusia tidak akan disembelih, jadi gak harus gemuk kan hehe". Jawaban itu menghebohkan walau pada dasarnya kurus dari sananya.

Kampung halaman tempat refleksi diri bagi orang seperti saya yang dari desa, Kita harus bisa merefleksikan tentang apa yang akan dibawa ke kota mengenai kebiasaan di desa. Sekiranya bisa beradaptasi dan bisa diterima oleh kehidupan di kota, maka kampung halaman sebagai cara sederhana mengingat siapa diri kita akan kemana nanti. Lebih tepatnya, motivasi ketika samapai di kota punya tujuan dan misi besar untuk mencapai apa yang ingin digapai. Hal itu juga dibuktikan oleh salah satu motivasi yang diucapkan oleh Bob Sadino, orang desa akan lebih kuat motivasinya ingin menggapai tujuannya. Hal tersebut menjadi doa bagi orang-orang seperti saya dan lainnya juga yang sejalan.
Apa motivasi mudik? Sederhana, bisa berkumpul dengan keluarga dan bisa merayakan lebaran bersama dengan keluarga. Bagi yang belum bekerja bukan oleh-oleh dari kota yang diharapkan keluarga tapi berpulang dan berkumpul sebagaian tujuan keluarga kala lebaran. Bagi yang bekerja ya malu aja kalau pulang tidak bawa apa-apa, minimal bawa mercon atau kembang api, selain ampau yang bisa dibagikan ke ponakan dan sanak familynya, karena dalam anjuran Nabi jika berbuat baik berbuatlah baik pada yang lebih dekat yang lebih membutuhkan. dan sanak keluarga yang lebih dekat disejahterakan terlebih dahulu, setelah itu baru bersedekah pada orang jauh.
Mudik di kampung halaman itu bisa dikatakan bukan sekedar pulang dan balik lagi tempat perantau nantinya, bisa disimpulkan balik ke kampung halaman bisa membawa sesuatu; hal itu bisa berupa perubahan menimal perubahan diri yang dulu buruk menjadi lebih baik, bukan yang dulu buruk menjadi lebih buruk lagi. Bagi kau muda indie akan diasingkan ketika memiliki pedoman dan cara pandang berbeda khususnya bagi kaum terpelajar, tapi juga bisa membawa sesuatu yang bisa dirindu oleh para orang-orang di kampung halaman. Untuk menemukan hal itu perlu lagi yang namanya kedalaman data apa yang didapatkan dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di kampung halaman. Pada anak-anak mereka saja bisa dirasa apa yang dibawa dari perantauan itu misi sederhana anak kampung bisa merasakan apa yang dibawa dari kota, dan apapun bentuk yang dibawa bisa mendorong mereka atas pentingnya diri kala merantau bukan sekedar merantau tapi sambil belajar. Bagi yang berada di ranah kuliah bisa membawa tujuan dan mensosialisasikan diri bahwa pendidikan itu penting dan merupakan sebuah kewajiban.
Implemintasi yang sederhana bisa mengajak menonton film bersama warga dengan film yang bisa mendorong dan menggugah mereka atas dirinya, bahwa penting dari belajar itu seperti orang pembeda dari kehidupan manusia lainnya, dari sikap, sifat, dan tindakannya. Dengan menysosialisasikan pentingnya belajar dengan menonton film.
Film rekomendasi yang bisa dipaparkan merupakan film motivasi yaitu; Negeri 5 Menara, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Jembatan Pensil. Film tersebut memotret kehidupan di desa yang memiliki keinginan besar pada kehidupaannya, menatap ke depan lebih baik dari apa yang dirasakan oleh kehidupan sekarang dirasa bareng keluarganya, dan mendobrak kesadaran bahwa kita lahir di dunia tidak harus sama dengan apa yang ada, makanya Tuhan melahirkan kita dalam zaman, waktu berbeda,  dengan cara berbeda pula hal itu merupakan sebuah simbolisasi manusia, bahwa kita tidak harus sama dan selaras dengan apa yang ada dikehidupan karena manusia begitu relatif dan dunia akan selalu mengalami perkembangan yang tidak lain dan tidak bukan Tuhan melahirkan di zaman ini memiliki tujuan tersendiri untuk mengatasi kehidupan yang seperti ini.

Bagaimana kita bisa memahami semua paparan tentang teks itu, maka hal yang paling penting dalam hidup kita memiliki "KESADARAN". Bangkitkan dan kembangkan kesadaran yang hidup dalam diri dan asah dengan sebuah keinginan serta pahami asal usul kita, lalu apa kebutuhan manusia, serta siapa kita dan untuk apa kita hidup?, Hanya dengan itu kesadaran akan terbuka, setelah itu pasrahkan saja pada Pencipta karena upaya telah dilakukan.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar