Senin, 06 Desember 2021

PILIHAN KELUARGA DAN RUMAH RUANG SINGGAH ELASTIS

Avianti Armand, pernah menuliskan dalam esai yang ada dalam kumpulan esai berjudul "Arsitektur yang Lain" dalam esai berjudul "Rumah" berkata Rumah kehilangan batas definitifnya dan menjadi sangat elastis. Kita memiliki ruang duduk di kafe-kafe berinternet, tidur di jalan-jalan perjalanan dan ke kantor, menerima tamu di lobi-lobi hotel berbintang, makan malam di restoran-restoran yang berganti-ganti setiap kali (Armand,10:2011). 

"Jangan  pernah menolak apa yang dipilihkan oleh keluarganya, kecuali cinta yang menjamin segala duka jadi tawa dan kamu tidak kecewa serta tak ada yang dikecewakan..."

Pilihan itu, sudah tentu menjadi ideal bagi yang senantiasa punya cara. Tidak semua orang bisa memilih sendiri bahkan kekuasaan untuk mendapatkan  sangat kecil. Maka ini secara tidak langsung manusia memang menjadi zoon politicon. Sebagaimana manusia tidak dapat berdiri sendiri tanpa dibutuhkan atau membutuhkan manusia lain, bahkan makhluk lain. 

Dalam keluarga. Karena itu yang paling dekat dengan  hidup kita--yang dapat dikatakan sangat memberi sumbangsih kehidupan--yang signifikan. Maka tidak dapat dipungkiri pula mereka yang dekat akan mengetahui kebutuhannya. Tentu dapat dimengerti secara fungsi. 

Paling kental ketika mengamati lingkungan  keluarga. Mereka mendekati serta mendikte kebutuhan diri apa yang sekiranya dibutuhkan  dalam hidup. Akan ada seorang keluarga beranggapan yang baik ini, itu, dan nun yang jauh di sana. Sepertinya akan selalu terjadi bagi seorang anak--yang saat jauh dari keluarga secara karakter tidak begitu hafal, hanya mengandalkan masa kecil dulu. Maka pilihan seorang keluarga jika anaknya dipondokkan agar jadi anak baik dan berkembang. 

Pilihan seorang keluarga kadang tidak akan menjadi tepat, melainkan hanya cepat menumbuhkan perkembangan hidup lebih baik dan dewasa tepat. Bahkan kekeliruan seorang keluarga jika melarikan diri dari tanggung jawabnya, kalau cara tersebut paling baik diasingkan untuk menimba ilmu pengetahuan. Namun terkadang itu juga jadi jalan fatal bagi yang tak sesuai kebutuhan si objek. 

Secara seoeang bisa memilih apa yang jadi harapan dirinya. Jika tidak sesuai kadang juga hanya bisa memperkeruh keadaan. Pilihan paling dewasa bukan tentang kebenaran diri, melainkan sebuah paksaan untuk dewasa. Secara kedewasaan bukan tentang ketawa, tapi sebuah cara mengatasi serta mempertanggungjawabkannya. Tanggung jawab atas pilihannya. 

Jika dewasa dan besar di luar jauh dari keluarga, mungkin ada nilai baik darinya, bahkan juga buruk. Tapi, semua itu tidak menjadi masalah saat-saat dewasa dalam mengambil sikap. Sikap tersebut dalam mengambil keputusan tentang pilihan masa panjangnya, seseorang mampu mempertahankan serta memperjuangkan, tanpa menjamin masa depan cerah atau tidak. Ya, tapi tetap ambisi tersebut cara terbaik bagi setiap perjuangannya. Begitulah konsep dewasa seorang perantau yang tak dapat pulang secara teratur dan kapan memberikan cara terbaik. 

Dewasa seorang perantau akan selalu menemukan benturan berbeda-beda. Sesama perantau akan sama dengan lain, belum tentu. Sebab latar serta cara dan masalah dihadapi berbeda. Hal tersebut dapat dipandang dari segi lingkungan  hidupnya. Seorang suka dan bisa dipengaruhi oleh teman, contoh: mengapa ia suka menulis atau membaca. Tepatnya menggemari dunia literasi. Tidak menutup kemungkinan lantaran ada lingkungan dan merasa itu kebutuhan, maka akan dilakukannya. 

Keluarga yang bisa diambil sampel tersebut tentu tidak semata-mata tentang literasi. Akan tetapi, kita memandang ada yang dilingkungan mengapa hal tersebut ada kaitannya dengan perjodohan  yang sangat kental akan hal tersebut, selalu dilakukannya. Begitulah terjadi. Jika kita tahu itu masalah tak mungkin seorang menganggap berat, dari satu sisi tapi dari sisi lain berat. Beruntunglah saat hal tersebut tidak punya sistem tidak enak (hutang jasa), beruntunglah hidupnya, karena hanya menghadapi masalah dengan kelas berbeda. 

Pilihan keluarga kadang menjadi pilihan berat. Walaupun hal yang disuruh pilih antara, jika memilih makan menggunakan wadah: piring atau bakul. Saat itu terjadi sikap paling bijak menentukan sendiri perihal enaknya saat menggunakan wadah makan, serta bisa dinikmati secara baik dan bijak. Mungkin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar