Sabtu, 18 Desember 2021

TOXIC MASCULINITY DAN DEDIKASI HAL-HAL LAIN HADIR DALAM FILM SEPERTI DENDAM HARUS DIBAYAR TUNTAS

Foto diambil dari akun facebook Eka Kurniawan 


Saya duduk bersemangat awalnya. Duduk tidak terlalu di depan dan tidak terlalu belakang. Kanan kiri bangku banyak yang kosong. Teman-teman, Arif, Iqbal, Umi, dan Liya, jauh denganku. Sambil minum air putih yang ada di tas, dan teman mengajak bicara, "film ini menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak ada unsur Jakarta Loe, gue, dll, coba perhatikan." Ujarnya, sambil saya dengar dengan serius. Siapa tahu jadi pengantar sedikit flim ini.!!


Mula-mula ketika menonton pembuka film. Seperti biasa, kejutan muncul dalam benakku--halnya seorang perempuan yang tiba-tiba bangun dari kuburan--yang ada di Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan. Film Seperti Dendam Harus Dibayar Tuntas alih wahana dari novel ditulis oleh Eka, film disutradarai oleh Edwin. Film tersebut menampilkan hal-hal yang tak senonoh, tapi sangat rell di kehidupan, kita. 

Adegan film yang muncul sangatlah kental di kehidupan dari dulu hingga sekarang. Paling tegasnya, film memberikan gambaran kuat seorang Ajo Kawir, tokoh utama yang diperankan sosok seorang bajingan (orang yang terkenal dalam kehebatan berkelahi). Adapun yang lain tokoh Budi Baik sebagai sosok seorang begitu laki-laki jago, tapi toxic. 

Seorang yang sangat kental dalam hidup seorang pembuat susah secara ucapan maupun tindakan. Hal ini realitas yang sangat kental di kehidupan akhir-akhir ini. Banyak orang merendahkan di sosial media. Tanpa berpikir memberi kritik terhadap objek, dengan perkataan yang sangat tidak pantas. 

Namun, film ini tidak ada unsur yang demikian. Potret toxic zaman dulu. Bahwa seorang dengan mudahnya mengatakan "Ajo, burungnya yang tidak bisa terbang...!" Kalimat tersebut di awal film dimunculkan dengan begitu sering, tanpa memikirkan dampak dari seorang Ajo secara psikologis mendapat tekanan. Walaupun secara, itu merupakan aib semestinya dijaga oleh keluarganya, namun tetap dilakukan berulang-ulang tanpa merasa memikirkan seorang Ajo Kawir. Seorang jagoan tapi punya kelemahan di bagian syahwat. 

Maskulinitas yang ada pada tokoh Reza (Budi Baik) merupakan trend masa dulu tahun 1980-an. Potret tersebut menunjukkan dirinya seorang yang punya kelebihan dari segi fisik dan kejantanan. Sosok tersebut selalu mendominasi sosok seorang perempuan yang dianggap lemah. Lebih mendominasi. Sehingga secara tidak sadar Ia selalu memandang rendah sosok seorang Iteng. Melakukan hubungan dengan paksaan sejak kecil. 

Film ini juga menghadirkan unsur realisme magis yang sangat kental ada di Indonesia. Terlihat pada adegan film saat seorang Iteung mendatangi makam di samping tragedi seorang yang dibunuh di dekat rumah kosong. Tokoh bernama Rona Merah yang hanya sekilas muncul lalu meninggal karena seorang tentara yang membunuh dan Codet. 

Pemerkosaan saat gerhana matahari itu, sehingga makam di samping rumah kosong. Membuat seorang Iteung menganggap ada arwah tidak tenang sehingga melakukan ritual seperti pemberian bunga-bunga dan pisang. Tradisi tersebut juga berlaku di jawa. Bahwa dengan seperti itu arwah dari seorang yang meninggal menjadi tenang. 

Iteng sosok yang memiliki pemikiran dan seperti seorang laki-laki. Bahkan sejak kecil sudah punya keahlian bertengkar yang baik. Sangat tidak setuju dengan apa yang telah dilakukan oleh seorang lelaki tak bertanggung jawab. Begitulah kiranya yang dapat dijadikan pelajaran dari Iteung peduli dan bahkan ingin menghabisi lelaki yang tidak bertanggung jawab. Hanya melampiaskan nafsu tak beraturan, merugikan. 

Film yang secara subjektif berpendapat sangat berusaha menghadirkan dan bahkan ingin menampilkan realisme magis. Hidup yang ingin sekali tidak ingin seorang rasakan secara logis. Tapi itu muncul dalam hidup ia di film yang modern. Lalu hidup yang dirasakan seorang itu. Logis seorang untuk tetap bisa percaya. 

Adapun film alih wahana ini akan membosankan ketika tidak baca buku atau karya-karya Eka Kurniawan. Akan tidak merasakan dan bahkan menikmatinya. Sehingga film merasakan tidak begitu bisa diambil hikmah dari film ini. Saya rasa film ini ingin menampilkan hal paling berbeda untuk kehidupan manusia. Film yang sering dikatakan bagus untuk era sekarang bahkan mendapat penghargaan dari Locarno 2021. Penghargaan yang sangat prestisius di kancah film. Film ini telah dapat apresiasi oleh international. 

Sebagai penonton newbie. Ingin berpendapat. Film ini penuh dengan lompatan yang tanpa sebab yang saya rasa ada, contoh; saat seorang waria yang tiba-tiba muncul dari laut, dan tiba-tiba hilang saat bersama Ajo Kawir pada saat di truk tengah malam bercerita sambil baca buku. Ternyata baru ingat itulah hantu yang muncul sebagai seorang Rona Merah diperankan Djenar Masayu. Hukum sebab akibat sangat kasar tidak halus. Jujur di pertengahan film ingin sekali saya sudah keluar dari area bioskop, karena film dianggap ada yang kurang diminati. Setelah melanjutkan ternyata bisa juga diambil hikmahnya. 

Film ini saya nonton bersama teman seperjuangan Arif, Iqbal, Umi, dan Liya. Walaupun saya duduk berbeda dengan seorang kawan yaitu Mas Kukuh mahasiswa Psikologi UGM. Nonton ini menebus janji kita yang kemarin tidak jadi. Sudah belain berangkat mereka kehujanan, sehingga saya merasa kalau saya perlu nonton bersama. Dan hasilnya bisa kita nikmati sebagai seorang dewasa dapat mengambil hikmah dari film dari banyak sisi dedikasi. Seperti toxic tidak baik, tidak semua manusia dengan tubuh kuat dan hebat tidak memiliki kekurangan, dan perasaan cinta tidak hanya berkaitan dengan nafsu saja, namun masih banyak hal lain perlu dipikirkan dan selesaikan dalam hidup. Film ini juga tidak membawa unsur agama walaupun dibuka dengan suara adzan yang menggema saat pagi. Mungkin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar