Rabu, 05 Desember 2018

Sebuah Pemikiran Harus diasah agar Terarah


Hari ini ada yang menawarkan kepada saya dan menanyakan mengenai demokrasi yang cacat di kampus: mahasiswa yang adek tingkat dari saya itu, baagaimana kak dengan demokrasi di kampus kita tidak sesuai dengan azas-azas demokrasi kita. Dia menceritakan kronologi dengan apa yang pernah dialami dalam dirinya, pada awal maba dan pada semester dua ia tidak tau mengenai sebuah organisasi, namun lambat laun ditawari dengan seorang teman perempuan, yang mengajaknya untuk beroraganisasi, kebetulan organisasi itu adalah OMEK (Organisasi Ektra). Tawaran tersebut membuatnya untuk mencobanya masuk ke Omek tersebut, berjalannya waktu semuanya terjawab dengan sendirinya dengan baik dan buruknya. Setelah semua bisa dijawab dengan sendirnya dihadapi sebuah pilihan di mana diri ini harus memilih, setelah memilih memutuskan untuk tidak ikut serta dengan Omek yang dikikutinya. Karena sadar dengan jurusan Bahasa dan Sastra seharusnya suci dari berpolitik, kalau bisa dalam jurusan sastra lebih mengkritisi perpolittikan bukan malah-malah ikut-ikutan. 

Dalam sebuah permasalahan itu mengambil kesimpulan mengapa kampus yang seharusnya menjalani sitem demokrasi suci, kita seharusnya lebih bijak bukan lebih memperkeruh kebajikan sistem di kampus. Kampus selalu memberikan ruang baik dalam mendedikasi, bukan malah mendedikasi namun hanya memberi polusi tidak baik, mengenai sistem dalam tata kampus, sehingga dalam pemilihan  presiden mahasiswa (PRESMA) tidak murni, lantaran tatanan di kampus senada dan seirama dalam latar belakang bendera. Sehingga lahirlah sebuah asumsi negativ. 

Ketimpangan dalam sebuah sistem menjadikan kita semua memiliki asumsi negativ, sehingga akan terjadi sebuah distras ke birokrasi kampus dan berkata "Mendingan jangan diberikan sebuah pemilihan jika masih saja didominasi oleh pasukan bendera", demokrasi menjadi hal yang mudah basi ketika tidak terjadi hal yang mendominasi. Akal sehat tidak disehatkan bahkan tidak dilibatkan dalam praktik-prakti yang hanya menjadi perbinjangan oleh segelintir orang-orang yang membicarakan kepentingan tanpa memperhatikan hatinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar