Sabtu, 29 Desember 2018

Debur Ombak di Tepi Jalan

Ombak akan selau menawarkan kabar suka dan duka masyaraat yang ada di pinggir laut tepatnya pesisir yang hanya bisa menyisir rambutnya sendiri lebih rapi dan merapikan diri dari tanpa simpati laparnya Sari yang berada di pinggir jalan. 

Kapal yang melaju akan selalu menjadi acuan manusia lain. Bisa saja kampul itu akan menjadi kapal paling pelan namun pasti, ada yang cepat tidak memperhatikan kepastian dalam melaju.Menuju adalah cara terbaik manusia melalui samudera luas dengan desir ombak yang ditemukan, namun bagaimana kita bersikap tenang dan menjadikan kegentingan menghadapi ombak.

Ombak yang dihadapi dengan sendirinya akan lebih keras sebab kapal harus berayung tenang agar seimbang, serta bagaimana bisa menatap arah ke dapan. Melalui sebuah persoalan baru ketika arif dalam menyikapi persoalan maka akan melahirkan sebuah pengalaman, dan sebuah penderitaan akan menjadi pengetahuan, kita berbahasa bercerita membawa manusia berharga dengan caranya pemikiran sebagaimana bisa menyikapi ombak. 

"Debur Ombak di Tepi Jalan" 

Tepi jalan menjadi amalan terakhir 
Rasa akan menjadi persoalan baru 
Menyikapi menjadi cara penyelesaian 

Ketenangan menghadapi ombak sumber pengetahuan 
Di tepi jalan sebagaimana bisa merasa 
Bahasa sebagai cara manusia memberikan pengetahuannya 
Yang menerima cerita akan membenturkan pengalamannya

Angin sebagai arah penentu kapal, bukan ombak yang akan menentukan arah kapal, dayung akan membantu arah kapal akan dibawa ke mana, mencerna kecemasan begitu besar akan lebih tenang ketika akan banyak ikan-ikan di sekeliling kita sangat banyak. Bertahan dengan yang bisa dilihat atau melaju dengan hal yang tidak kita lihat oleh pancaindera. Banyak yang berharga tidak berbentuk, ikan-ikan di bawah kapal hanya bagian dari salah satu bergoyanngnya kapal.

Kapal hanya menjadi kendaran, bagaimana melalui samudera, sendiri pada dasarnya tidak sendiri, ada dalam diri paling berarti dalam melakukan keputusan, keberanian adalah teman terbaik, tanpa keberanian apa arti dari sebuah cita-cita, tiada harga paling luar biasa kecuali rasa itu sendiri. Membawa adalah cara terbaik manusia dalam melantunkan kata dan bernostalgia dengan langkah jauh. Apakah laut akan tetap seperti halnya dalam kudrotnya luas bersamaa dengan ombak dibantu angin yang menjadikan angan menjadi kenang. 

Ketenangan adalah cara bahagia, bergoyangnya kapal dengan ombak menjadikan persoalan dalam jiwa manusia. Cinta menjadi dasar kekuatan dalam berkarya, besama sendiri dan memposisikan diri pada paragraf teramat panjang sebagai penunjang manusia berjaya dengan caranya dan menikmati dengan kebersamaan dengan ikan-ikan di laut dan desir angin kapal yang menjadi tunggangan kita akan menikmati bahagia kita dalam pancaindera manusia. 

"Kapal tua akan selalu berusaha dengan cara melalui ombak berbahaya saat mbak, namun kepercayaan pada ombak yang sangat dalam akan menjadikan pengalaman"

Berjalan dengan iman akan selalu merasa aman. Persoalan hanya menjadi perkembangan kebaruan kapal yang ditunggangi. Tidak masalah dengan kapal yang ditunggangi, hingga ombak menjadi keindahan dalam menunggu senja. Di Telaga samudera berjaya dengan warna warni begitu indah, dinikmati oleh banyak orang ketika mampu melui desir ombak di tepi jalan, jalan hanya menjadi jalan sunyi dengan pengetahuan baru terharu dengan banyaknya buku dibawa yang dapat dipersembahkan nanti menjadi hal yang antik baginya. 

Melebur dalam debur ombak adalah cara terbaik manusia dalam memperjtajam perasaan dalam menjadikan manusia lebih manusia (humanis) dengan cara dan tindakan melahirkan sebuah nilai estetika bagi manusia: yang mengerti cinta, dan tidak mengerti cinta bahkan hanya memahami rasa dari cara-cara sebagaimana manusia menyatu dengan alam yang dianggap paling kejam, namun senja menjadikan kekejaman alam menjadi obatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar