Jumat, 19 November 2021

TUGAS DAN BERKARYA

bukan sekedar ngopi V 

Foto: Deri/Om kopi 


Tulisan ini kami dedikasikan kepada kita semua, secara naratif subjektif. Bahkan mengambil subtansi setiap pertemuan yang dibahas atau meraba kondisi alam dan sekitar.


ada orang yang menghabiskan waktu di masjid

ada orang yang menghabiskan waktu di vihara 

ada orang yang menghabiskan waktu di jalanan 


aku ingin habiskan waktu disisimu, manisku

bicara tentang kucing-kucing kita yang nakal atau sekedar duduk bersama menikmati kopi 


aku ingin menikmati kejadian; luka dan duka di kepala mereka,


namun, aku ingin bersyukur tentang ini semua sebab tugas-tugas kuliah dan sebagai mahasiswa masih diberi kesempatan sebagai bentuk belajar. 


Malang, 2021 


Semua orang akan memiliki tugas, baik secara individu maupun secara universal. Tugas seorang diri kadang menganggap beban. Tapi, kadang semua orang memberi beban agar bisa belajar. 

Sebagai mahasiswa yang mengambil posisi sebagai orang yang harus belajar dan juga menerima apa yang diajarkan, lalu juga bisa mengkonstruksi mencari sendiri. Tidak pandang bulu mahasiswa S1 dan S2, menerima tugas. Dan perihal tugas dosen seperti Tuhan yang punya kuasa, itu rumus sederhana, kita perlu sadar. 

Kita, sudah beberapa kali bertemu. Deri, Umi, Liya, Ayu, dan Arief yang menyusul. Mereka semua punya semangat. Setiap kumpul pada dasarnya kita membangun kultur semangat agar sama-sama punya keinginan menyelesaikan tugas. Kali ini tenggat waktu mengumpulkan proposal dan pengambilan video. 

Seperti biasa saat bertemu ada saja yang akan dibahas, bukan hanya bicara tugas. Namun, juga ada hal lain untuk bisa membangun keakraban dan sekedar bagi kesenangan. Salah duanya yaitu, saat mereka buat konten di aplikasi tik tok (Doujin) platform musik Tiongkok. Kini kita mendedikasikan dengan cara sederhana, dengan topik bahasa dari daerah masing-masing. Konten tersebut sangat edukasi. Hal ini tidak lepas dengan  perkembangan zaman tik toko merupakan konsumsi anak muda paling tinggi di Indonesia. 

Topik kita memang remeh temeh tapi tidak pernah saya pikir suatu saat bisa dijadikan aplikasi dedikasi efektif. Dalam topik tersebut dengan menggunakan gerak dan bahasa harus mengikuti apa yang diminta mereka. Tidak begitu sulit hanya saja merasa hal baru perlu diadaptasi dan direduksi kembali: baik buruk kah nanti kedepannya. Tanpa dipikir panjang dan rumit lakukan, itu senang bagi kita semua, saat berkumpul. 

Ternyata aplikasi tersebut sangat ramai di akhir-akhir ini digunakan. Bukan hanya bicara tentang apa  joged tapi juga tentang dedikasi berpikir manusia tentang konten bacaan. Ternyata eksistensi tersebut begitu diminati. Dalam hal tersebut manusia sekarang apakah memilih konservatif atau kreatif, tinggal kita saja memilih sendiri. Mengambil sikapnya. Hari ini saya mengikuti apa yang diminta teman yang lebih dulu tahu akan hal-hal baru. 

Dengan bahasa Ibu yang baik, Umi dan Deri bicara tentang masa depan perkembangan. "Kita perlu beradaptasi dengan teknologi, Tik-Tok ini sekarang digemari orang...! Ujarnya. Sambil tersenyum seperti orang yang tanpa beban, selalu diulang. 

Mereka menyelesaikan tugas pembuatan video untuk seminar. Seperti orang yang perfeksionis sangat lama dan ingin selesai secara baik dan maksimal. Sebab dari sebelum berangkat ke jumatan hingga selesai belum selesai. Dengan bahasa sederhana saya berkata "kalian perfeksionis..." 

Namanya Umi Latifah, Ia seperti orang yang selalu ceria berbicara tentang banyak hal. Kini, Ia membawa banyak catatannya, hasil menulis yang dihasilkan setiap malam. Kalau dilihat sangat tebal dan tulisannya lumayan banyak. Katanya malu untuk ditunjukkan tapi kenapa kok diucapkan, manusia kadang aneh kalau dicermati secara detail. Penulis Amerika pernah menuliskan, manusia itu termasuk spesies paling rumit. Saya langsung mengambil dan membaca sekilas. Pertanyaan dilontarkan bertubi-tubi, seperti orang tanpa bernapas, bertanya tentang penerbitan. 

Saya menjawab dengan bahasa Indonesia yang baik dan pelan. Mereka masih baru ingin berkarya dan ingin menerbitkan buku, perlu penjelasan lebih jelas dan detail perbedaan harga dan nominal yang perlu dipersiapkan. Dengan sengaja belum bisa diberikan sebab karyanya belum ditulis ke word, terpenting gambaran besarnya sudah dijelaskan dan bisa dipahami. Bersyukur akhir tahun bisa terbit secara cepat dan baik. 

Begitupun Liya yang masih ragu-ragu untuk berkarya, sudah lama bicara tentang puisi. Bagaimana sebenarnya kita hanya perlu percaya diri untuk kualitas karya pikirkan nanti, pasrahkan kepada pembaca. Sehingga penulis sudah selesai tuntas dan sudah pantas diucapkan , dibacakan, kepada semua, siap dirinya sudah melemparkan ide ke dunia luar. 

Keberanian menulis atau berkarya di bidang tulis menulis perlu dibangun dengan kesadaran yang logis. Secara, kita perlu berlatih terus menulis untuk percaya diri berkarya, sambil lalu membaca ulang karya kita dan membaca buku karya orang lain--yang sesuai dengan apa yang ingin kita tulis genrenya. Licensia puitika dalam karya sastra dibutuhkan. Tentu kualitas karya ada di pembaca.

Jika di sastra kita mengingat dengan peneliti novelis dari Perancis Roland Barthes (1965) memberi pandangan kalau penulis itu sudah mati ketika kerya sudah selesai, untuk makna diserahkan ke pembaca. Jadi karya sastra Liya dan Umi saat ingin berkarya, jangan khawatir, yang menjadi ketakutan padahal perlu dilawan, terpenting pembaca bisa menikmati karya kita. Semoga segera tersusun dan bisa diterbitkan buku puisinya. 

Jadi, menulis bukan sekedar terapi, tapi juga bisa dinikmati oleh banyak orang. Karena pengalaman, pengetahuan, dan ide, yang ada di dalam tulisannya bagi pembaca atau orang lain. Selaras hal ini memberi manfaat kepada orang lain, tulisan kita. 

Intinya pertemuan sekarang berbicara tentang definisi tugas dan juga karya. Hidup yang tidak hanya begini-begini saja, sekedar ngopi menjadi jalan paling sederhana dicoba untuk lebih berarti sebagai manusia. Intinya kehidupan yang kini menjadi jalan baik dalam hidup. Dan otak kopi tapi inspirasi yang dapat direduksi sebagai jalan baik kita semua. Mungkin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar