Senin, 22 November 2021

MEDAN PEMBATJA

  CATATAN BINCANG BUKU: MEDAN PEMBATJA

Foto: Cak Pendek/Merjosari


Minggu, 21 November 2021 Merjosari Malang 

Medan membaca komunitas dari latar belakang penguhuni tak tetap, berbeda-beda. Kecuali kepala suku. Seperti biasa, berkumpul, bincang buku yang sudah dibaca. Jenis buku tidak ditentukan, sesuai dengan kesukaannya, apapun buku yang dibaca boleh, terpenting bisa didiskusikan dan mengambil hikmahnya. Dan budaya seperti ini perlu dibangun sebab akan punya dampak pada kultur lingkungan sehat. 


Kepala suku Medan Pembatja:Cak Pendek 

Moderator: Ngkus 

Pencatat : Akhmad Mustaqim 

Pengulas: Cak Pwndek, Akhmad, Ngkus, Endan, Fafa, dan Kevin 

Seperti biasa seorang moderator yang punya wewenang di forum diskusi, Ia menyuruh secara berurutan dari arah kanan ke kiri untuk mempresentasikan buku bacaannya. Ia menyuruh semua fokus, maka langsung dimulainya. 


Buku: Aib dan Nasib 

Genre: Fiksi Novel 

Penulis: Minanto 

Pengulas: Akhmad Mustaqim 


Dibuka dengan salam lalu menyampaikan substansi buku. Buku ini merupakan karya sastra jenis novel bar-genre fiksi. Pemenang Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2019, diterbitkan tahun 2020 oleh Marjin  Kiri. Secara subtansi isi, buku ini punya latar belakang di Indramayu daerah Tegal Wurung. Namun lebih condong bicara tentang lokalitas masyarakat yang telah disebutkan di atas. 

Novel ini ditulis oleh seorang secara latar belakang pendidikan memiliki latar belakang disiplin ilmu sastra Inggris. Ia menulis corak bentuk penceritaan, jika dicermati memiliki kemiripan dengan karya Eka Kurniawan berjudul "O" secara teknik seperti melakukan pembabakan cerita, tapi jelas serta nyambung. Tentu juga tidak jiplakan karena otensitas Minanto.

Pengulas dalam hal ini memberi batasan dalam pembaca sebagai karya sastra menggunakan pendekatan logis dan fenomenologis. Secara logis akan mengaitkan kondisi sebenarnya daerah tersebut, jika secara fenomenologis bagaimana kondisi daerah tersebut dengan kultur budaya yang ada, hadir dalam karya sebagai bentuk reflektif. 

Dalam pendekatan logis akan memulai secara fakta latar belakang penulis dan letak geografis Indramayu yang dikenal oleh masyarakat dengan stigma tempat eksploitasi wanita paling tinggi. Secara tidak langsung kita mengenal stigma tersebut dipandang sebagai wilayah negatif (tidak disebutkan sebab hanya asumsi yang belum menemukan referensi). Namun, pada umumnya memang seperti itu, narasi yang dikenal oleh kalangan umum, khususnya bagi orang Jakarta, ujar salah seorang moderator sambil menyela pembahasan.

Secara fenomenologi, ternyata novel ini ingin sekali memberikan sebuah gambaran umum menjadi khusus terhadap daerah tersebut. Terutama penulis tidak menghakimi apa yang ada dalam cerita. Sebab hanya menampilkan  secara naratif dan kekuatan kreatifitas, yang unik dan baik. Gambaran tersebut disampaikan secara naratif. Teks tersebut menjadi refleksi bagi kehidupan kita secara umum, bukan sebagai masyarakat Indramayu tapi di luar tersebut perlu disadari. 

Dari judul, "Aib dan Nasib" jika direduksi secara subjektif, pengertian secara harfiah perkata, kata "Aib" memiliki makna hal keburukan yang perlu disembunyikan atau jadi konsumsi personal. Sedangkan kata "Nasib" merupakan hal yang secara tidak langsung menjadi qudrat (sudah digarisi/ditentukan) tidak dapat ditolak. Pandangan tersebut akan memberi simpulan dari gabungan dua kata tersebut, kalau nanti manemukan sesuatu yang ada di dalam cerita novel ini berupa aib dan nasib--yang sangat dekat kental dalam hidup. Apakah sebuah hubungan intim di luar nikah difaktorkan karena minim pendidikan dan ekonomi. Penulis akan sangat lihai secara naratif seperti seorang mendongeng yang handal.

Novel ini jika dipandang secara kritis merupakan kritik terhadap kejadian yang ada di masyarakat mengenai rendahnya minat pendidikan, merupakan kritikan terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan secara baik, sehingga kriminalitas dilahirkan dari kemiskinan dan media soial serta politik elektoral tingkat lokal. 

"Aib dan Nasib" merupakan konflik bersumber dari permasalah yang sangat kental dekat dengan kita, seperti asmara, dan kemiskinan. Konflik norma-norma yang dibentur terus menjadi kontruksi masyarakat. Kalau tokoh di dalam novel ini menjadi objek tanpa memberi penghidupan  dalam narator cerita. Tapi lebih menjadi objek dari si narator. Sehingga seorang perempuan yang ada di dalam bentuk semangat tragis. 

Buku ini secara tekstual baik melakukan kelas cerita. Wajar kalau novel ini memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019. Lokalitas yang begitu  kental dikemas secara kurun waktu dari tahun 2000-an. Ditandai dengan pencabutan televisi dan seorang kental dengan kehidupan modernisasi. Bahwa potret kehidupan sangat jelas di televisi. Jadi, seorang bisa saja merasakan hidup lebih kompleks karena secara kelas kita dihadapkan dengan hidup begitu kompleks dekat, dirasakan. 

Kekurangannya novel ini seperti seorang yang tidak menonjol kecuali paling sederhana sedikitnya dialog setiap segmen cerita tidak ada. Kaya dengan naratif. Sehingga pembaca berasumsi kalau ini berbeda dengan karya Putu Wijaya yang kaya dengan  dialog. Ini salah satu pembanding sana. 

Kesimpulan, novel ini secara rilit menjelaskan Tegal Wurung dengan banyak masalah secara individu maupun secara universal. Masalah lokal yang pada dasarnya manusia temukan di kehidupan sehari-hari yang berupa " Aib dan Nasib"--konflik yang bersumber dari masalah kemiskinan dan asmara. Disusun dengan bentuk fragmen episodik dengan alur maju mundur, gairah eksperimentasi bentuk novel, pengalaman naratif akan sulit dilupakan.  


Judul: Artisan Brand (kepada begitu penting)

Penulis: Handoko Haryono  

Genre: Non-fiksi 

Pengulas: Ngkus


Buku yang bicara tentang perjalanan kisah seorang yang membangun brand. Siapa yang tidak tahu "filosofi kopi" penulis tidak hanya bicara tentang itu tapi sangat kompleks dijelaskan satu persatu mengapa brand itu terbentuk. 

Buku ini sebenarnya non-fiksi. Buku yang memberikan penjelasan  secara rinci produk-produk lokal yang ada di masyarakat dapat dikembangkan bahkan bisa menghasilkan. Bagaimana produk lokal dapat diangkat dikenalkan di muka umum. Sehingga kita bisa menjadi masyarakat yang mampu mengatasi masalah-masalah saat membangun bisnis denga  produk yang ingin dijual. 

Buku yang bicara tentang brand, entah berupa brand yang ada di Indonesia. Membuat konsep . Krepmensip; fase seseorang membuat sesuatu menjualnya. Lokalitas menjadi sasaran dapat dikenalkan secara maksimal oleh-oleh orang pemula.

Seorang yang memulai usaha membangun brand. Buku "arisan brand." Seorang bisa saja membuat konsep yang bisa dilakukan oleh siapapun. Tentu buku yang sudah dianggap sudah memiliki modal. Usaha terebut mampu dikembangkan dengan baik dan maksimal. 

Tips membuat model bisnis. Bisnis yang dilkukan riset pasar, lokalitas yang perlu diangkat. Cinta di Tonboan Tumpang di Malang Tajinan, yang secara tidak langsung memperaktikkan ini, brand lokal. Sekarang brand tersebut dikenal oleh seluruh kalangan dengan ciri yang kental memakan membayar seikhlasnya tanpa harga ditentukan. 

Pop culture; yang ada di masyarakat di Indonesia. Lokal yang perlu dikembangkan secara baik. Membangun brand lokalitas terhadap Brand. 

Jam tangan dari kayu dan radio kayu di Jateng masih ada. Jam tersebut menjadi spesial karena dijual di luar Indonesia. Bahkan promosi tidak dilakukan secara lokal padahal di luar sudah terkenal. 

Kelebihan buku; gambar menarik. Buku teoritik yang dikemas secara baik dengan cara sederhana. Budaya pop culture; budaya yang sangat. 

Tepok Grafik dalam ilmu bahasa. Keinginan seorang fenomena yang perlu dikaji, sasaran apa yang akan dilakukan orang  semangat seperti Tempe' mahal di Indonesia sangat mahal. Semangat tersebut perlu dikembangkan lebih baik. Sebuah produk dijadikan hidup kehidupan seorang bisa hidup mengembangkan. 

Kekurangan buku ini tidak secara detail juga membahas modal kiranya dapat dari mana untuk orang yang awal buka usaha. Karena modal dalam usaha menjadi kebutuhan awal--yang perlu diperhatikan.


Judul: Kesaksianku 

Penulis: Subandrio 

Pengulas: Cak Pendek 


Buku ini diterbitkan sebagai usaha untuk "pelurusan" sejarah. Dimana, selama Orde Baru sejarah mengenai peristiwa 30 September telah "dibengkokkan" oleh rezim militer Soeharto. Penulis sendiri merupakan pelaku, saksi, sekaligus korban dari peristiwa tersebut. Untuk itulah buku ini ditulis dan disebarluaskan untuk generasi muda agar lebih bijak dalam menyikapi sejarah.


Buku ini dibagi dalam tiga bab:

Bab pertama membahas Prolog G-30-S. Bab ini menceritakan keadaan sebelum terjadinya G30S. Dimana, di Indonesia pada tahun 1960-an terdapat tiga kekuatan utama, yaitu: Presiden Sukarno, TNI/AD, dan PKI. Di tubuh AD sendiri terdapat 2 kubu: Yani dan kubu Nasution. Kedua perwira tersebut sama-sama anti PKI, meskipun Yani berada di pihak Sukarno. 

Awal terjadinya konflik militer AD adalah ketika Nasution digantikan oleh Yani sebagai Menpangad. Untuk mengatasi konflik tersebut, Soeharto ditunjuk untuk mendamaikan perselisihan tersebut. Padahal Soeharto punya kenangan buruk terhadap dua perwira tersebut. Yaitu, Yani pernah menempeleng Soeharto ketika Soeharto ketahuan menyelundupkan barang bersama pengusaha Cina, Liem Sioe Liong. Sedangkan Nasution mengusulkan Soeharto diadili di Mahkamah Militer dan dipecat dari AD.

Namun yang terjadi Soeharto malah membentuk kubu sendiri. Kubu ini terbentuk karena kepercayaan AS terhadap Nasution mulai luntur. Kubu ini disebut Trio Suharto-Yoga-Ali. Mereka sama-sama pernah berada di satu kesatuan, yaitu Kodam Diponegoro.

Pada awal tahun 1965, Bung Karno mempunyai ide untuk membentuk Angkatan Kelima. Ide ini tujuannya untuk menampung bantuan senjata dari RRC. (Bantuan ini tak anggap sebagai isu karena sampai meletus peristiwa 65, bantuan ini tak pernah terealisasi). Ide ini tidak disetujui di kalangan militer, bahkan Yani-pun mengatakan langsung atas ketidaksetujuan kepada Bung Karno, karena empat angkatan dirasa sudah dianggap cukup. Masalah ini kemudian menjadi pembicaraan di kalangan elit politik. 

Bab kedua, Gerakan yang Dipelintir. Bab ini menceritakan peristiwa kecil namun dibesar-besarkan oleh kelompok Soeharto, yaitu tentang sakitnya Bung Karno.

Diawali dengan isu sakit kerasnya Bung Karno. Padahal sebenarnya Bung Karno hanya masuk angin. Itu disaksikan sendiri oleh Subandrio dan dr. Leimena, selain Aidit dan dokter dari Cina memeriksa Bung Karno.

Isu sakit kerasnya Bung Karno ini menjadi bahan spekulasi siapa yang bakal menggantikan Sukarno kalau beliau meninggal? Ditambah lagi dengan adanya sebuah Dewan Jenderal yang akan melakukan kup. 

Yang menanggapi serius tentang adanya Dewan Jenderal ini adalah Letkol Untung Samsuri. Dia adalah komandan Pasukan Kawal Istana, Cakrabirawa. Maka dari itu ia bertanggung jawab atas keselamatan Presiden.

Sementara Subandrio menerima laporan mengenai isu ini melalui wakilnya di BPI (Badan Pusat Intelijen), dan coba dipastikan lagi dengan bertanya kepada Ahmad Yani mendapat jawaban, "memang ada, tapi hanya untuk merancang kepangkatan, bukan ingin melakukan kup". Lain lagi dengan jawaban Brigjen Soepardjo yang menjawab, " Memang benar. Sekarang sudah siap membentuk menteri baru".

Isu ini juga muncul dalam Dokumen Gilchrist. Sebuah dokumen berupa telegram dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia si Jakarta, Sir Andrew Gilchrist. Sangat mengherankan. Jangan-jangan Inggris juga terlibat dalam isu ini?

Untung mempunyai rencana mendahului gerakan tersebut dengan cara menangkap mereka. Rencana itu disampaikan kepada Soeharto. Dan Soeharto mendukung rencana Untung dengan berjanji akan memberi bantuan pasukan. Pertemuan itu terjadi pada 15 September 1965. Memang, pada bulan-bulan tersebut suhu politik di Jakarta memanas. Ini karena isu tsb terus berkembang.

Dalam hal ini Soeharto membentuk trio bersama Yoga Soegama dan Ali Moertopo, ditambah lagi dengan teman lama ketika masih di Jawa Tengah, Untung dan Latief.

Sebelum 1 Oktober, atas perintah Soeharto, bantuan pasukan yang dijanjikan mulai berdatangan. Pasukan ini di datangkan dari batalyon Semarang, Surabaya, dan Bandung. Bahkan menurut laporan panglima AU, Oemar Dhani kepada Presiden, pagi hari 29 Oktober sudah banyak pasukan yang datang ke Jakarta. 

Saat terjadi penculikan para Jenderal, Presiden Sukarno berada di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. Beliau di sana memberi instruksi agar semua pasukan stand by di posisinya masing-masing. Dan hanya boleh bergerak atas perintahnya, selaku Presiden dan Panglima Tertinggi ABRI.

Demi keamanan Bung Karno, Wakil Perdana Menteri Leimena mengusulkan agar Presiden berangkat Istana Bogor. Hal ini dilakukan karena ajudan Bung Karno menerima pesan dari Soeharto kalau pasukan Kostrad di bawah pimpinan Sarwo Edhi akan menyerbu Halim.

Pada tanggal 2 Oktober, Soeharto didampingi Yoga Soegama dan anggota yang lain mendatangi Bung Karno di Istana Bogor. Mereka menggunakan pakaian loreng dan bersenjata lengkap. Kedatangan ini tak pernah ditulis dalam buku sejarah. Juga surat kuasa yang diberikan Soeharto untuk memulihkan keamanan di tanggal yang sama tak pernah ditulis dalam buku sejarah. Inilah awal dari kudeta merangkak yang dilakukan Soeharto menuju pucuk kekuasaan.

Sebelum surat kuasa itu diberikan, sehari sebelumnya Soeharto sudah mengumumkan melalui siaran RRI kalau sudah mengambil alih pimpinan AD. Maka wajar kalau surat kuasa itu dikeluarkan.

Setelah Soeharto menerima surat kuasa tersebut dan meninggalkan Istana Bogor, Soeharto berpesan agar Presiden tidak meninggalkan Istana Bogor demi keamanan. Sejak itulah, secara tidak sadar, Bung Karno telah menjadi tawanan Soeharto.

Esoknya, pembantaian dan pemenjaraan terhadap keluarga PKI dimulai. PKI dituduh sebagai dalang gerakan 30 September. Pengejaran tokoh & anggota PKI dilakukan beberapa saat setelah Presiden Soekarno mengumumkan (3 Oktober 1965) Pangkostrad Mayjen Soeharto dipercaya sebagai pelaksana Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Tidak lama kemudian, tanggal 16 Oktober, Soekarno mengangkat Soeharto sebagai Menpangad, menggantikan A. Yani.

Setelah itu atas perintah Soeharto, Brigjen Syarif Thayib, membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Inilah mahasiswa yang cikal bakal sering mendemo Soekarno yang mendapat dukungan dari militer Suharto.

Dan di terakhir, yaitu Bab Tiga membahas tentang berpindahnya kuasa dari Soekarno ke Soeharto.

Bersama dua pengusaha Cina, Liem Sioe Liong dan Bob Hasan, Soeharto merekayasa lonjakan harga kebutuhan pokok. Harga kebutuhan seperti beras, gula, minyak, dan terigu yang dikuasai oleh dua pengusaha itu, dan sekelompok pengusaha yang sudah dikoordinir, memusnahkan barang-barang tersebut dari pasar. Sehingga barang menjadi langka dan memicu kenaikan harga. Itu dilakukan antara bulan Oktober 1965 sampai Maret 1966. Sehingga memicu inflasi tinggi.

Hal tersebut memicu demo besar-besaran yang dilakukan mahasiswa pada tanggal 10 Januari 1966. Mereka meneriakkan slogan TRITURA (3 tuntutan rakyat), yaitu: Bubarkan PKI, Rombak Kabinet Dwikora, dan Turunkan Harga. Demo itu didukung oleh RPKAD.

Gerakan mahasiswa itu ditanggapi Bung Karno pada tanggal 15 Januari 1966 dengan pidatonya, "Saya tidak akan mundur sejengkal pun. Saya tetap Pemimpin Besar Revolusi. Maka, saya tidak dapat bicara lain. Ayo... Siapa yang membutuhkan Soekarno, setuju dengan Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi, maka satukan seluruh kekuatanmu. Pertahankan Sukarno. Berdirilah di belakang Sukarno. Tunggu Komando.

Dari pidato tersebut telah membentuk Barisan Soekarno. Anggotanya semua menteri. Front Nasional yang sudah ada sebelumnya bergabung dalam barisan ini. Tujuannya, untuk membela Soekarno.

Mendapat pendukungan Soekarno masih banyak. Suharto tidak kehilangan akal. Ia juga berpidato menyampaikan kondisi negara yang tidak menentu. Para menteri tidak dapat menyelesaikan persoalan bangsa. Mereka hanya bisa rapat dan rapat. Suharto juga menyerukan agar mahasiswa dari Jakarta, Bandung, dan Bogor untuk demo disaat Sidang Kabinet yang akan diselenggarakan esok harinya (11 Maret 1966) di Istana Merdeka.

Akibatnya, pagi-pagi sebelum sidang dibuka, ribuan mahasiswa berbondong-bondong menuju Istana. Mereka mendesak masuk ke halaman Istana. Bahkan pasukan kawal presiden pun kewalahan menghalau mereka.

Di saat panas-panasnya situasi seperti itulah, akhirnya Soekarno mengeluarkan mandat kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan ibukota. Mandat itu kita kenal sekarang adalah Supersemar, yang telah melemahkan kekuasaan dengan memenjarakan pendukung-pendukung Sukarno, membubarkan PKI dan membunuh tokoh-tokohnya.




Judul: SLEEP 50 MINDFULNESS 

Penulis: Arline 

Pengulas: Mbak Fafa 

Buku bicara tentang tidur sebagai misteri. Mula-mula buku ini mengatasi kita bisa hidup seorang saat mau tidur. Saat tidur hormon melatonin beraksi ketika lampu gelap. 

Efek melatonin ini tidak bicara tidak mengatur tidur dan bisa aktif. Memulai tidur perlu strategi yaitu bisa memulai tidur secara baik. Salah satu gangguan akan tidur. Insomnia merupakan kehidupan yang ganggu keseharian. 

Kehidupan modern ini sebenarnya tidur sangat tidak stabil. Sehingga buku-buku yang ada di masyarakat berkaitan dengan hal personal seperti buku motivasi diri laku. 

Manusia tidur ternyata memiliki fase, fase yang ideal untuk tidur yang baik. 

Fase-fase tidur 

1. Meredupkan lampu 

2. Real Slep: tidur setengah (tidur ayam)

3. Deep Sleep (tidur fase sebelum mimpi/nyenyak)

4. Restorative Sleep: (sudah perkembangannya otot)

5. REM sleep: (tidur nyenyak) 

Strategi tidur memulai hidup sehat dengan bergerak untuk memicu lebih baik. Berolahraga sebelum melakukan aktivitas serta menjaga pola makan  yang baik. 

Cara-cara memulai tidur dilakukan yaitu memulai mematikan lampu. Secara natural akan diproduksi dengan baik. Atau melakukan relaksasi, yaitu yoga dan meditasi. 

Kebutuhan tidur yaitu regenerasi sel mengurangi beban tensi. Tidur selalu berkaitan dengan hormon melatonin. Menjadi tidur bertolak belakang dengan tidur. Sehingga puncak dari tidur yang sehat tersampaikan mumpu bermimpi denga pulas. 


Buku: Dinamika Kelas dalam Agraria 

Penulis: Henry Bernstein 

Pengulas: Endan 

Buku hasil penelitian penulis terhadap relasi sosial dalam agraria, serta perubahan yang terjadi di agraria. Pengertian kapitalisme yang disampaikan dalam buku ini. Dalam konteks umum kapitalisme ada empat. Pegangan kategori ini. 

1. Akumulasi kapital  

2. Alat kerja (buruh)

3. Komunitas meluas 

4. Persaingan 

Secara sederhana yang dilakukan oleh seorang penjualan sendiri merupakan  kapitalisme. Jadi paling sederhana eksploitasi orang lain. Seorang tidak dianggap kapitalis kalau tidak punya buruh. 

Pertanyaan kunci analisis: Siapa memiliki apa?, siapa melakukan apa?, siapa yang mendapatkan apa?, apa yang mereka lakukan dari surplus untuk apa?. 

Awal pengenalan akumulasi primitif. Petani yang sepertinya dipisahkan dari tanah. Dorongan yang dari luar terpisah dari pemiliknya. 

Pemisahan petani dengan alat produksinya. Dibedakan jadikan dua, contoh Inggris dan Amerika itu transisi seperti pejual yang memang ada kaitannya dengan sukses pada awalnya. Monopoli itu yang akan menjadi jalan baik. Penjarahan kolonialisme di Indonesia. 

Adaptif yang perlu dikaji secara keuntungan itu. Akumulasi modal yang paling bisa dikatakan ini seorang punya modal dan memperlakukan karyawannya. 


Pencerita: Kevin 

Topik: Proses Kreatif Menulis Novel 

Gambaran besar kisah di novel. Penggarapan novel yang untuk tahun 2022. Cerita seorang pekerja di reklame. 

Ia akan menerbitkan novel 2022. Sekarang masih dalam proses edit dan mencari penerbit yang pantas. Sebagai seorang aktivis ia memposisikan dirinya yang idealis terbalut dalam karyanya. Novelnya secara garis besar bicara tentang buruh bebas pekerja reklame. Ditunggu karyanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar