Jumat, 12 November 2021

MASA DEPAN DAN MODERNISME


"Apakah suatu saat nanti, di Abad 21, ketika ada seorang dengan tidak sengaja mencabut aliran listrik (saklar) robot, atau colokan. Entah seorang tuan yang punya robot, atau bukan akan mendapatkan hukuman (penjara). Karena secara tidak langsung manusia di masa depan akan berdampingan hidup dengan robot. Tidak dipungkiri konteks ini bisa saja terjadi pada 10-20 tahun akan datang di Indonesia, mau seluruh dunia. Bisa saja ada pasal jika manusia yang melukai robot akan dihukum, dengan pasal... !"

Anekdot di atas dapat dikatakan sebuah kritik terhadap kehidupan sekarang yang memiliki refleksi di masa depan. Tentu dalam konteks ini, tidak lepas dengan perkembangan teknologi-yang merupakan anak kandung dari modernisasi dan postmodernisasi-yang ditandai dengan pesatnya teknologi berkembang tak dapat diberhentikan bahkan tidak dapat dibendung, semua berselancar pendampingan. 

Perkembangan teknologi hari ini terjadi dapat dikatakan anak kandung modernisasi. Bukannya pengaruh perkembangan ini memiliki dampak negatif saja dalam kehidupan manusia yang berupa; peradaban, agama, budaya, dan mental. Secara personal di negara manapun tidak dapat dipungkiri fenomena tersebut. Bahwa kehidupan dan kemajuan teknologi akan sangat kental dengan kita. Begitupun juga tidak dapat dipungkiri akan mmemilik terdampak positif, hanya saja bagaimana manusia sebagai subjek sekaligus objek akan membawanya. Dibawa atau digerakkan ke arah kanan, kiri, dan bahkan di tengah-tengah: tugas subjek. 

Dalam jurnal berjudul "Pengaruh Modernisasi dan Globalisasi terhadap Perubahan Sosial Budaya di Indonesia" (2017), disusun oleh Robby Darwis Nasution, dijelaskan dampak positif dan negatif modernisasi, yaitu; 

Dampak Positif Modernisasi

1. Adanya transfer teknologi dari negara maju kepada negara berkembang sehingga berdampak pada kemajuan pembangunan. 2. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, 3. Adanya modernisasi membuat cara berpikir masyarakat berubah, semula irasional menjadi rasional. 4. Tingkat kehidupan menjadi baik karena berkembangnya proses industrialisasi. 

Dampak Negatif Modernisasi 

1. Budaya dalam negeri perlahan tergeser oleh budaya luar negeri karena kemudahan masyarakat untuk mengakses bu saya luar negeri tanpa adanya filter sama sekali. 2. Munculnya budaya hedonisme dan masyarakat konsumtif. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa tujuan hidup yang paling utama adalah kesenangan dan kenikmatan. Bagi penganut budaya ini, mereka menjalani hidup sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. 3. Sikap individualisme lebih mendominasi . 

Pandangan di atas merupakan reduksi dari kehidupan masyarakat secara personal di kalangan sosial. Positif negatif akan menjadi renungan bagi kita. Tidak hanya bicara tentang kemajuan diri yang mengambil peran nantinya. Hal tersebut tidak hanya bicara tentang hidup personal melainkan bagaimana mengembalikan kita pada ranah sosial yang memang hidup kodrati manusia (human society). 

Masyarakat yang merasakan modernisasi dan mampu menguasai, akan cenderung menikmati apa yang telah didapatkan. Tentu dampak tersebut berkaitan dengan cara menikmati, sebab dampaknya kembali pada diri, yang mampu mengendalikan teknologi. Kecakapan itulah akan menjadi nilai lebih di masa sekarang dan masa depan. Maka resep persiapan untuk abad 21 yang perlu digaris bawahi, dapat menemukan tujuan masyarakat yang kemungkinan dan kepastian yang akan datang tidak dapat dipungkiri terjadi krisis mental dan kaget teknologi.

Apa yang paling vital yang terdapat pada modernisasi perlu disiapkan oleh umat manusia. Pada intinya yaitu, gagap teknologi, mental, dan kemampuan literasi; Literasi digital, agama, dan budaya. Namun, ini juga perlu peran-peran positif mampu memberi dedikasi, kepada orang yang ingin memberi kontribusi dari. Hal tersebut perlu yang namanya revolusi diri dan direkonstruksi lagi dirinya.

Habib Fajar, di podcast Endgame, mengatakan  kurang lebih begini, "Generasi hari ini perlu pembangunan imajinasi yang kuat..." Perkataan tersebut dapat diartikan. Bahwa pembangunan logika berpikir secara substansi dan mencoba menyederhanakan agama yang begitu rumit jadi bisa dinalar dan rasional menjadi sederhana. 

Secara substansi redaksi tersebut, manusia secara tidak langsung dicipta dengan pemahaman non-rasional dengan keyakinan--yang perlu diingat-ingat kembali. Karena secara terdidik sering terjadi orang terdahulu mengajarkan sesuatu dari penguasaan imajinasi. 

Mundur kebelakang mengapa kini perlu namanya imajinasi, seorang ilmuwan Albert Einstein, lebih suka berimajinasi daripada belajar. Bahkan di dalam al-quran telah menjelaskan secara detail dan konkrit. Kurang lebih bunyinya seperti ini secara arti bahasa Indonesia, "berpikirlah sejenak menggunakan hati, sama halnya dengan sembahyang 100 tahun." Sangat indah makna tersebut jika direduksi secara pandangan general. Tidak ada sekat, kecuali kita diajak lebih banyaklah berpikir (penggunaan imajinasi).

Mundur ke belakang masa kecil kita, yang mana sudah jelas jika masa kecil kaum muslim hanya diberi percayaan dengan sebuah kekuasan bahasa dan harus iman-seimannya, ketika itu, kita masih kecil, bagi umat islam hanya disuruh baca syahadat dan yakin kalau kita beragama. Ini salah satu potret. 

Narasi ini jika dilacak secara pasaran (umum), bahwa masyarakat kita hari ini, ketika dibaca dimulai dari segi periodisasi tahun, dapat manusia yang lahir di tahun 2010-an hingga sekarang. Hemat penulis, generasi tersebut telah memiliki pergeseran pola pandang--yang dari konkrit ke abstrak. Berbeda dengan masa dulu 1990-an, pola tersebut dimulai dari pola pikir abstrak ke konkret, dulu. Jadi, logika hari ini cenderung dominan sudah tidak mengandalkan imajinasi, melainkan logika rasional yang objeknya dituntut material. 

Dalam pandangan rasional ke depan ini. Memandang masa depan akan kehidupan lebih berkembang tidak lepas dengan adaptasi teknologi, sains, dan kecakapan berimajinasi--yang dapat belajar sejarah agar kuat referensi perkembangan ke depan lebih terarah. Potensi hidup manusia yang tidak hanya mengedepankan intelektual melainkan spiritual rasional dan menjadi pengetahun. Beginilah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar