Sabtu, 20 November 2021

FRAGMEN HALTE DAN BUKU: BAHAGIA SEDERHANA HANYA ITU YANG KITA PUNYA

Foto: Dea Anugerah 


  

Salah satu penulis Indonesia pernah menulis buku berjudul "Hidup Begitu Indah dan Hanya itu yang Kita Punya" karya Dea Anugerah, penerbit Mojok 2019. Buku tersebut non-fiksi, tapi sangat pengemasan secara naratif fiksi. Mungkin itu yang pantas saya sampaikan dari hasil bacaan. 

Hidup ini perayaan yang perlu diperjuangkan. Dalam pandangan logis mungkin apa yang dapat diperjuangkan dan itu dapat menghasilkan: dampak, hasil, dan permintaan. Begitulah yang terus dekat dengan kehidupan kita. Tentang hidup bahagia sederhana dilakukan oleh orang sekitar kita, tidak hanya tertawa sebagai simbol bahagia, tapi cara-cara kadang punya nilai kepuasaan, bahagia. 

Foto:Akhmad 

Saya saat itu, secara tidak sengaja berteduh di Taman Merjosari, tepat di Halte. Tapi, bukan Halte pada umumnya, melainkan berada di tengah taman.  Mungkin tempat biasa orang-orang setelah olahraga atau sekedar cari konten, untuk beristirahat. Saya dengan  kawan niat cari tempat untuk merekam video di daerah tersebut, kepentingan tugas kuliah. Ketika akan duduk lalu segera meletakkan tas, kondisi masih gerimis kami berteduh. Ternyata ada buku, dua buku tersebut karangan Nietzsche dan Heidegger, yang sudah dialih ke bahasa Indonesia. 

Saya yang niatnya mengerjakan tugas sekalian mengembalikan laptop. Ternyata ada dua buku tersebut, lalu membacanya sambil menunggu hujan reda, kami duduk sambil mendiskusikan dengan kawan. Kenapa buku ini bisa ada di sini. Asumsiku sederhana, ini bentuk semangat yang dilakukan oleh orang daerah sini, untuk mendukung semangat literasi. Ketika dibaca, buku tersebut bagus karena belum selesai, dan ada rencana kembali lagi esok lusa melanjutkan bacaan. Saat itu, ada juga niat untuk kembali lagi sambil memplastikkan bukunya. Agar tidak cepat basah dan rusak. 

Dalam hal ini, semangat literasi yang dilakukan orang itu, perlu diapresiasi. Sebab ia meninggalkan buku agar dibaca oleh orang-orang yang tidak hanya sekedar duduk ngiyup, dan capek selesai olahraga. Saya sadar semangat literasi ini perlu dilakukan, untuk dibaca oleh saya secara pribadi karena tahu, menghargai apa yang dilakukan mereka dengan membaca. Tapi, tidak perlu disayangkan dan dibawa pulang. 

Semangat yang dilakukan oleh orang tidak dikenal itu, mengingat dengan perbincangan dengan salah satu dosen, waktu ikut diskusi jagongan sastra dan literasi. Beliau mengatakan Indonesia ini sebenarnya tidak kekurangan minat baca atau rendah. Tapi, kurang fasilitas umum secara menyeluruh yang ada. Orang tidak suka baca, salah dua faktor: fasilitas dan dukungan untuk dedikasi pemahaman pentingnya membaca, sebagai sumber menyelesaikan masalah. 

Buku yang sudah lumayan kusam itu, sepertinya sudah lama dan terkena percikan hujan deras atau sekedar gerimis. Buku tanpa plastik sampul, tentu beresiko cepat rusak jika sering terkena panas dan hujan. Jika ada kesempatan memberi plastik pada buku, yang awet, alangkah baiknya. Dan akan bisa memperlambat (buku mudah cepat rusak sia-sia). Tentu, ini salah satu usaha pribadi saya dkk. 

Kita memang sedikit kesulitan dalam menghadapi dunia yang begitu kompleks. Ada orang yang ingin mengubah dunia dari satu sisi paling strategis ada pula yang ingin sekedar numpang minum lalu dianggap sangat baik dalam hidup. Begitulah manusia yang sedikit ingin punya peran. Lalu apa saja akan manusia pandang dari tindakan manusia-manusia kuat di luar sana. Keberuntungan manusia bisa bertahan sesuai dengan kehendak dirinya. 

Bagaimana seseorang bisa mengembangkan potensi dirinya dan bisa bertahan sesuai harapan. Harapan-harapan besar, atau kecil dilakukan. Secara maksimal dan hanya itu yang dipunya. Dalam buku kumpulan esai Dea Anugrah berjudul "Hidup begitu Indah Hanya itu yang Kita Punya" (2016). Buku tersebut diangkat dari salah satu tulisan non-fiksi berupa esai. Penulisan yang begitu lembut dan lugas bicara yang sangat dekat dengan kehidupan kita. 

Dari buku tersebut memberi reduksi bahwa seorang bisa menciptakan hidup sesuai dengan apa yang diharapkan. Menggali apa yang dekat dengan kehidupan, sehingga manusia bisa memilih kalau hidup tidak hanya yang jauh dari hidup kita. Melainkan yang dekat, seperti seorang saat ngopi dan bicara tentang banyak hal, begitulah hidup. Mungkin. 


Foto: Husen/Merjosari 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar