Sabtu, 18 Mei 2019

Cerita Penjual Kertas; Memaknai Teks

Cerita Seorang Penjual Kertas

Simbiosis mutualisme; saling menguntungkan saling merugikan. Hal ini akan dirasakan oleh seorang penjual kertas, kertas yang biasanya digemari orang bahkan ada yang tidak sama sekali, lantaran lebih suka melihat kertas-kertas di luar kertas itu. Beruntung sekali orang yang suka dengan kumpulan kertas itu, kumpulan kertas berisi kata-kata dan susunan kalimat.

Penjual bukan berbicara tentang maksud dari membuat teks: yang pernah dibaca oleh pemuda penjual kertas itu. Memaksa dari apa yang belum diketahui hal itu. Pemahaman sebagai cara manusia menemukan derita dan cerita dari hasil teks, setiap tulisan itu akan menjadi sesuatu menggebu ketika memaksa diri untuk menderita dengan apa yang diderita dalam cerita manusia atau bukan manusia tapi ada rasa.

Kehidupan yang realistis menjadi pesimis dan sinis mengkap dalam teks yang tidak mampu membenturkan diri pada naluri. Semua sesuatu yang terekam kadang terancam dalam macam-macam kehidupan, yang tidak bisa membaca dunia maka perlu mengambil buku, dan mencari sesuatu. 

Dalam setiap kisah kasih yang ditangkap dalam teks terkumpul pada kertas-kertas itu tidak ada batas; melampaui batas transenden menerima logika kecuali naluri metafisika.

Embun pagi berelegi prasasti peristiwa sudah berada dalam jiwa. Memaksa pembaca membuka hati kecil melalui jendela, yang setiap pagi horden terbuka tapi jendela belum ada ada angin masuk, kecuali nenek melepas kunci dan melaui engsel terbuka sedikit mengintip matahari, lalu angin ikut masuk bersamaan dengan matahari. Apalagi yang harus kita cari ketika memaksa membaca rasa.

Berjalan jauh penjual kertas berbincang tantang banyak hal, buku dan perebutan tanah, serta tentang hak kehidupan manusia. Dialektika bersama dengan banyak orang; masyarakat, mahasiswa, dan para pemulung yang memiliki transenden melalui logika, naluri diterima. Secara objektiv otak yang aktiv membuka masa kreatif manusia. Secara subjektif relatif subversif diri.

Penjual kertas hanya memiliki kegemaran, kemalasan hanya menjadi alasan bagi yang tak ingin berjalan. Kebekuan sebagai pengakuan akan mendorong Psikologi diri, mencari jati diri memadukan antara psikis mistis lahir tanpa disadari lambat laun menghadiri naluri yang bukan hanya ada dalam diri.

***

Penjual kertas hanya ingin melampaui batas-batas. Bukan yang ada dalam kehidupan mereka berada dalam kemerdekaan. Kemerdekaan seperti apa? yang masih bisa dipaksa membuka, ruang kosong untuk terisi hati dengan banyaknya teks.

Penjual bukan hanya ingin merdeka tapi juga ingin memenuhi apa yang ada dalam diri keluarganya. Keluarga sebagai kekuatan ia, keluar dari zona nyaman memilih pada zaman aman bukan sebuah perubahan dalam keluarga, dengan motivasi itu ada sesuatu dalam perjuangan, karena langkah masih dihantui keinginan. 

"Aku sebagai penjual kertas berharap kertas ini bisa diisi oleh beberapa tulisan entah wacana atau cerita tentang makna dari setiap peristiwa yang diterima oleh logika bukan hanya derita".

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar