Senin, 27 Mei 2019

Literasi; Merawat Jiwa

foto:akhmad


Literasi; kerja jiwa membuka diri merawat naluri

Dua hari ini digugah kembali rasaku; rasa mengenai meminjam hasil teksnya Prof. Joko Saryono bahwa literasi ialah ekpektrum kemajuan kebudayaan dan peradapan. Hal tersebut akan menjadi narasi panjang ketika dimaknai secara rinci, apa yang terjadi dengan diri kala literasi di negeri tidak begitu dewasa, atau dalam diri masih belum bisa ditemukan bantuk dari pentingnya literasi.

Dalam memperjelas literasi tidak hanya mengacu pada globalisasi; namun hal itu bisa kita telusuri dari kerja diri ketika menjawab apa makna dari literasi. Pada beberapa hari lalu ada mahasiswi menanyakan mengapa kita harus suka baca dan apa rumus bisa suka baca?.
Pertanyaan itu sederhana kalau kita dengar untuk menjawbpun akan mudah ketika berkaitan dengan pertanyaan itu. Titik pembahasaan sebanarnya kita harus bangun cara pandang yang bermula bagaimana awal mulanya harus kita baca, dan membaca apa fungsinya, sedangkan sudah beberapa banyak buku yang sudah dibacanya; dari itu saya bisa menjawab dari mana datangnya semangat baca kita.

Ketika pertanyaan itu terjawab bukan selesai dari jawban namun bagaimana bisa membuka kesadaran bahwa membaca manusia kewajiban manusia, sedangkan menulis bonus dari hasil bacaan. Lantas apa yang membuat kita tidak membaca karena malas atau memang kekurangan fasilitas.

Faktor malas tidak menjadi permasalahan konpleks manusia karena itu telah di kudrotkan (diciptakan oleh Tuhan sebagaimana mana salah satu kesempurnaan manusia), makanya manusia diberikan sifat id, ego, dan superego. Sebagaimana manusia mampu membuka, menemukan, serta memilih. Ketika malas menghantui bukan tidak mungkin menjadi penghalang manusia membuka diri dengan bisa menguasai ruang, selagi masih bisa berdetak nadi dan sadar akan sebuah perbuhan secara evolusi dan revolusi tidak lain dan tidak bukan dicipta dan dilakukan oleh setiap individu.

Masyarakat dan Mahasiswa sebagai denyut perubahan, walau pada dasarnya perubahan sosial yang menggerakkan adalah masyarakat namun dari dalam arah pemikiran bukan tidak mungkin kaum terdidik tidak berperan di dalam itu. Bisa dikatakan dalam sekala pemikiran Mahasiswa bisa namun denyut paling sentral akan ada dalam jiwa rakyat yang bisa membawa sebuah tujuan mulai. Dari mana akan itu tercipta dari kesadaran jiwa dan kritis kreatif manusia; tanpa itu hanya menjadi manusia tanpa identitas hanya nama mulia.

Kembali pada sebuah permasalahan manusia yang terletak pada diri lagi, dan mempermasalahkan mengenai fasilitas; bahwa kesadaran terbentuk dengan adanya fasilitas manusia akan menemukan integritas dan kualitas manusia itu. Namun hal itu ketika berbicara dengan adanya fasilitas di era sekarang, khususnya dalam ranah literasi. Kini semua bisa mengembangkan kedua inti sari dari literasi itu sendiri terdiri dari tradisi baca-tulis. Karena buku bukan hanya terletak pada bentuk teks yang seperti halnya bertumbuk berbentuk buku bisa dipegang secara visual, kini buku sudah bisa tidak dipengang bentuknya namun ada diganggaman kita di daring sudah sangat banyak tidak ada bedanya dengan bentuk buku pada biasanya; tidak ada alasan di era a world without limits, sepertinya dunia ada digenggaman dan semuanya menjadi mungkin ketika ingin menjadi bagian dari literasi. Di dunia daring sudah tersiapkan.

Mengapa hal itu penting karena manusia terdiri dari cairan air lebih banyak, maka manusia akan lebih mudah melebur dan menjadikan dirinya mudah menerima apa yang bisa berdamai dengan darinya. Apa yang berdamai dengan diri kita akan mampu menguasai dan literasi yang menjadi peperangan diri bukti implemintasi nyata.

Puncak literasi akan menembuhkan tradisi membuka diri sikap kritis yang kreatif. Kedua hal itu mengacu pada dua hal membaca dan menulis. Garis paling membatasi ialah gerak hati yang mampu melebur pada setiap tradisi dan jati diri mampu diinterpretasi oleh para diri yang belum berdamai.

Dalam bukunya Prof. Joko Saryono menjelaskan bahwa literasi ialah cahaya kesadaran budi setia menyinari akal dan hati menjaga tahta kuasa nurani merawat kejernihan pikiran insani di pelataran kehidupan bersama agar kemanusian terjaga.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar