Selasa, 28 Mei 2019

Filosofi Lebar; Lebaran

Tragedi Bulan Ramadan

Suasana di bulan yang penuh berkah bagi orang muslim disebut dengan bulan special gema malam yang ramainya terdengar tanpa ada waktu, suara spiker di Mosolla, Masjid terdengar ramai dengan lantunan ayat suci Al-Quran. Bulan ini disebut dengan bulan ramadan yang tahun ini jatuh pada bulan Mei.

Di bulan yang penuh berkah ini banyak fenomena yang lucu dan mengejutkan, bahkan sebagian orang sangat memanfaatkan betul-betul dengan serius bulan ini dengan banyaknya lontaran rupiah yang dibagikan, sebagai bentuk bulan kramat yang katanya akan dilapat gandakan segala amalnya, begitupun sebaliknulya.

Hal yang banyak terjadi menjadi sorot kita pada saat ramadan, "Yang biasa tidak menjadi biasa hanya bulan ramadan". Hal itu bisa dilihat dan ditemukan pada tempat-tempat mulia; Masjid, Musolla, mulai dilihat dari awal ramadan dari sore menjelang magrib bisa dilihat tempat itu pasti ramai. Karena saya anak kos juga ikut serta dalam mermaikan tempat itu mencari takjil.

Ketika melihat kejadian di situ, lebih besar lagi bahas tentang pasca pencari takjil; yaitu disaat taraweh, pada awal ramadan sangat ramai sandal bertumpuk, shof Masjid, Mosolla juga kadang sampai tidak mendapatkan tempat, diawal 10 hari puasa akan ramai, tempat ibadah itu namun tidak akan menjadi faktor masalah besar dalam agama, khususnya Agama Islam.
" Allah tidak akan mengharapkan banyak ke Masjid dan ramadan bukan harapan-Nya, Hanya memberi peluang pada manusia dengan limpahan Rahmat, manusia yang lebih butuh pada-Nya".

***

Pada akhir-akhir pertengahan pun ada juga kejadian aneh pada tempat-tempat suci itu; mulai surutnya pengunjung takjil di Masjid dan Traweh yang mulai tersisa dua shof. Para pencari takjil di hari 20 puasa mungkin sudah surut karena saya hanya memotret di Kota Pendidikan di Malang, tepatnya banyaknya penduduk Kota Malang banyak dengan Mahasiswa dan mahasiswi. Dan tempat suci itu sepi, karena sudah banyak balik ke kampung halaman, namun bukan hal ramai sepinya yang akan menjadi pembahasaan namun bagaimana kegelisahan masyarakat, siapa yang menghabisi makanan di tempat suci yang sudah disebut dari awal pembahasaan mengenai Masjid dan Mosolla.

Warga Malang pun juga bisa kita simpulkan, banyak dan ramai gara-gara banyaknya mahasiswa (Perantau belajar di Kota Pendidikan). Antusias asli Malang ternyata bisa dikategorikan sedikit berperan di bulan ramadan, yang diingat pula di pinggir jalan pembagi takjil dan sahur di pinggir jalan banyak dilakukan Mahasiswa.

Dari pemahaman itu apa yang kita ambil ketika kita tahu, kita terletak dan di posisi mana dalam berperan mengenai kebaikan.

***
Kita sudah masuk pada pengunjung bulan ramadan; semua umat muslim yang menjalankan ibadah puasa, akan menyambut bulan yang fitri, disebut hari raya idul fitri. Masakan aneka ragam makanan warga pada hari itu sangat banyak dilakukan, mulai masakan wajib seperti ketupat, opor dan masakan lainnya mengisi di hari itu.

Hari raya idul fitri disebut hari lebaran. Dan hari lebaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artinya hari raya umat islam yang jatuh pada 1 syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan ramadan; idul fitri. Disetiap daerah akan berbeda istilah dalam penyebutannya; namu lebih fokus pada beberapa daerah, khususnya daerah tempat tinggal saya, Madura, dan Indonesia; Dalam bahasa madura memiliki sebutan berbeda yaitu; "Telasan", tellasan dalam bahasa maduranya memiliki arti "selesai" awal kata "tellas" berasal dari bahasa jawa, yang berarti "habis". Dalam pengertian umum seperti itu maknanya. Namun jika digali dan kita artikan secara filosofikan memiliki arti yang sangat islami " Kembali ke fitrah". Fitrah itu suci seperti bayi baru lahir.

"Yang lahir suci manusia kembali suci pula; kafan putih mengganti baju manusia kala maninggal simbolisasi bahwa diri manusia kembali dengan keadaan putih".

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar