Jumat, 10 Mei 2019

Perempuan Pengoceh di Bulan Suci: Realisme Magis


Foto:Akhmad/buku ini salah satu karya realisme magis

Pertanyaan; Realisme Magis

Suasana kelas yang begitu pengap. Baju putih berkicau seperti burung paksi keluarnya seperti mentari bercahaya dikegelapan. Mahasiswa mengembara dalam dara pikirannya memaksa dibulan suci. Mengerti hati para caci maki dihati perempuan pengoceh tentang cerpen di depan. Ditekan dengan lancarnya air mengalir dari air liurnya pada kata-katanya. Proses kreatif dibahasakan bukan dipraktikkan.

Lontaran kata seperti angin yang menembus hatinya perempuan yang seperti halnya metologi Yunani sisipus. Hati diselimuti patri perjalanan. Hasrat melampaui batas-batas pikirannya cekcok hati dengan logika membuka rasa, rasa benci pada mahasiswa yang bertanya.
"Apa yang membedakan antara cerpen realisme, surualisme, dan absurdisme?"
"Realisme sesuatu yang diangkat secara rill dalam kehidupan di sosial, seperti contoh novel Pramodeya AT bejudul Tragedi Banten Selatan" dan contoh yang Surialisme karyanya Danarto Melati di Sayap Jibril, dan yang terakhir bahas tentang Absurdisme yang dibuat contoh cerpen jalan tegak lurus karya Iwan Simatupang".
Ucap dalam presentasinya dengan pengetahuannya yang disampaikan kedua perempuan di depan.
Jawaban itu menutuprasa malunya. Pembantaian habis-habisan kepadanya yang dilakukan oleh seorang yang punya kuasa di ruang kelas C303 dengan mengatur semua seperti halnya dewa mengutuk raja mendorong batu ke atas bukit tinggi dan menurunkan ke bawah dengan mendorongnya pula, kutukan ini istilah dengan miste sisipus.

Matahari tersapu redup horden jendela membawa tanya: bahwa terang matahari diselimuti awan putih menjadi perih hingga memerah seperti akan tiba reinkarnasi matahari. Gelap akan tiba sebelum total matahari diselumuti oleh sari-sari malam. Akhir kuliah telah akan berakhir pertanyaan dibuka kembali, tapi lontaran itu hanya pengusa itu menanyakan kembali kepada air yang masih mengeruh.

"Apa akan ada pertanyaan lagi, sebelum kita akhiri?"
Pemuda duduk santai dengan berbaju coklat mengangkat tangan, dan bertanya.
"Apa ada kaitannya pembahasan hari ini dengan realisme magis Pak?"
"Tentunya ini ada, tapi karya realisme berkaitan dengan fakta dan berkaitan dengan pola pikir logika dan magis dengan mitos budaya atau bisa saja kaitan kebiasaan yang menjadi  kebudayaan. Pembicaraan disambung lagi mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia, mengenai asumsi dokrinisasi pada istilah hantu salah satunya berada pada anggapan adanya hantu; di Indonesia menu kok beberapa hantu yang dikenal seperti pocong, gendrowo, dan tuyul, sedangkan hantu di luar negeri ambil contoh di China ada Jiang Shi, di Mesir ada Mumi, di Rumania ada Drakula, di USA ada Zombi. Semua mitos di atas menjadi kebudayaan yang mendokrinisasi kita sebagai generasi paham akan itu.

Hal tersebut tidak lain tidak bukan; lahir dari banyaknya hasil anak tinta mengembara dalam diri manusia, mengalir pada otak dan naluri mamusia, hingga terbentuklah mitos tanpa disadari walau pada bentuk asli tidak dapat dibuktikan dengan sains secara signifikan tidak ada namun logika menerima, dan dalam raga membuka kepercayaan adanya hantu yang dibentuk oleh tradisi baca manusia yang masih ada.

Dalam suasana kuliah yang sudah tidak menjadi semangat bersama pertanyaan tentang Realisme Magis itu menjadi petaka bagi para mahasiswa yang benci akan pemahaman baru, atau memang membeci dengan tugas, dalam hati salah satu mahasiswa berkata mengapa masih kuliah kalau tidak mau tahu tentang pengetahuan. Bukannya pengetahuan intisari dari adanya kita semua duduk di ruang C0303 yang setiap hari pengap dan ada susu putih mengalir dari para sumber.

Salah satu mahasiwi langsung berkata
"Ini gara-gara pertanyaanmu itu, kita mendapatkan tugas baru menbuat cerpen yang beraliran realisme magis"
Penyesalan dan merasa malu ia; lalu berpikir tugas itu dikawatirkan akan semua bisa dan sabagai penanya juga tidak tahu menahu bahkan tidak bertanya karena tidak tahu.
Perkataan terakhir menutup akhir kuliah dari sang penguasa selama durasi 70menit dengan Sks.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar