Jumat, 31 Mei 2019

Literasi Menghapus Tradisi Oral

Gerakan Generasi Melenial Literasi; Mencoba Menghapus Tradisi Oral yang Mendarah Daging.

Hari ini saya diajak oleh salah satu Mahasiswa Universitas Islam Malang (Unisma). Satu kelas walau beda angkatan ia mengajak diskusi mengenai buku Literasi yang ditulis oleh Prof. Joko Saryono. Kebetulan semua itu sudah saya tuliskan dalam blog saya beberapa hari lalu sudah post. Namanya Mas Aan, ia sekarang aktiv dengan konten poutcaest (radio modern terkenalnya), membahas tentang Literasi samahalnya memlngkritik diri sendiri.

Dalam pembahasaan itu saya ingat dengan gerakan Literasi setiap Senin saya agendakan di kampus Unisma, tepatnya di Gesebo depan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Bukan hanya di kampus tapi gerakan itu dilakukan di kampung, serasa ingat pada semua apa yang dikerjakan namun belum bisa dikatakan maksimal. Karena komitmen sering terombang-ambing oleh keadaan dan ujian diri belum bisa dimaksimalkan.

Wawancara apa yang sudah dilakukan Mas Aan kepada saya, sebagai bentuk penggalian Ide saya yang mengendap dalam benak saya, yang beberapa hari ini tulisan di note Hp, berisikan apa yang ditangkap aja. Belum bisa menjurus ke ranah lebih luas dalam sekala permasalahan lakal dan Nasional. Pemikiran hanya bisa mengesplorasi sesuai apa yang ditangkap oleh jiwa dan otak. Kerja naluri masih hanya berada dalam pemahaman.

Naluri mengenai pemahaman itu, hanya ada pada hasil yang ditemukan dalam bacaan dan dalam renungan. Sedangkan implemintasi dari hasil pemikiran hanya ada dalam setiap tulisan, entah siapa yang memanfaatkan, atau bahkan tidak ada yang memanfaatkan apa yang telah dituliskan. Karena pembahasaan hanya masih dalam sebuah problematik kemanusian, sedangkan yang lebih besar yaitu; kemanusian yang berkaitan dengan kemaslahatan ummat, dan tuhan, serta ke tumbuhan dan isi alam semesta ini.

Lalu siapa yang akan memulainya tentang itu semua?, jawaban itu hanya manusia dan kita yang bisa mejawabnya.

Hasil pemikiran dalam kritikan pembahasaan itu, mencoba memahami Literasi lebih luas lagi. Hasil tulisan Prof. Joko Saryono sebuah penggugah dan kritikan pada pegiat Literasi yang mulai, dan bagi yang sudah mengembangkan.

Dalam buku itu menjelaskan bahwa Literasi; ialah episintrum kemajuan kebudayaan dan peradapan. Hal itu bisa dikatakan kebudayaan dan peradapan tidak terlepas dari sebuah kerja-kerja atau praktik Literasi yang manusia lakukan, sehingga manusia bisa mempermasalahkan apa yang dapat manusia raskan: mulai dari sebuah kebiasaan dan cara manusia hidup sehat, dan bagaimana manusia membentuk diri, dan bahkan paling menarik ketika berbicara sejarah. Semua seperti hanya ada pada hasil kerja Literasi sehingga manfaat dan estetika terelaborasi dalam diri manusia.

Mengapa pembahasaan itu jadi sangat penting?. Sebab kita memiliki tradisi yang kurang baik dalam kehidupan kita dari masa-kemasa, tradisi Oral menjadi kekuatan di negera kita sehingga menjadi kultur yang bisa kita ambil hikmahnya juga, namun tradisi itu tidak bisa kita terima dengan gamblang, karena sebuah kemajuan diri dan negara tidak lain dan tidak bukan karena berkembangnya Literasi.
Hal itu menjadi ancaman bagi kita semua karena tradisi oral atau baca tulis, sebuah tradisi yang berbeda semua memiliki positif dan negativ. Kekuatan intelektual manusia tidak lain, bukan hanya sekedar genitik ujuk-ujuk bisa paham, semua proses itu bisa dilakukan dengan membaca.

Sebelum membahas manfaat penting baca lebih baik pahami dulu mengapa praktik baca menjadi perintah utama Allah Swt. Surat pertama yang diturunkan sebagaimana manusia bisa memahami segala sesuatu dengan membaca; bahkan dalam tradisi mengenal Allah Swt, sejak kecil kita dobimbing membaca sahadat yang katanya awal itu masuk ke agama Islam membabaca sahadat isinya bersaksi itu. Hal tersebut sebagai bukti membaca anjuran (kewajiban), bagaimana bisa memahami pasrahkan aja pada Tuhan, beruntung kalau bisa memahami apa yang dibaca, dibukakan hatinya, kalau tidak berarti teruslah membaca, jangan lupa dengan anjirannya pula, membaca dengan menyebut nama Tuhan-Nya. Anjuran itu bukan yang manusia buat namun Tuhan telah mencanangkan bahwa kesempurnaan manusia ada pada ia yang senantiasa membaca.

Manfaat Literasi sangat menjadi kebutuhan hidup manusia; mempertajam pola pandang, memperluas pengetahuan, dan memperhalus perasaan. Selain itu juga bisa membangun kreatifitas berkualitas atas potensi diri manusia itu sendiri. Membangun kreatif tidak lain harus menerima kesadaran atas dirinya. Ketika bisa membangun kesadaran atas diri makan tercapailah Literasi manusia itu sendiri.

Membangun tradisi Literasi baca tulis samahalnya membuka diri atas kesadaran, untuk kritis dan kreatif. membuka kesadaran itu perlu membaca kultur, ketika kultur terbentuk pada saat itu pula rasa jenuh dan memnosankan membaca serta menulis akan terkendali oleh jiwa yang telah dibuka.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar