Minggu, 19 Mei 2019

Perspektif Negara Taiwan Legalitaskan Hubungan Sesama Jenis


"Jika gunting ketemu dengan gunting seperti tidak akan menghasilkan"

Negara Taiwan legalitaskan pernikahan sesama jenis; apa yang menjadi dasar pemikirannya, hal sederhana tersebut bisa kita lihat gerakan progresif warga masyarakat dengan dalih paling sederhana ingin memenuhi hak kebebasan dalam dirinya. Maka gerakan seperti itu masif di Taiwan, bukan tidak mungkin memiliki indikasi kepentingan umum.

Asumsi saya ialah mereka menuntut dengan dasar kalau yang ingin menikah dengan lawan jenis silahkan dan jika tidak ada masalah. Dari itu bisa kita ketahui bahwa pernikahan sejenis akan membuka mata lebih dalam lagi, bagi negara lain karena lebih banyak setiap negara tidak setuju dengan kebijakan ini; maka negara Taiwan menjadi salah satu dari negara yang berani deklarasikan tentang kebebasan (legalitas pernikahan sejenis).

Begitu pun jika melihat negara yang tidak setuju dengan sistem itu. Contoh saja Burunai dan Aceh Indonesia. Memiliki hukuman tertentu mengenai hal tersebut mengenai hukum.

Brunai akan melakukan hukuman mati bagi para warga negara melakukan hubungan sex sesama jenis. Hukuman tersebut menjadi ketentuan yang berlaku yang telah ditentukan.
Aceh Indonesia akan memberikan hukuman cambuk 100 kali, jika ditemukan seseorang melakukan hubungan sesama jenis hukum ini bernama Qanum Jinayat.
Sebuah pertimbangan yang dilakukan negara tersebut atau wilayah tersebut bukan tidak memberikan sebuah Toleransi terhadap ketidak wajaran dalam norma kemanusian; tidak ada tujuan Tuhan mencipta manusia berbeda jenis untuk berhungan dengan sejenis, contoh kecilnya gunting dengan kertas siang dengan malam, akan memiliki kerasian saling melengkapi. Dan hal itu akan menghasilkan.

Analoginya: ketika gunting bertemu gunting bukan akan mengasilkan potongan yang baik tapi malah merusak gunting itu sendiri.

Mengapa hanya dua manusia Adam dan Hawa saja Tuhan pertama kali diciptakan, nalar sederhana kita tahu, dan kita juga harus tahu mengenai tujuan itu, tidak lain untuk bisa mengahasilkan keturuan sebaagi khalifah di bumi.

Apakah Taiwan akan tidak sadar akan itu, bagiku sadar namun kesadaran itu kalah dengan keangkuahan, mengapa demikian. Karena dasar pemikiran yang bebas tanpa ada kontrol itu akan menjadi candu dalam peradapan manusia yang lahir dirinya sendiri dan paham akan dirinya dikoudrotkan memiliki kebebasan dalam bertindak dan atas membahagiakan dirinya.

Id, Ego, dan Superego dalam Psikologi Freud memberikan dampak cara pikira dalam diri manusia sebagai alat melihat nilai moral kehidulan individu manusia.

Namun hal itu masih dalam keadaan paling tidak ingin manusia menerima. Lalu manusia seperti apa yang akan menjadikan kita sebagai manusia yang beragama atau beretika terhadap diri kita?, perihal itu ada dalam aturan dan ada dalam jiwa manusia tidak hanya berdamai dengan sebuah keadaan namun lebih tepatnya menyesali yang telah diwarnai oleh sesama jenis; nikmat apa yang akan dirasa jika itu terjadi pada kita sesama jenis.

Hari ini legelitas akan menjadi kualitas manusia sebagai pembela bagi orang-orang Negara Taiwan yang satu mashab tetang satu jenis bisa membangun hasrat.

Semoga yang masih bertahan masih menahan; menahan apa yang ada dalam godaan sebab lawan jenis lebih menyimpan kebenaran daripa sejenis dipersatukan. Kebebasan itu bukan kebebasan hak yang bisa dipertanjunggjawabkan tidak selaras apa yang diucapakan Abram Maslow.

Akhmad 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar