Sabtu, 04 September 2021

BELAJAR DAN MAJU

Belajar sepanjang masa merupakan suara yang selalu disemarakkan, tentu tidak hanya berada di dalam gedung tinggi atau ruang kelas, melainkan juga di lapangan luas dan pantas memberikan kebebasan berpikir. Mungkin demikian yang pantas untuk disampaikan secara sederhana, tapi juga membuat saya merenung setelah sekian lama berproses, entah cepat atau lambat beginilah menurutku cara paling sederhana menikmati. Mula-mula saat mengingat awal masuk kuliah, sebagai orang yang di SMA hanya sekolah saja, tak ngerti dengan namanya organisasi. Hanya di kampus mengingat yang namanya organisasi dalam kampus dan juga di luar kampus. Kalau akronimnya: "Omek" dan "Omik."


Beberapa hari lalu saya dikirim pesan oleh salah satu kawan. Ia salah satu orang yang aktif, bahkan penggerak di organisasi cukup besar di kampus di Universitas Islam Malang (Unisma). Saat itu, saya diminta untuk membonceng sesuatu yang menuntut--untuk belajar lagi, yaitu bahas wacana kritis media. Materi tersebut perlu dipelajari ulang karena bukan ahli dan belum punya garis keilmuan yang mahir dan fasih, ya kecuali perlu terus belajar. Setelah undangan diterima dan membaca, setelah tahu langsung bergegas mencari buku di perpustakaan, tuk mempelajari. 'Karena merasa belum menguasai' setelah baca buku, malah tambah tidak memahami.' Saat itu pula berpikir, kalau semakin ke sini belajar bahasa semakin susah dan rumit pelajari semantik, pragmatik, dan analisis teks. Untung saja di Malang banyak teman-teman dan lingkungan yang mendukung belajar. Terima kasih banyak orang-orang baik. 


Setelah berangkat ke forum, lalu memulai kegiatan karena waktu telah diserahkan kepadaku oleh moderator. Saat itu pula memulai perbincangan dengan melakukan sharing, bertukar pikiran, berdiskusi, dll, hingga mencari solusi secara bersama. Mengapa demikian, sebab apa yang menjadi jalan baik  saat diskusi forum tidak resmi bukan hanya menggurui atau seperti halnya kelas sekolah, kuliah, dan ruang akademis resmi, bukan demikian. Yang ingin dibangun saling berbagi serta saling mencari solusi serta bisa menemukan apa-apa yang menjadi topik besar yaitu, "Kritis Wacana." 


Mulainya diskusi langsung dibuka dengan sebuah pertanyaan--yang menjadi stimulus audiens mengerti tujuan dari diskusi hari itu. Setelah ada ditanya di antara satu, dua, dan tiga mahasiswa di forum. Mulailah diskusi diangkat dari hal tersebut. Kurang lebih dalam meja dan apa yang dibawa dari kost--buku-buku wacana kritis Paul Ricoeur judulnya "Filsafat Wacana" yang akan dibuka dan dibaca nanti hasilnya diawali bahwa permainan bahasa di dalam bentuk tulisan maupun lisan selalu menawarkan rasa berbeda, secara wacana. Dan begitulah kehidupan kita sehari-hari kita temukan di dunia; daring maupun luring di sekeliling. 


Mengkaji teks tentu mengingat dengan kajian simbolik dari seorang tokoh dari Perancis, peneliti sastra Roland Barthes (1965) kurang lebih berbunyi begini, dalam kajian teks sastra 'bahwa penulis harus terpisah makna dengan penulis, semua makna ada pada pembaca'--kurang lebih begini yang dapat disampaikan nanti. Bahwa sebuah kajian wacana akan menelaah permainan bahasa atau seni bahasa, maka kajiannya menggunakan pendekatan yang kompleks, banyak sisi. Walaupun nanti dapat pertimbangan bahwa teks dan konteks pendampingan. Kalau teks mengkaji makna dari teks (tulisan) dan kalau konteks (kondisi, waktu, strata) akan menemukan sekaligus menentukan representasi penulis (yang menuangkan ide pada bentuk tulisan). Dalam satu sisi akan memasuki relung-relung permainan bahasa secara mendalam. 


Kajian bahasa ini tidak asing dalam kehidupan kita jika untuk dikaji, sebab pada zaman Yunani Klasik sudah ada pembahasan bahasa dengan hubungan filsafat. Jika akhir-akhir ini dikaji secara baik dan detail tentu bukan suatu kajian baru, tapi kajian bahasa selalu relevan setiap masa. Kalau kita benturan dengan keadaanku sekarang banjirnya informasi ini, tentu penting untuk memiliki sebuah pengetahuan akan hal 'analisis wacana kritis'--untuk menjadi seorang yang skeptis, bukan pesimis. Namun, dengan demikian kepekaan ketika memutuskan sesuatu akan tepat. Hal tersebut selalu menjadi harapan setiap orang, saat belajar ilmu. Relevansinya hari ini banjirnya berita di sosial media berupa daring (berupa links berisi informasi, baik ataupun buruk, terus berjalan). 


Adapun hari ini teknologi berlambang setiap orang perlu memiliki pandangan kuat menyikapi ini. Kembali pada konsep awal analisis wacana kritis tentu tidak hanya berkecimpung menggali informasi, sehingga bisa berpikir nilai yang mendasar. Tentu pikiran manusia akan dipengaruhi oleh pola pikir, pola pikir dibentuk kebiasaan, kebiasaan dibentuk menggali memahami potensi diri, lalu memulai melakukan perkembangan diri. Cepat atau lambat tentu akan menjabarkan tentang perjalanan manusia, dan sukses dibidangnya. "Pentingnya apa belajar kritis?" Pertanyaan terlontar dari peserta, maka dijawab "jika, kamu pandai memiliki personal branding makan akan selalu melakukan koreksi akan diri dan mengembangkan." Kurang lebih demikian, begitulah hal paling sederhana dan diskusi dimulai. Dengan pertanyaan yang ada dapat saya bawa pulang dan bisa didiskusikan lain hari, begitulah. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar