Kamis, 16 September 2021

IJAZAH, PEKERJAAN, DAN KESUKSESAN


"Seorang yang lulus dari perguruan tinggi atau sekolah-sekolah yang dapat ijazah, bukan bukti selesai belajar, akan tetapi, hanya sebagai bukti kalau belajar di dalam kelas sudah selesai." 


Mungkin begitulah yang pantas diucapkan, saat ada seorang peserta bertanya saat forum diskusi berlangsung, mengenai pentingnya ijazah, serta bisa menjamin sukses seorang. Begitulah, ia bertanya pemuda berumur kurang lebih tidak jauh dari saya yang sebagai pembicara, kurang lebih 23-25 tahun, umurnya. 


Pertanyaan tersebut menggugahkan diri. Tentu, dengan ini mencoba mengoreksi diri sendiri yang secara aposteriori di dunia pendidikan, yang kini juga masih diberi kesempatan sekolah lagi, dan mengajar juga di dunia pendidikan. Perspektif dalam menjawab pertanyaan tentang "pentingnya ijazah, tentu dijawab dengan perspektif dasar pendidikan, menyesuaikan dengan disiplin ilmu," bahwa setiap orang tidak butuh ijazah untuk sukses, tapi sebagian orang ada yang butuh ijazah untuk sukses. Hal ini akan dijawab secara teoritis dan secara praktik, pertama; sebagai insan yang masih tidak begitu mumpuni dan punya pengetahuan luas perlu belajar di dalam ruang sekolah: bangun kultur sehat dengan teman sejawat dan mengembangkan hidup yang tak individual, sebab kita makhluk sosial. Kedua; secara praktik saya sebagai pelaku dan secara aposteriori telah melakukan praktik bekerja, tanpa menggunakan ijazah, tanpa menggunakan ijazah, sebab semasa kuliah sudah bekerja dan sudah diambil bekerja di salah satu penerbitan buku--dijadikan editor buku. Jadi, ijazah masih nganggur tidak dipakai, jika tolok ukur sukses bekerja di situ. 


Namun, dalam hal sukses yang ditanyakan sepertinya perlu ada koreksi terdahulu, sebab kata "sukses" jamak, yang perlu digabungkan dengan kata lain untuk menjadi makna secara "semantik" sempurna kata "sukses" tidak ambigu, sukses tersebut dari segi apa dulu, sebab kata tersebut perlu digabungkan dengan kata lain agar jadi frasa sempurna. Sehingga kata sukses yang tidak menggunakan dengan ijazah seperti apa. Apakah yang bekerja setelah sekolah dan bekerja, dianggap sukses, lantaran ijazah berguna dari bidang pekerjaannya. Apakah demikian, atau ada definisi lain. Bahwa definisi sukses kaya, karena banyak uang, atau sukses karena sudah berguna bagi orang lain, lantaran ilmunya berguna 'dengan mengajar di sekolah, langgar, atau sekedar buka kursus.' Apakah demikian sukses di benaknya.


Kalau dianalisis dari kalimatnya, begini "kata Rocky Gerung begini, kesuksesan seseorang bukan ditentukan ijazah, bohong orang bisa sukses dengan ijazah." Kurang lebih dia berkata demikian mengutip dari seorang tokoh, idolanya. 


Pada konteks ini, kalau ada yang melontarkan pernyataan tersebut dan itu ada dijadikan kata-kata indah andalan, kita perlu koreksi dulu secara teliti orang yang berkata tersebut, sebab dalam mengambil teladan perlu tahu siapa yang bicara. Jadi, kajiannya bukan hanya secara harfiah atau secara semantik, melainkan juga secara pragmatik, sebab dalam kajian linguistik diajarkan untuk analisis wacana, dan kalimat yang dilontarkan di atas merupakan wacana yang direduksi diri kita jadi motivasi dorongan hidup. 


Maka, dalam konteks tersebut perlu analisis secara mendalam. Apakah benar, ia berbicara telah melakukan atau sukses tidak menggunakan ijazah dalam karir, hidupnya. Hal ini tentu dan perlu diketahui, jika benar silahkan dijalani dan amini, serta terapkan apa yang dilakukan dalam hidupnya, ia yang berkata begitu. Yakinlah nanti satekah sudah memahami, dan merenungkan nanti sendiri. Mungkin begitulah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar