Selasa, 07 September 2021

KERANJANG DAN NILAI-NILAI

 Adalah empat membawa keranjang, yang mengingatkan saya pada masa kecil di kampung, semasa Sekolah Dasar (SD). Tepatnya, di daerah Kab. Bangkalan, Kec. Blega, Desa Alasrajah, Kmp. Konye'. Saat itu dapat dikatakan polos, sebab tahunya dosa hanya; mencuri, melawan ke orang tua, keluarga, kakak (yang lebih tua) jangkrik, mengintip orang mandi, dan berbohong. Namun, saat hari ini mengingat masa lalu tentu beruntung karena dengan demikian kita punya cara sudut pandang lebih luas dengan banyaknya perspektif, di masa yang begitu ramai dosa--yang begitu dekat dan mudah. Hanya cukup berselancar ke ruang luas dunia maya, akan ada banyak dosa, dan pahala mudah. 


Potret yang begitu kental bagiku, memandang seorang pembawa keranjang, di masa lalu. Hal ini ditandai dengan latar belakang masa kecil. Karena di masa-masa Sekolah Dasar (SD) setiap berangkat sekolah. Saat itu, saya dan kawan-kawan karib di kampung, sambil berjalan kaki, menuju ke sekolah. Di jalan, seringkali menemukan orang membawa keranjang yang dibawa sendiri, bahkan yang seperti di gambar koran Solo (26/07/2021). Namun, kalau kita cermati berbeda pemandangan, dibandingkan dengan yang ada di daerah, kalau di sana dibuat wadah rumput, pakan sapi. Jadi, seorang nenek yang selalu menawarkan pandangan atau langkah tuk maju lebih jauh, khususnya pendidikan. 


Dulu, ketika pukul 7.00 pagi, ditandai dengan ada bunyi pesawat lewat. Lantaran, tidak ada jam dinding maupun jam tangan. Nenek dan keluarga selalu mengoprak-oprak saya, untuk segera berangkat sekolah. Saat itu bunyi perawat jadi lonceng alami. Kala itu, jika ada pesawat lewat. Dan dapat dikatakan alarm. Biasanya, seringkali bersamaan dengan si pencari rumput yang mengenakan keranjang itu, datang bersamaan. Tanda kalau ia juga berangkat, harus segera berangkat juga. Kalau beruntung kita bisa ikut dan sangat beruntung, daripada jalan kaki.


Mula-mula seperti biasa, pas di depan rumah ada seorang dari kampung sebelah--yang mengenakan sepeda motor RX King, dengan dua keranjang yang menjadi cirinya, untuk mencari rumput. Sehingga kalau dapat dikatakan kalau keluarga untuk menentukan waktu yang pas saat pagi, hanya ada dua hal tersebut yang menjadi pertimbangan keluarga; kalau tidak ada  pesawat lewat (mungkin disebabkan pilotnya antri ke kamar mandi, saat pagi-pagi. Tidak tahu jelasnya). Tapi ada, suatu ketika pesawat tidak lewat tepat waktu. Hingga sekarang terus bertanya-tanya "kenapa." Namun, orang tua tetap punya menyuruh berangkat saat bapak pembawa keranjang datang, dan saya segera bergegas berangkat. 


Saat itu, kala pesawat tidak lewat, yang menjadi tanda saya dkk., yaitu bapak pembawa keranjang yang tidak tahu namanya--tapi selalu jadi patokan: dengan bahasa ibu sederhana nenek berkata "Cepat berangkat nanti telat, tuh bunyi RX King dari arah barat berbunyi nyaring!" Dengan keras atau tidak, menyampaikan, beliau selalu berkata demikian. Ditambah lagi "Kalau tidak berangkat pas orang itu, mending berangkat cari rumput, pasti kamu telat, dan mending langsung bergegas ke gunung cari rumput, maka harus maksa berangkat akan percuma, telat." Ujarnya, dengan bahasa ibu sederhana yang mewarnai masa kecil masa SD. Dan dapat dikatakan bapak membawa keranjang yang konsisten memberikan manfaat kepadanya. 


Sehingga pada akhirnya, bapak tersebut jangan sampai dipandang remeh atau meremehkannya, tidak perlu. Karena menghakimi apa yang terjadi dengan penilaian buruk, sebab keranjang ketika pulang dari pasar, hanya bawa rumput. Tapi, pada akhirnya tidak perlu berkecil hati, ia akan punya cara untuk menemukan solusi tentang apa menjadikan dirinya sulit. Namun, ia pada dasarnya dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga, khususnya masalah pendidikan anak dan istrinya. Dengan pulang membawa ikan laut di musim angin kencang. Tapi, ia tetap membawa sesuatu yang buat bahagia. 


Adapun hal yang paling kita harapkan yaitu ketika ada bapak tersebut, dan hari ini masih ada. Nanti dapat menceritakan atau menemukan tulisan yang sering dihasilkan; melalui pengalaman, pengetahuan, pengamatan, dan ketentuan untuk praktik. Dan dari doa-doa selalu diharapkan, damai tuk hidup bahagia si tukang keranjang saat pulang membawa bahagia. Di kampung kompak karena ada keranjang sebagai tawaran untuk membawa siswa jauh ataupun dekat, terpenting mengarah ke sekolahnya. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar