Sabtu, 25 September 2021

GELAS, MUSIK, DAN NILAI-NILAI ETIK


Orang akan selalu meratapi luka, bahkan sering merayakan luka dengan kesedihan berlebihan. Bersama atau sendiri selalu jadi momen selalu terbesit di ingatannya. Berbeda dengan kondisi rasa bahagia akan dirayakan sendiri, tanpa berbagi. Kecuali bahagia yang dititipi oleh orang lain, untuknya. 

Manusia selalu mengingat-ingat luka dan derita yang menimpa. Coba saja diperhatikan pada saat kaya dan sukses, selalu aja berkata "kamu hanya tahu kondisi sekarang, tapi tidak melihat masa lalu--yang penuh dengan luka-luka, dan kini beruntung." Perkataan tersebut menunjukkan kalau derita selalu diingat, melekat dalam ingatan bahkan dalam. 

Mengingat dengan lirik lagu, "aku yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu ditendang sekarang disayang, dulu ku tak diperhitungkan sekarang diperhatikan" lagu yang dibawakan oleh Tegar Septian 2013, pengamen yang famess sehingga jadi artis, dadakan. Lagu itu, yang aposteriori dirasa oleh pengamen bocah sekarang terkenal dan sudah tak kenal jalan-jalan pinggir jalan mengharap uang receh seribuan, atau uang dua ribuan, dikasih karena malu kalau tidak memberi lantaran sedang bersama pasangannya. 

Kesedihan juga dipotret oleh film "Ada Apa Dengan Cinta" yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo (Cinta) dan Nicholas Saputra (Rangga). Film tersebut menampilkan kisah remaja yang dimabuk cinta, dimasa gejolak romance berapi-api. Latar film di Jakarta genre; masa SMA. 

Film yang alur cerita sangat membuat pelbagai masyarakat khusus anak muda merasa penasaran. Sebab sosok Rangga yang sangat cool dan suka baca, pendiam. Jadi, idola banyak orang di luar film maupun di dalam film. Sedangkan Cinta yang tipe orang Jakarta gaul--yang sebagai perempuan manis, cantik, dan kaya. Sehingga film tersebut menampilkan sosok bahagia, sedangkan harus merasakan kesedihan karena temannya bernama Alya broken home, Cinta sebagai orang yang peduli ikut merasakan penderitaannya. 

Suatu perjalan panjang, Cinta dan Rangga sudah tidak seperti kucing dan tikus. Mereka dekat bahkan sudah saling kenal dan akrab. Sehingga suatu ketika Rangga mengajak ke toko buku loakan di daerah JL. Kwitang, Jakarta, toko "Restu," disitu mereka bercanda sambil memilih-milih buku lawasan. Adegan film di sana waktu Cinta sebel dan harus pulang lebih dulu, Rangga tidak mengantarkan. Tapi, di sekolah mereka harus bertemu kembali seperti seorang biasa anak SMA. 

Suatu ketika, mereka pergi ke salah satu kafe yang ada live musiknya. Itu puncak kesedihan tergambar dari seorang perempuan. Saat puisi membacakan puisi. Di atas panggung, ia membacakan puisi kurang lebih potongan puisinya, "Ku lari ke hutan kemudian menyanyiku/Ku lari ke pantai kemudian teriakku/Sepi... sepi dan sendiri aku benci/Ingin bingar aku mau di pasar/Bosan aku dengan penat/Enyah saja kau pekat/Seperti berjelaga jika ku sendiri/Pecahkan saja gelasnya biar ramai/Biar mengaduh sampai gaduh/Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang ditembok keraton putih/Kenapa tidak kau goyangkan saja loncengnya biar terdera/Atau aku harus lari kehutan/Belok ke pantai?

Dalam film Rangga tersentak diam. Kesedihan menyelimuti. Mengapa setiap pencarian, pelarian, lalu membuat sebuah luka lebih besar lagi dengan tergambar dalam potongan bait puisi "pecahkan saja gelasnya biar ramai,"--bukti, bahwa kesedihan identik perlu dirayakan secara bersama. Apa mungkin kesedihan perempuan yang tidak mampu menahan sendiri butuh orang lain. Dan seperti itulah potret eksploitasi perempuan terjadi, identik sosok minye-minye. 

Miss Uun, mengatakan kalau lagu atau puisi yang ada kata "gelas" selalu identik dengan perempuan yang sedih, ini jadi kecenderungan perempuan sedih: terus. Padahal tidak demikian, tapi gelas selalu dekat dan jadi atribut luka. Pendapat ini disampaikan saat mengikuti diskusi Surawung ke-9, bersama Bandung Mawardi. 

Gelas, dikaji dari bentuk serta secara fungsi, bahwa gelas sebagai wadah kopi, teh, dan bahkan  air. Di zaman sekarang gelas tidak terlalu dipakai untuk kegiatan kenduri, tahlil, dan perkumpulan warga. Ternyata sudah berkurang. Karena adanya air mineral kemasan; berganti air. 

Pergeseran kebudayaan tersebut jadi sangat tidak baik. Karena secara tidak langsung tuan rumah lebih simpel menjamu tamu. Tapi, bisa saja mempermudah manusia bertamu atau hidup tidak perlu repot-repot. Namun, ada nilai yang kurang dalam kehidupan berdampingan kita. Rasa menghargai berkurang. Mungkin. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar