Jumat, 10 September 2021

SIMBOL, PANDEMI, DAN INTERPRETASI

Untuk memahami simbol perlu menyederhanakan maksud dan tujuan pencipta. Akhir-akhir ini, kita ditemukan dengan simbol yang dibuat oleh masyarakat kita, di masa pandemi banyak simbol. Di samping rumahnya sering akhir-akhir yang ada bendera biru, kuning, putih, dan bendera putih bersilang tengah. Semua bendera tersebut punya makna dan tujuan berbeda-beda. Sehingga untuk pembaca simbol tersebut akan punya makna berbeda-beda, bagi yang memperhatikannya. Tentu, mereka memasang punya tujuan--yang ingin diperhatikan oleh banyak orang, atau orang tertentu. 


Pandemi yang nyaris genap dua tahun lebih. Kalau diperhatikan secara perspektif bahasa tentu memiliki unsur arbiter unsur terkecil tingkat RT. Kalau memberi interpretasi lambang dari setiap bendera yang papang di samping-samping rumahnya, dilakukan masyarakat. Tujuan yang dilakukan dengan gerakkan memasang bendera. Kalau dilakukan dengan tujuannya, yaitu punya perhatian berbeda-beda--ada yang ingin diberi empati bukan sekedar simpati. Hal ini ketika orang mengangkat bendera putih. Bendera putih memiliki artian butuh bantuan. Sedangkan kalau bendera kuning dan bendera putih berarti berduka. 


Sesuai dengan paragraf awal yang membicarakan mengenai simbol di masa pandemi. Bayangkan saja kalau kita cermati tujuan mereka menampilkan dalam bentuk bendera, yang semestinya kalau diperhatikan gerakan tersebut punya tujuan yang perlu diperhatikan oleh semua masyarakat. Sehingga kalau setiap orang paham tentu ada pencapaian dari si penggerak. Sesuai harapan, ia akan merasakan apa yang dijadikan tujuan dari memberikan tanda bendera di dekat rumah atau di warungnya. Kalau disebut gerakan memang benar sebab mereka memiliki satu atau dua tujuan bersama, yaitu pemerintah serta masyarkat lain mengalami ambang ketidak seimbang ekonomi, maka mereka berharap ada suatu penanganan baik dari pemerintah setempat maupun pusat. 


Kalau dicermati dan ingin mempelajari simbol yang dilakukan oleh masyarakat Jogja di masa pandemi ini. Semestinya kita menyadari akan tujuan mereka dari apa yang telah dilakukan serta harapan. Mereka melakukan gerakan meletakkan  bendera putih di depan rumah mereka masing-masing, tentu tujuan mereka tersebut memiliki dasar akan hal "perhatian" di balik apa yang dilakukan ingin sekali ada tujuan secara khusus disampaikan. Hal ini tidak lain ingin mengajak kita semua--untuk membantu mereka semua--yang sedang mengalami ekonomi sangat kritis. Kepada pemerintah kota maupun desa--yang membuat kebijakan Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bantuannya baik sembako kebutuhan sehari-hari, ada pula mengenai pemasukan setiap hari perlu diganti yang sekiranya memenuhi. 


Pada Jumat (30/07/2021) Suarajoga.id melakukan simbolisasi gerakan untuk kondisi yang tidak baik-baik saja. Setiap pedagang kaki lima mengibarkan bendera putih yang diartikan "ada duka cita atau berkabung," itu merusak simbol yang sangat darurat. Tentu, hal ini ingin mendapatkan perhatian agar bagaimana mungkin pemerintah bertanggung jawab atas atau menjamin kehidupannya. Seperti halnya pada kehidupan biasanya. Namun, pemerintah bisa menjamin masyarakatnya--yang sebagai anaknya. 


Masa pandemi ini banyak simbolisasi yang membuat kita semua berpikir. Akan tetapi banyak yang tidak memahami atau paham, namun tidak punya kemampuan untuk melakukan hal yang dapat atau diharapkan masyarakat. Sehingga adapun cara berpikir masyarakat dapat dijadikan sumber menemukan rasa berkabung. Karena itu jadi jalan baik dari seorang punya tujuan, tanpa perlu memberitahukan secara terang-terangan. Kalau masyarakat paham bahasa simbol makna kehidupan mereka punya nilai kebijaksanaan. Jadi mempelajari bahasa simbol akan menunjukkan kita orang yang "love is wisdom." 


Interpretasi akan membentuk dirinya untuk menentukan arti dan makna. Ketika mencoba mendalami akan menggunakan apa yang dilakukan sesuai pilihannya, atau menemukan dasar dirinya. Kalau Yusraf Amir Piliang menulis buku Semiotika dan Hipersemiotika 2012 penerbit Matahari. Buku tersebut banyak memberi ilham mengenai interpretasi simbol-simbol yang terjadi di masyarakat. Sehingga apa yang dilakukan masyarakat tanpa memperhatikan tentang ilmu 'semiotika,' tapi secara praktik dan makna telah paham dan menguasai. Sehingga apa yang dilakukan masyarakat saat membuat bendera sebagai simbol--yang memberi makna kesedihan meratapi kesedihan, dan orang yang butuh bantuan. Mungkin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar