Jumat, 03 September 2021

KUTIPAN SEBAGAI CERMINAN

Kadang orang saat menulis tidak semua memperhatikan bahkan tidak sampai memikirkan akan hal kutipan. Setiap seorang penulis, punya cara mempertahankan argumentasi untuk diperkuat dengan pandangan orang lain, contoh seperti mengambil pendapat dari para tokoh atau para ahli. Ketika mengambil satu pendapat mengenai eksistensilis tentu tidak akan lepas dengan pandangan dari sosok Jeans Paul Sartre. Sebab itulah yang selalu diamini oleh seorang pemikir. 


Hal yang paling penting dari kutipan tidak hanya mengenai kekuatan argumentasi kepada argumentasi pribadi. Tapi, satu jalan dari seorang penulis dijadikan seorang intelektual atau dianggap, punya pengalaman baca banyak. Maka menulis untuk mengutip sebagai bentuk kerja ilmiah manusia. Dan begitulah cara kerja kutipan di dalam tulisan. 


Selain itu, tulisan yang didasari dengan kutipan dianggap tidak sombong oleh sebagian orang. Karena gagasannya masih diperkuat dengan pendapat orang lain. Bukannya tidak percaya melainkan merasa gagasannya memiliki dasar. Bagaimana argumentasi pribadi dapat diakui kebenarannya jika tidak pendukung dari orang lain. Sehingga kita semua jadi orang yang menghargai pemikir orang lain.


Akan tetapi, sering terjadi kalau ada kutipan di awal kalimat pembuka satu tulisan. Hal ini ada yang menganggap kalau tulisan tersebut tidak baik. Karena dianggap penulis tidak percaya diri dengan gagasan dirinya. Sehingga masih butuh anggap kutip dari pandangan orang lain. Itu pula dianggap ketidak meyakinkan pembaca terhadap tulisan tersebut. Karena di awal kalimat atau pembuka sudah memasukkan kutipan orang lain. 


Adapun yang baik dalam mengutip, walaupun terpaksa mau menyisipi pada awal kalimat atau pada kalimat pembuka. Alangkah baiknya dibuka dengan narasi yang telah memparafrase kalimat atau paragraf. Namun lebih pada penggambaran para point besar gagasan. Hal ini ditemukan pada kutipan opini Yasraf Amir Piliang di Kompas (2021), kurang lebih membukanya dengan kalimat begini; "coronavirus ini seperti ledakan bom di Hirosima dan Nagasaki di negara Jepang 1945 pada masa itu, semua merasa kaget dan bingung." Ia ingin memberi satu gambaran kondisi dunia mengenai pandemi--yang mengaitkan dengan kondisi pada saat bom di Jepang hingga kondisi sekarang. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar