Jumat, 17 September 2021

INTELEKTUAL DAN PENGABDIAN


Di dalam akademik diajarkan pelayan setelah selesai di ruang akademik tak kaget menjadi pelayan, pelayan bagi setiap orang, dan itu yang terjadi, walaupun perlu menolak, lantaran hatinya merasa tak punya kelebihan--yang dirasa hanya begini-begini saja dari dulu hingga sekarang-kelebihan dan kekurang dalam diri mengenai kemampuannya- saban setiap orang meminta berbicara di depan tanpa memikirkan, benar atau salah, tak peduli. 


Saat diam dan mencoba meneliti diri sendiri semalam, seduamalam, dan bahkan setigamalam. Jawaban benar dalam diri selalu ditanyakan atau sekedar mengambil perhatian diri. Namun dengan  seperti ini, malu semenjak tahu akan hal kemampuan, dan tahu kelemahannya--yang berulang kali masih sama koreksi diri, meneliti dengan serius. Saat sendiri. 


Suatu hari tentu, saat diam. Malam-malam selalu menyelimuti, benda-benda mati saat itu diam sangat rapi, kecuali perasaan dan rasa masih berfungsi. Di sekelilingku yang paling aktif menandingi sepanjang gerak perjalanan panjang, ia tak pernah pudar dan hindari dalam hidupku. Merasa kalau mengikuti, padahal tidak. Karena . Ia angin yang selalu aktif, daun-daun bergoyang, terus bergoyang hingga ada yang lepas dari tangkai, bukan gegara daun yang sudah lepas uratnya telah mati, daun itu kering. 


Saat merasa ada bayang-bayang mengikuti. Bukan karena terluka. Tapi, semua yang terjadi seperti jalan menemukan tentang hasil dari penelitian diri, semakin dalam ternyata tak sedikit ada pandai. Apalagi hanya sekedar paham tentang cerita alam, sains, atau tentang ilmu humaniora. Masih sangat materialis. Bukan itu, yang paling bahagia dalam ingatan bahkan kebanggaan; melainkan pemahaman yang dangkal tentang bacaan kitab, buku, serta pengalaman yang hanya sepetak. 


Adapun penawaran yang perlu dihadapkan dengan keramaian, membicarakan hal-hal luas atau sempit. Masanya hanya tiga, empat, dan hingga lebih. Tapi, bagiku perlu ke dalaman memahami logika dari beberapa pandangan. Jika nanti dewasa bertemu dengan rasa yang dapat serta mampu menyederhanakan hal tidak sederhana--yang kadang tidak manusia pikir, bahkan dipikir tapi kadang terlupakan. Bahkan itu sangat penting. Begitulah kesederhanaan. Seperti seoeang membuat puisi. 


Joko Pinurbo dalam konteks pembuatan puisi yang jadi masterpiece Alm. Sapardi Djoko Damono mengenai judul puisi "Hujan di Bulan Juni" jika pembuat puisinya membuat puisi tersebut mudah, hanya memainkan kata indah-permainan kata- itu puisi, itu sederhana. Namun, berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Joko Pinurbo "sederhana pembuat puisi bilang sederhana, sebenarnya bukan sederhana prosesnya." Kurang lebih demikian apa yang disampaikannya. Saat berbincang di salah satu media televisi. Diwawancarai oleh Najwa Shihab. Ini menjadi bukti, bahwa sesuatu yang akan disampaikan di depan orang banyak, tak sederhana apa yang dikatakan. Masih perlu adanya persiapan yang baik, dan matang, agar tidak tersesat sendiri atau orang lain. 


Kematangan tersebut punya cara sendiri kita. Ada dengan membuat dirinya tenang dulu, ada ritual spiritual, ketegapan memandang, dan kepercayaan diri, itu modal. Maka setiap kita punya cara menyederhanakan sesuatu paling luar biasa di depan orang maupun belakang. Saat itu dikuasai ada hal yang paling tidak pernah diharapkan, terjadi. Tentang yang orang bingungkan atau inginkan dari pembicara. 

***

Kalau ditarik dari definisi umum. Bahwa setiap orang punya cara paling lucu dan dewasa. Mengambil sebuah sikap tuk mengenal dan merasakan pantas atau tidak. Paling sederhana yaitu untuk menghindari keramaian untuk menemukan sebuah kesucian. Paling tidak orkestra dirayakan saat kondisi tenang, bukan kondisi tegang. 


Saat sendiri, dan mencari-cari teman diskusi atau seorang teman yang dapat menerima segala keluh kesah, tuk jadi tangguh. Seorang yang mampu membuka atau mau memberikan solusi saat hati tak mampu menyiasati yang terjadi atau apa yang telah menjadi luka di hati. Bahkan hanya gundah saat rasa tangguh melemah. 


Cara di atas merupakan cara paling sederhana bagi yang logika dan psikologisnya aman-aman saja. Dan juga tidak masalah dengan hati, diri, dan kebutuhan dari keduanya. Seperti seorang perlu membagi waktu mengisi hati yang tepat atau cepat. Hal ini tak semua orang bisa atasi sendiri. Kecuali punya kendali atas dirinya. 


Saat keputusan awal tahun 2021 memutuskan untuk bisa lebih bisa fokus mengembangkan diri, tanpa keluar dari regu diri. Perlu belajar banyak lagi dan membaca banyak buku, bahkan perlu baca Kitab Bibel, atau beragam bacaan yang belum tersentuh terpenting belajar. Delima terbuka kembali oleh perkataan salah seorang ulama besar kini sedang dikenal di tahun ini, beliau berkata kurang lebih salam kenal benak tafsirku "untuk menjadi orang baik tak perlu kita baik dan suci, kalau sudah diberi amanah berarti dipercayai bisa, hargai apa yang di bisa lakukan, kalau nunggu diri sempurna manusia tidak dapat sempurna. Mulailah lakukan sebisanya." Ujarnya. Hingga dapat membuka diri. Bahwa dengan seperti ini, anggap saja cara belajarnya dengan begini. Mungkin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar