Minggu, 19 September 2021

KESEPIAN YANG TAJAM

Tidak semua bisa merasakan apa yang menjadikan kita tangguh dan tahan banting. Terkadang hal berat dirasakan dan kadang tidak sampai diselesaikan, sebab masalah selalu datang tak henti-henti. Sebenarnya, saat melakukan hal sesuatu tentu, bisa melakukan dengan kesadaran penuh. Kesadaran yang perlu dibangun yaitu dari banyaknya pandangan, serta sisi yang pantas, dan tepat. Bahkan kesepian akan menjadi jalan paling berharga mencipta ketajaman mata indra dan mata jiwa. Maka, ada kalanya kesepian jadi jalan paling baik mempertajam pola pikir atau mempertemukan hal-hal ideal di dalam diri. 

Masa sulit di masa pandemi ini banyak kesadaran kita dibangun dari keramaian manusia. Sering kali bersumber dari kerumunan serta pandangan dari masyarakat luas, masyarakat yang memiliki sumber dari satu sisi. Terkhusus, banyak di antara kita dari sumber berita, entah bentuk lisan maupun tulisan disampaikan. Hal itu yang membuat masyarakat berpikir serampangan kadang langsung menerima berita, tanpa skeptis langsung "bagikan!" Dan semua akan menerima, tanpa berpikir apa-apa. 

September 2020 dan 2021 menjadi September yang hanya indah ataupun buruk. Tapi, bagi masyarakat kecil yang punya pemasukan ekonomi tidak stabil akan merasakan masa sulit, sebab kondisi kota dan logika masyarakat hanya dipermainkan dengan bahasa, terutama dengan permainan simbol. Kalau dicermati, simbol yang berlaku yaitu permainan bahasa. Jika tahun 2020 lalu masyarakat diberi istilah lockdown wilayah atau karantina mandiri atau wilayah. Kalau sekarang 2021 diubah dengan PPKM yang berlevel, narasinya nyaris mirip, kecuali beberapa yang berbeda. Padahal tujuannya sama. Cara tersebut membuat dampak terhadap kehidupan sosial, serta pemasukan para penjual. 

Nasib kesepian jualan berbeda dengan kesepian menemukan satu pandangan luas, atau mempunyai cara-cara terbaik untuk akan datang. Bahkan salam tradisi yang berlaku di Jepang, membuat budaya meditasi mengatasi masyarakat mengalami stres tentang menjalani hidup. Hal tersebut tidak lepas dengan apa yang terjadi kini, pada masyarakat Indonesia. Kesepian bukan karena jiwa, melainkan yang menentramkan jiwa yaitu jualan--yang membuat dirinya bisa bertahan hidup untuk makan, dan kebutuhan tak terduka. Lagi-lagi tentang hidup, kalau dicermati masalah tersebut dari jaman nabi pertama diciptakan hingga sekarang, masih relevan. 

Adapun cara serta bisa mengubah dari pola tersebut hanya dengan ketenangan serta dapat berpikir positif akan hal yang terjadi. Kejadian di masa depan maupun masa lalu, tentu jadi cara paling sederhana. Dan idealnya ada pada diri sendiri untuk bisa bertahan, berkembang, dan bahkan bisa berbuah. Berbuah yang bisa menghasilkan manfaat kepada orang lain, dan itu subjektif. 

Soekarno, seperti punya kata-kata bijak dan motivasi diri berseliweran di sosial media, kalau direnungkan selalu relevan, yang kurang lebih begini kata-katanya; "ada kalanya kita duduk sendiri saat sepi dan sunyi sambil menanyakan tentang diri sendiri lalu menangis" kalau dicermati dari kalimat tersebut, jelas ketenangan bahkan kemajuan manusia hidup kembali kepada dirinya sendiri. Itu cara yang banyak manusia lakukan untuk menemukannya, ketenangan yang senang. 

Saat menunduk, sambil berusaha menemukan apa yang menjadi masalah diri serta bisa menemukan solusi, tentu akan jadi cara kita punya cara-cara hidup ideal versinya. Hal ini yang terjadi akhir-akhir ini, saat keramaian dunia sangat begitu ramai. Hanya pikiran yang bebas dapat mengontrolnya. Dan perlu menyepi; menenangkan pikiran, jiwa, dan bahkan raga.  

Kata 'kesepian' dalam kamus bahasa Indonesia dapat imbuhan 'ke-an' yang memiliki arti keadaan sepi, perasaan sunyi (tidak berteman dan sebagainya). Jadi seorang yang kesepian selalu cenderung tidak ingin ramai dan sebagainya. Dalam konteks ini tidak semua orang bisa membuat keputusan, bahwa kesepian merupakan sebuah cara menemukan dan lebih merasakan hidup tenang dan nyaman, suatu ketika. Bukan sepi tanpa cinta. Saat penulis Indonesia menulis "cintai semua jangan ada yang dibenci!" Ini bukti, keberadaan manusia yang punya hasrat tidak ingin kesepian selamanya, tapi sewaktu-waktu perlu. Mungkin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar